Jumat, 30 Desember 2011

Berhasil! Berhasil!

Kehabisan kawat. Tidak sempat berbelanja, cuaca juga tidak bersahabat. Tangan gatal juga sih ingin bermain kawat. Akhirnya mencari kesibukan positif yang lain di rumah. Ngoprek blog jadi pilihan murah meriah. Nambah ilmu pula. Memasang jam dan kursor di blog sih gak ada sulitnya. Tapiiiiiiii...... saya bosan dengan favicon. Itu tuh singkatan dari favorit icon yang biasa muncul di samping kiri alamat situs kita. Dulunya kan yang terpasang adalah gambar tigger nungging. Mau saya ganti gambar nohohon zoku yang saya punya atau gambar pooh penerbang seperti gambar profil g+. Sudah saya otak-atik tapi mengapa ya gambarnya tetep aja gak mau ganti. Gambar tigger nungging itu seakan-akan lengket bak di-semen. Baca di sana-sini... semuanya menyatakan yang sama. Hapus cookies. Nah saya kan ndak tau cookies itu di mana-nya komputer, yang paling gampang sih tanya ke suami. Minta tolong dihapuskan cookies-nya. Eh yang saya bahas bukan cookies yang berarti kue loh ya.. tapi serangkaian teks yang disimpan komputer kita ketika kita membuka situs web. Setelah cookies dihapus, tidak ada perubahan terhadap favicon blog saya. Walaupun saya bertanya ke suami, tapi segala prosesnya saya intip kok, gak nyerah gitu aja. Oke... saya mulai berfikir... Mungkin yang masalah adalah mozilla firefox-nya. Ya, boleh pakai chrome lah... Saya download dulu, saya install dulu... Saya coba mengubah favicon di chrome. Berhasil?? Belum kawan!! Saya sampai puyeng. Duuuuuhhh kenapa nih gak nurut sama perintah saya.

Penasaran masih menguar. Saya membaca begitu banyak forum, membaca beberapa blog. Sampai akhirnya ada yang menyatakan kalau cache juga perlu dihapus. Udah deh saya geluti dulu. Bismillah yang kenceng. Blog di log out dan di log in. Daaaaaaaaaaaaaan..... Berhasil! Berhasil! Favicon saya berubah dari tigger nungging ke gambar pooh penerbang. Misi sukses nih ceritanya. Belakangan saya baru tau kalau cache itu adalah daerah memori cepat yang menyalin data. Latar belakang pendidikan saya bukan di bidang perkomputeran, wajar kan kalau buta sama sekali. Langkah-langkah keberhasilan saya mengubah favicon ada di bawah ini:

  1. Klik "Design" pada dashboard blog
  2. Cari dan klik tulisan "Edit" yang sejajar dengan kata favicon (Gambar 1), kemudian masukkan gambar yang diinginkan dengan klik "Browse" lebih dahulu (Gambar 2) kemudian klik "SAVE"
  3. Simpan favicon baru di blog dengan cara klik "SAVE" di bagian ujung kanan atas (Gambar 3)





Supaya gambar favicon baru mau muncul maka cache harus dihapus lebih dulu. Caranya cukup mudah. Saya memakai mozilla firefox. Klik "Tools" di bagian paling atas dari layar mozilla firefox kemudian klik "Clear Recent History" (Gambar 4). Centang kotak "Cache" dan pilih "Everything" untuk mengisi Time range to clear. Hapus cache dengan klik "Clear Now" (Gambar 5). Gampang sekali kan ternyata?!




Untuk menyakinkan, saya log out dulu dari blog kemudian saya log in lagi. Saya buka situs saya.... Taaaaraaaaa favicon saya sudah berubah sesuai keinginan. Oia.. format gambar untuk favicon ini tertentu ya.. yaitu *ico. Untuk membuat gambar favicon juga sangat mudah. Tinggal memasukkan gambar yang kita mau ke favicon generator dan beres. Gratis kok. Semuanya mengandalkan jaringan internet hihihihihi.... Mau bisa kudu usaha. Setidaknya mau membaca plus mau praktek. Jangan menyerah dan jauhkan rasa malas.

Senin, 26 Desember 2011

LAPANGAN???

Sudah ribuan hari tinggal di daerah ini. Sudah terbiasa dengan anak-anak yang bermain di teras rumah kami. Bagian paling luas dari deretan rumah yang lain. Terganggu? Jelas! Rugi? Amat! Teras kotor? Pasti! Marah? Ooo tidak. Atau tepatnya kami tak punya alasan kuat untuk marah.

Bermain adalah dunianya anak-anak. Apa hak saya melarang? Apa hak saya murka? Saya biarkan mereka bermain sepuasnya di depan teras. Kaca nako jendela kami pernah pecah. Tapi tak apa. Bisa diganti. Sejak itu mereka berhati-hati sekali bila bermain. Efek jera rupanya.

Sampai pagi tadi, saya mendengar seseorang memarahi anak-anak yang bermain di teras rumah kami. Mereka disuruh bermain di lapangan. "haaa? sejak kapan di sini ada lapangan?" begitu kata saya kepada suami. Suami membalas dengan kalimat ringan "pokoknya gak bermain di siang hari aja gak apa-apa main di teras".

Di area tempat tinggal kami memang hampir tak ada satupun lapangan. Dulu ada beberapa lapangan yang bisa dijadikan arena bermain. Sayangnya lapangan-lapangan itu sudah dikelilingi tembok dan pagar, digembok pula. Yaaa, lapangan-lapangan itu adalah hak milik sekolah.

Betapa kasihannya anak-anak ini.. tidak punya lapangan bermain...

Sabtu, 24 Desember 2011

Indahnya Kebersamaan

24 Desember 2011

Genap 4 tahun menjalani kehidupan pernikahan dengan kangmas Brian Rahardi. Pasang surut romantika rumah tangga sudah dikecap.. Ahaaaiiii.. Manis, asin, asem, pedes, pahit rasanya. Niat awal, saya mau membuat video dari kumpulan foto keunikan-keunikan pernikahan kami. Sayang sungguh sayang saya tak punya banyak waktu. Fokus pun masih di tulisan mengenai manajemen ASI. Kejutan sekali, di pagi hari saya mendapatkan kiriman video via fb. Duuuuuuuuuuuh terharu!! Tidak terduga kangmas membuat video seindah ini. Pemilihan lagunya mengena sekali di jantung hati saya. Pantesan beberapa malam terakhir kok terlihat aneh. Saat saya ajak istirahat selalu ada aja alasannya: mengerjakan proposal lah, membuat tutorial ini-itu lah, membuat hand out untuk anak SMP lah, atau baca-baca jurnal.


Sepanjang pagi, saya hanya senyum-senyum aja di dalam sanubari. Sok cool ceritanya... ha ha ha... Padahal hati berbunga-bunga. Eh yang namanya waktu itu kok cepat berlalu yaaa.. Tiba-tiba sudah siang. Karena kami jarang makan di luar. Kali ini memutuskan untuk makan siang di PH. Ramai-ramai sih. Kami pergi ber-enam. Bersama gami (grandma) dan 2 uncle-nya Erdi. Seru sih meski gak bisa menikmati makanan yang tersaji. Konsentrasi ke pergerakan Erdi yang aduhai lincahnya. Duduk manis hanya bertahan 10-15 menit. Selebihnya,,, keliling ruangan. Yang minta lepas sepatu, yang minta coke, yang minta jus alpukat, makan es krim jatahnya dengan ogah-ogahan. Beruntung tidak tantrum.







Walau kami, saya dan suami, tak bisa menikmati pegangan tangan ataupun tatapan mesra... tetapi semuanya tetap indah. Melihat Erdi yang tidak malu-malu. Tidak menangis heboh ketika keinginannya tidak dituruti (dilarang minum coke). Ke sana ke mari dengan riang. Menyapa beberapa orang dengan senyum ramah. Sungguh kebahagiaan dan keindahan yang tak terganti. Apalagi melihat dan mendengar suara tawanya saat bermain pedang dari balon berwarna kuning. Kocak sekali! Ditambah bonus ekspresi Erdi yang terkaget-kaget karena balonnya meletus. Perut bisa kram karena tertawa terbahak-bahak. Dan kemeriahan hari ini harus diakhiri dengan todongan "Bunda.. tulis.. tulis.. Amadeus".

Jumat, 23 Desember 2011

Belajar Tak Perlu Mahal

Beberapa minggu yang lalu saat keluarga kami tumbang, saya mengusir kejenuhan dan rasa sakit dengan bermain kawat. Di sela-sela mengawasi E-baby yang tidur siang, semua alat dan bahan yang saya punya dikeluarkan dari tempat penyimpanannya. Hingga saat ini saya tidak serius membeli batu-batu, manik-manik, permata, atau pun mutiara. Yang saya punya justru hasil bongkaran aksesoris yang sudah rusak. Kawat yang sudah saya beli juga sangat terbatas. Ukuran 1 mm dan 0,3 mm. Keterbatasan itu tidak membuat saya sedih. Kali itu saya mempelajari teknik herringbone. Sekilas melihat sih sepertinya gampang. SEPERTINYA! Ternyata sungguh tidak mudah. Mungkin tangan saya yang masih kaku dan tidak terbiasa memegang tang. Atau mungkin pemilihan ukuran kawat juga kurang tepat (ya iyalah wong cuma dua ukuran). Yuk dilihat foto-fotonya....

salah memutar kawat di salah satu ujung

Teknik herringbone pertama yang saya buat salah total. Di ujung kanan, saya salah memutar kawat. Mungkin waktu itu saya bingung orientasinya. Lupa ke mana harus memutar karena pegangan saya agak goyah. Belum lagi karakteristik kawat 1 mm yang ternyata kaku. Sulit dibentuk/diputar-putar.


jadi jepit rambut

Percobaan berikutnya berhasil!! Saya bisa menerapkan teknik herringbone. Ukuran kawat lain yang tersedia hanya 0,3 mm. Mau tak mau ya itu lah yang saya gunakan belajar. Lentur sekali. Mudah membuat putaran tapi gampang bengkok. Belum bisa dikatakan hasil yang bagus. Kurang konsisten jarak lilitannya. Lumayan sih bisa saya pakai di rambut saya dengan bangga. Lain kali saya ingin mencoba kawat berukuran 0,5 dan 0,7 mm.

liontin

Ketika kondisi E-boy sudah membaik, saya membuat kreasi lain. Sebuah liontin. Saya padukan dua ukuran kawat. Juga memadukan dua buah batu. Percayalah ini gratis. Memanfaatkan apa yang ada di rumah (saya suka menyimpan apa-apa yang bisa didaur ulang). Suami saya suka dengan kreasi ini.


bisa jadi cincin bisa jadi hiasan ikatan rambut

Lagi-lagi saya memanfaatkan apa yang ada. Ide awal adalah membuat cincin yang bisa dibesar-kecilkan sesuai ukuran jari seseorang. Agak rumit dan perlu waktu 2 hari. Membuat susunan lilitan kawat tertentu itu tidak mudah yaaa.. Butuh ketelatenan dan konsentrasi. Salah hitung bisa berakibat tidak indah dipandang mata. Setelah jadi dan saya pakai di jari saya.... oh tidak... sangat aneh karena jari jemari saya kan imut-imut sedangkan batunya besar sekali. Akhirnya ketika saya menjalin rambut, saya pakai cincin ini sebagai pemanis dan menutupi karet rambut yang saya pakai. Belajar itu tak perlu mahal kok. Hanya perlu niat dan usaha.

Terima kasih sudah mampir di sini
Happy week end....

Selasa, 20 Desember 2011

Diskusi

Perkembangan bahasa yang bagus pada E-boy membuat saya belajar bagaimana berdiskusi dengan anak. Gemas rasanya ketika cara kita bertutur kata ditiru oleh si buah hati. Coba simak percakapan-percakapan berikut yang terjadi mulai kemarin malam hingga pagi tadi.

Percakapan 1
Bunda: ayoo bobo malam
E-boy: tangan! minta tangan (E-boy ngempeng tangan)
Bunda: loh.. Erdi kan sudah besar. gak pakai tangan ah. peluk aja.
E-boy: tangan aja!
Bunda: oke hari ini pakai tangan, besok peluk loh yaa..
E-boy: iya

Percakapan 2
Bunda: Erdi, ayo mandi Nak.. biar wangi
E-boy: emoh, makan dulu.
Bunda: oke, bunda ambilkan makan trus mandi loh ya, setuju?
E-boy: setuju.

Percakapan 3
Bunda: makannya sudah habis, ayo mandi
E-boy: sama ayah
Ayah: kenapa sama ayah? sama bunda aja?
E-boy: sama ayah (akhirnya mandi sama ayah yang sudah siap berangkat kerja)

Sebelumnya, saya tidak pernah mendapati percakapan seperti ini. Semua yang saya minta pasti dituruti oleh E-boy. Sekarang, rupanya doi sudah pintar berargumen. Mulai belajar menyatakan pendapat dan keinginan. Saya belajar pula menghargai pilihan-pilihannya. Dan belajar bersikap tegas tapi tidak galak. Kami bertiga harus mulai saling menyesuaikan, hidup bertiga sebagai keluarga.

Singkirkan jauh-jauh "anak pintar membantah". Ayoo ajari anak-anak kita bagaimana berkomunikasi yang baik. Beri contoh bagaimana diskusi yang sehat. Ajak anak mengambil keputusan. Hargai pribadinya sebagai manusia. Meski ukuran tubuh masih mini, meski usia masih bisa dihitung jari, mereka adalah pribadi-pribadi utuh yang butuh pengakuan. Yuk.. sama-sama belajar...

winnie-the-pooh-yesemoticons-005

Sabtu, 17 Desember 2011

Kawin Yuk Kawin

Judul yang aneh... Mentang-mentang mau wed anniv nih jadinya bikin judul yang gak biasanya. Dengan gaya tulisan yang lain juga. Well, keknya malas aja. Dua minggu full nonton puluhan judul film. Nerima respon negatif. Ahaaa.... mbudheg wae. Toh mereka yo gak ngerti.

Selain mencari penghiburan (duh, kata bang Katon Bagaskara.. sedang lara hati), saya juga mencari musik sebagai latar belakang video E-boy ganteng. Ngubek-ngubek berkas di komputer juga gak ketinggalan. Semua dilakukan. Download berbagai musik gak luput dari perhatian telinga ini.

Semalam saya nekat, digarap aja dua video itu. Video naik tangga dan video turun tangga. Video pertama lancar tanpa kendala. Ternyata hobi saya mengoleksi lagu itu bermanfaat. Semua file yang udah saya download gak terpakai. Justru lagu-lagu koleksi jaman dulu kala saya pilih.

Video kedua, bikin saya gemes luar biasa. Sebelumnya sudah saya upgrade loh program openshot. Terbaru. Saya perlu dengan fitur rotate-nya ituh. Semua sudah oke. Proses render kelar. Apa yang terjadi??? Kepala E-boy terpotong... Sediiiihhh..

Emosi merasuki jiwa. Otak-atik program openshot. Baca inet sampai kepala mendidih. Gak ada solusi. Nrimo? Enggak lah! Aneh aja posting video yang konyol begitu. Hingga suami menawarkan program avidemux. Duh apa lagi ini???

Mau baca tentang avidemux, malam semakin kelam. Terima saja semua bantuan suami. Install avidemux di kompie saya. Saya ndelosor di kasur. Esoknya, saya coba buka avidemux. Program baru, tidak ada teori sama sekali. Ujung-ujungnya tetap lari ke suami.

Video sudah terubah orientasinya. Yaaakkk.... Saya intip proses penggunaan avidemux. Lain kali mau nerima bantuan lagi? Oh No!! Selama gak kepepet keknya baca tutorial-nya dulu aja *belajar mandiri* Video sudah oke, saya lanjutkan edit via openshot. Saatnya unjuk gigi.

Silakan tengok hasil kawin avidemux dan openshot di lembar Berikan Kesempatan, Beri Kepercayaan. Terima kasih banyak sudah mampir di sini.

Rabu, 14 Desember 2011

Potret Pelajar SD

Kemarin lusa saya menemani E-boy duduk di depan jendela. Memang ini hobi E-boy yang agak sulit dimengerti. Mungkin asyik ya melihat orang berlalu lalang? Sekitar jam 10 atau jam 11 pagi, ada 3 pelajar SD yang lewat. Dua dari mereka berjalan di depan, satu anak berjalan lambat di belakang. Tiba-tiba dua anak yang berjalan di depan saling sikut. Saya amati sambil sedikit kaget. Ternyata mereka berebut sebatang rokok. Saya tidak mendengar percakapan di antara mereka. Rokok dilempar ke jalan. Satu di antara mereka mengambil dan menghisap rokok tersebut. Anak ketiga tidak kalah kalapnya berusaha merebut rokok yang sedang dihisap. Saya tidak tahu bagaimana kelanjutannya. Mereka berlalu menjauh dari rumah saya. Pemandangan yang membuat saya sedikit miris. Saya sampai tidak tahu harus berkata apa pada E-boy. Terdiam cukup lama......

Sore harinya suami bercerita mengenai rekan kerjanya yang menyebarkan paham anti vaksin dengan alasan kandungan thimerosal. Saya hanya ketawa saja. Hari gini.... banyak sekali vaksin yang tidak mengandung thimerosal, walaupun memang harganya relatif mahal. Dan yang membuat saya lebih miris lagi, seseorang yang berpandangan anti vaksin tersebut sedang meneliti tentang rokok sehat. Duuuuhhh....... lihatlah kenyataan yang ada,, anak-anak SD ini sudah begitu tertindas oleh rokok. Anak-anak yang belum berpenghasilan tapi sudah berani merokok (baca: membakar uang). Kalau ada yang mengklaim rokok itu sehat maka kita harus bersiap,,, anak-anak yang lebih kecil dari ketiga anak di atas akan merokok dengan lahap dan membuat kita semakin miskin winnie-the-pooh-yesemoticons-010



Selamatkan Generasi Muda Penerus Bangsa!

Senin, 12 Desember 2011

Secangkir Teh Kapulaga

Sudah lama saya ingin membeli teh kapulaga di salah satu toko kebab. Murah meriah, Rp. 3.000, - saja untuk satu gelas teh kapulaga. Tapiiiiii.... saya tak pernah punya waktu untuk keluar rumah. Waktu saya banyak tersita di dalam rumah. Di depan komputer. Hingga awal bulan lalu saat belanja bulanan, saya sempatkan membeli satu bungkus kapulaga. Harganya Rp. 2.300,-. Waaaahhh bisa jadi berapa gelas ya ini??


Saya hampir lupa kalau punya kapulaga. Saat beres-beres di dapur, selain menemukan kapulaga, saya juga menemukan kayu manis. Bingung juga bagaimana resepnya. Saya buka internet.. Saya cari yang kira-kira praktis. Gak ada yang sreg nih.. Ribet caranya.. Modifikasi aja yuukk...

Bahan:
  • dua cangkir air
  • 4 butir kapulaga
  • 1 cm kayu manis
  • 1 lembar teh celup
  • gula secukupunya

Cara:
Rebus air hingga mendidih, masukkan kapulaga dan kayu manis. Didihkan sampai harum (kapulaga ditekan-tekan sampai pecah dan bijinya keluar). Teh dicelup-celupkan hingga berwarna merah. Masukkan gula, aduk hingga larut. Angkat dari api, hidangkan bersama kapulaga.


Akhirnya jadi juga teh kapulaga idaman saya. Rasanya hampir sama dengan yang biasa saya beli di toko kebab. Cocok sekali diminum saat hujan seperti ini. E-boy pun suka dengan teh kapulaga buatan saya. Cangkir belum juga dingin tapi isinya tandas dengan cepat. Si bocah ganteng menghabiskan tanpa ampun. Saya dan suami hanya bisa memandangi dengan ikhlas. Lain kali perlu membuat dalam ukuran jumbo biar tidak berebut lagi.

Jumat, 09 Desember 2011

Efek Positif Punya Hewan Peliharaan

Seperti saya ceritakan sebelumnya. Kami (keluarga besar saya) memutuskan menerima dua kucing baru. Ada banyak pertanyaan di dalam diri saya. Sanggupkah merawat semuanya? Cukupkah dana yang kami miliki? Haaalaaahhh Tuhan tak akan diam bukan? Rejeki itu selalu ada dan mengalir. Benar-benar bonek lah intinya. Dan saya melihat kemajuan cukup pesat pada kami. Setiap individu dari kami.

Erdi! Ya saya melihat Erdi semakin mandiri. Semakin bertanggung jawab. Di jam-jam tertentu Erdi yang mengingatkan saya untuk memberi makan. Kadang saat kucing nakal, Erdi juga yang mengomel dan berusaha menjadi polisi *tersenyum geli*. Ini artinya Erdi belajar bahwa peraturan itu harus ditegakkan. Saya juga mengajarkan bagaimana menyisir rambut kucing. Awalnya bukan menyisir tapi semacam memukul. Terang saja kucingnya lari dan takut pada Erdi. Erdi tak kalah heboh! Menangis keras, kecewa dan marah. Semakin lama, gerakan menyisirnya terlatih. Heiiii ternyata motoris halus Erdi terasah. Di titik ini, Erdi belajar mengontrol energi juga belajar bagaimana menyayangi dengan cara yang tepat.

Baru beberapa hari Nero dan Roby di rumah, dan saya melihat perubahan yang cukup banyak pada diri anak saya... *bangga*. Membiasakan Erdi cuci tangan juga jadi lebih mudah. Karena Erdi merasakan sendiri kalau tangannya jadi kotor dan tertempeli rambut kucing. Satu lagi yang membuat saya terkesan,, Erdi tidak lagi meminta bantuan saya untuk turun tangga. Lupa rasa takut...

Bravo Erdi.. Bravo!!

Rabu, 07 Desember 2011

Puyeng

Kedatangan dua kucing baru membuat saya puyeng. Adaptasi kucing dewasa berbeda sekali dengan anak kucing. Lebih sulit. Untungnya kali ini tidak ada acara diare. Masalah pipis atau pup sembarangan sih pasti. Marah? Belum berani laww yaaawww.. Kucing baru itu belum saatnya dikerasi. Perlu waktu dua minggu sampai satu bulan bagi mereka untuk bisa memahami peraturan di rumah baru. Sampai saat ini, kandang menjadi hunian terbaik buat mereka. Nero ini loh yang agak bandel. Sudah ada baki toilet eh pipis nya kok masih di luar baki. Untung deh di area kandang, coba kalau di bagian mana rumah gitu... bisa-bisa saya patah punggung membersihkannya.

Roby cukup gampang, buang kotoran sudah di tempatnya. Makan sudah teratur meski sangat sedikit. Juga ramah pada saya, ke manapun saya pergi pasti diikuti, tentunya saat saya lepas dari kandang (sekitar 30-60 menit). Reaksi Nero sungguh di luar dugaan saya, bikin puyeng saat hari kedua yang menghilang entah ke mana. Bikin saya jantungan saja. Saya tidak tahu di mana Nero sembunyi waktu itu. Sakti!! Saya sudah bongkar semua area mencurigakan. Sampai harus bersih-bersih rumah segala. Karena saya menduga dia sembunyi di tumpukan kertas atau baju. Saya sampai meminta bantuan om. Lemari dan rak buku harus digeser. Hasilnya nihil. Nero tak ditemukan sampai akhirnya dia keluar sendiri dari persembunyiannya. Sore hari itu, saya bagai bermimpi saat melihat si Nero. Antara nyata tidak nyata. Begitu saya pegang... "ooo nyata toh!" langsung saya masukkan kandang. Dilepas dalam pengawasan. Itu pun harus ada dua orang dewasa. Saya dan suami atau saya dan papa atau saya dan adik.

Puyeng berikutnya adalah pemilihan pakan kucing. Saya membaca berita yang cukup bikin kaget. Merk pakan yang saya pakai ternyata tidak ada situs resminya, dikhawatirkan pakan curah asal cina yang bermelamin. Sangat berkaitan dengan gagal ginjal. Duh... Niatnya mau ganti merk pakan kucing, tapi saya cari sampai badan capek juga tidak mendapatkan merk yang diinginkan. Hmmm... solusi sementara yang saya tempuh adalah mencampur dua merk pakan. Merk yang biasa saya pakai juga menambahkan merk lain sekelas RC. Semoga saja campuran ini bisa menghambat efek samping merk pakan yang biasa saya pakai. Jujur saja kalau pakai RC murni itu bikin kantong jebol. Iya kalau kucing saya cuma satu, dibelain deh pakai RC... lah kalau 6???

Jumat, 02 Desember 2011

Tuhan Maha Adil

Teringat jaman sebelum saya menikah, saya menitipkan tiga ekor kucing persia. Dua betina. Ibu beranak. Si Kiukiu dan Wonwon. Dan seekor jantan, si Brownies. Saya titipkan kepada seorang peternak kucing di Bedali, Lawang. Kondisi waktu itu memang cukup emergency. Awalnya,, komunkasi saya dengan peternak kucing masih oke. Saya beberapa kali menjenguk. Kemudian saya menikah. Sehingga komunikasi tidak lagi lancar. Saya tidak tahu seberapa besar masalah si pertenak kucing itu. Hingga yang kembali kepada saya hanyalah Brownies. Sedih dan kecewa. Tapi saat itu saya berusaha ikhlas.

Sekitar dua tahun kemudian, saat saya hamil tua. Kurang lebih 8 bulan. Teman saya menawari seekor kucing persia, betina. Isabela (Abel) namanya. Saya mau-mau saja, karena memang dulu sekali saya sudah ingin membeli Isabela. Sayangnya, sudah terbeli oleh orang lain. Tidak disangka memang sudah jodoh ya... Saya bisa merawat si Isabela, gratis pula. Hari-hari pertama Abel di rumah cukup menegangkan. Mungkin karena sudah dewasa, masa adaptasi menjadi sangat sulit.. Diare, tak mau makan. Saya yang waktu itu hamil super buncit, harus rela berjongkok ria demi memaksa Abel minum, entah itu air putih atau oralit. Per jam, saya suntikkan sekitar 3-5 ml air ke dalam mulutnya (arah spuit ke langit-langit mulut). Saya tak sanggup lama-lama. Saya opnamekan ke dokter hewan selama 3 hari. Alhamdulilah sampai sekarang sehat bugar. Sikap manjanya keluar. Sikap genitnya ketahuan hihihihii... (hanya mau dirawat oleh laki-laki).


Bisa dikatakan kucing saya yang hilang tanpa jejak itu dikembalikan oleh Tuhan. Saya bersyukur sekali. Ketika saya melahirkan E-boy. Kucing di rumah pun beranak juga (anaknya si Dodo dan Munthil). Kompak bener yah? Dari 4 ekor menjadi 8 ekor. Tentu saya tidak sanggup. Bukan masalah pakan atau pasir kotorannya. Melainkan waktu dan tenaga untuk merawat semuanya. Keputusan harus saya buat, hati harus ditabahkan. Empat ekor anak kucing saya adopsikan ke empat keluarga berbeda. Tiga ekor sebelumnya tidak saya beri nama, karena umur 3-4 bulan sudah berpindah rumah. Lain halnya dengan anak kucing terakhir, saya beri nama Ando (anaknya Dodo) karena tidak juga menemukan keluarga yang tepat. Umur 1,5 tahun, baru lah Ando mendapatkan keluarga baru (semoga mbak Aliya senang ya dengan kado ultahnya).




Beberapa hari yang lalu, saya ditawari kucing jantan oleh teman saya yang lain. Awalnya hanya satu ekor, Si Nero. Ternyata teman saya mau mengadopsikan kedua kucing bulu panjang yang dimilikinya. Nero dan Roby (namanya keren yah?). Saya komunikasikan dengan keluarga besar. Dan disetujui. Saya menerima bukan buat saya pribadi, tapi dengan pertimbangan kalau adik perlu kegiatan positif, juga untuk persiapan bila papa pensiun besok (1-2 tahun lagi). Tuhan menggantikan 2 ekor kucing saya yang hilang entah ke mana itu dengan 3 ekor kucing baru. Tuhan memang baik pada saya. Masih tidak percaya Tuhan itu Maha Adil? Masih tidak percaya dengan kekuatan ikhlas? Saya sih gak berani....

Selasa, 29 November 2011

Bu....

Pertama kalinya saya dipanggil "Bu" oleh pegawai garda depan sebuah bank (CS maksudnya). Ini benar-benar pertama kalinya setelah sekian lama dipanggil "mbak", "nonik", atau "kak". Hihihihihi... nyengir aja di dalam hati. Padahal saya cukup panik juga,,,,, uang saya tertelan mesin ATM. Niat awalnya kan mau setor tunai... Apa daya,,, jaringan emang benar-benar tak handal. Tertelan sudah uang yang lumayan banyak itu.

Jam belum terlalu sore dari jam tutupnya kas. Saya langsung mengadu (kebetulan satu area antara mesin setor tunai dengan kantor bank-nya). Dan di situ-lah saya dipanggil "Bu Vera". Panik kedua karena KTP saya mati bulan lalu. Pakai jurus pamungkas,,, sedang menunggu surat panggilan untuk membuat E-KTP. Untung tidak dipersulit. Well, kita tunggu 14 hari lagi yaaa.. Bagaimana tuh nasib uang saya? Bakal lelet gak ya prosesnya??

Senin, 28 November 2011

Tiga Kata Ajaib

Hati ibu mana yang tidak tersentuh ketika apa yang kita ajarkan bisa diserap dengan sempurna oleh anak kita. Saya tidak bosan-bosannya mengajarkan tiga kata: terima kasih, maaf, dan tolong. Kata terima kasih tidak terlalu susah buat Erdi. Tugas saya saat ini meluruskan "acih' menjadi 'terima kasih". Agak berpikir keras juga mengajakan kata maaf dan tolong. Akhirnya saya berusaha menerapkan dua kata itu dalam keseharian saya. Lama sekali dua kata itu tidak segera muncul dari bibir Erdi.

Peristiwa tumbangnya sekeluarga menjadi celah yang cukup baik. Pada mulanya saya tidak tahu harus berbuat apa ketika Erdi mengeluh sakit. Saya hanya bisa mendekapnya sambil berkata "maaf ya sayang". Setiap kali Erdi mengeluh sakit, entah itu perutnya sedang melilit atau gusinya cenut-cenut, hanya pelukan dan ucapan kata maaf yang keluar dari bibir saya. Saya merasa begitu lemah dan tak berdaya.

Hari ini, seperti biasa, hari senin menjadi hari yang cukup melelahkan. Ayah berangkat lebih pagi. Emosi saya belum stabil atas beberapa peristiwa yang cukup menyebalkan. Diare Erdi yang masih jadi momok merupakan beban tersendiri. Ingin menyerah saja. Ingin melakukan berbagai tes. Tapi apalah gunanya hasil lab, saya tetap harus berpatokan pada kondisi Erdi.

GTM menyerang, tantrum menyerang. Saya tinggalkan Erdi di ruang tamu sejenak. Saya tidak ingin marah-marah. Toh anak masih sangat kecil. Bukan porsinya bila menjadi sasaran empuk kelabilan emosi saya. Tak ada suara apapun dari ruang tamu hingga tiba-tiba Erdi menangis menghampiri saya. Saya cek. Olaaalaaa ternyata diare... Saya bawa ke kamar mandi, saya bersihkan badannya, saya gantikan baju bersih. Saya bersihkan sofa ruang tamu (untungnya berbahan oscar).

Mau meledak aja emosi ini. Sempurna sudah hari senin pagi saya. Saya duduk mengatur emosi di ruang tengah. Erdi yang sudah bersih memandangi saya. "Ma.. af" begitu saya dengar suaranya penuh penyesalan. Saya lihat mata jernihnya. Seketika itu juga air mata ini meleleh deras. Saya peluk erat. Saya katakan "bunda sayang Erdi, iya bunda maafkan".

Yes, tinggal satu kata lagi!!

Rabu, 23 November 2011

Tumbang Sekeluarga

Harusnya kalau sudah berkumpul kembali, satu keluarga utuh, bisa dilewati dengan suka cita. Tidak demikian dengan keluarga kami. Minggu subuh, saya dan E-boy masih bisa ketawa bersama si ayah yang baru saja datang dari Jogja, membongkar aneka oleh-oleh. E-boy dapat 5 bungkus, coklat semua! Saya mencicipi kripik kulit mlinjo yang belum saya makan sebelumnya. Kalau mlinjonya sih sering. Lima butir saja cukup karena tidak kuat dangan rasa asinnya yang sungguh terlalu. E-boy pun ikut mencicipi. Kalau tidak salah hanya satu atau dua butir. Pikir saya tidak mengapa, toh tidak pedas.

Tidak disangka, magrib di hari yang sama, pencernaan saya mulai bermasalah. Diare. Saya belum panik. Karena frekuensinya masih 1-2 kali. "Ah nanti akan segera normal", kata saya dalam hati. Hari senin, diare masih berlanjut.. Doeeenggg!! Mulai lemes badan ini. Pagi itu saya mulai merasa ada yang berubah dengan E-boy. Yang biasanya menjadi si lahap. Kali ini kok makannya diemut yaaa.... Saya peluk terus dari pagi sampai siang. Pagi itu karena saya juga tidak enak badan, saya mengajak E-boy di kasur... Sekitar jam 12 siang, saya merasakan suhu badan E-boy yang meningkat drastis. 39,9 DC. Tidak ada persediaan paracetamol. Saya sms suami minta dibelikan paracetamol di apotek terdekat. Saya yang lemas hanya bisa memeluk erat, perbanyak skin to skin contact.

Paracetamol sampai rumah sekitar jam setengah dua siang. Harganya sungguh ajaib. Hanya Rp. 3.200 saja, padahal itu dua jenis obat: sirup dan tablet. Cuma hitungannya aja yang agak ribet, dalam 5 ml terkandung 120 mg. Berat badan E-boy 11,1 kg. Dan dosis paracetamol yang seharusnya diberikan adalah 10-15 mg per berat badan. Jadi tidak masalah saya beri 5 ml karena masih dalam rentang dosis yang aman (walaupun saya lebih suka memberikan dosis terendah, yaitu 10 mg per berat badan). Pemberian paracetamol hanya menurunkan 0,3 DC. Sore harinya saya coba suapi makan. Sukses dimuntahkan. Asumsi saya mungkin karena eneg. Saya ganti dengan puree apel. Habis satu mangkuk kecil.

Saya mencoba kompres air hangat, ternyata E-boy malah ndak nyaman. Mengajaknya berendam air hangat bisa-bisa tantrumnya kumat. Bingung... Karena suhu tubuh masih tinggi, maka paracetamol saya berikan lagi. Pakaian saya pilihkan yang tipis aja. Eh muntah.. Saya posisikan miring (muntah saat tidur) agar muntahannya tidak masuk ke paru-paru. Diare mulai muncul. Hampir tidak berhenti sepanjang malam. Dua lusin popok habis malam itu juga. Untungnya saya punya persediaan oralit beberapa bungkus. Saya minum untuk diri sendiri juga untuk E-boy. Saya minta tolong suami untuk membuat air rebusan kacang hijau. Kacang hijaunya dibuat bubur. Sedikit paksaan, cairan dan sedikit makanan masuk ke dalam perut E-boy.

Malam senin itu saya merasa tidak sanggup. Melihatnya begitu lemas, tidak kuat membuka kelopak mata, sungguh membuat hati teriris. Kuatir juga dengan yang namanya demam kejang. Ingin rasanya melarikan E-boy ke UGD. Tapi melihat suami begitu tenang, saya terbawa tenang juga. Suhu badan E-boy tidak bergeming di angka 38-39 DC. Setiap kali diare, saya atau suami sedikit memaksa meminumkan oralit dan air putih. Paracetamol ketiga saya berikan selasa subuh. Saya buatkan orak arik telur. Terimakasih ya Allah, masuk juga satu piring kecil. Tidak ada kejang demam. Semua berjalan dengan aman terkendali. Menjelang maghrib si ayah (yang paling banyak makan kripik kulit mlinjo) mulai diare juga... Welcome to the party, Darling... ha ha ha *ketawa garing*

Selasa siang, terjadi perbaikan. Suhu tubuh E-boy kembali normal. Nafsu makan sudah ada meskipun hanya sedikit saja. Saya tawarkan aneka jenis makanan. Roti. Yogurt. Nasi (thok tanpa lauk). Jagung rebus. Pisang. Semuanya sukses dimakan 2-3 suap. Diare masih menghantui. Namun frekuensinya sudah jauh berkurang. Heeeiiii.... saya sampai lupa kalau saya sendiri juga sedang sakit. Semoga saja diare ini segera hengkang dari kami sekeluarga...


(lanjutannya ada di Catatan Kesehatan)

Senin, 21 November 2011

Yuk.. Monggo Dimakan..

Akhir-akhir ini suami sering keluar kota secara mendadak. Saya sih berusaha ikhlas dan kuat. Mengurus segala sesuatunya sendiri memang tidak mudah. Apalagi kalau hujan deras, berangin, yang ujung-ujungnya bocor di sana-sini... huwwwaaa...

Lelah tentu saja menghampiri. Tak ada tempat mengeluh. Hanya tingkah laku E-boy yang polos penuh imajinasi menjadi satu-satunya penghibur. Malam itu seperti biasa saya menemani E-boy tidur di kamarnya. Seperti biasa juga bersahabat dengan buku-buku. Eh tak diduga ayah menelepon, berkali-kali untuk menanyakan di mana mencari coklat monggo. Saya jawab "coba tanya ke penjual di sekitar situ. Pasti banyak yang tahu". Tidak mungkin toh kalau tidak ada yang tahu wong itu produk terkenal dari Jogja. E-boy juga sempat berbicara dengan ayahnya. Coklat monggo akan didapat bila E-boy menjadi anak penurut.

E-boy langsung saja bertanya terus menerus kapan coklat monggonya sampai. Saya jawab, besok pagi ketika sudah bangun dari tidur. Teralihkan sejenak perhatiannya. Kemudian E-boy mengambil buku dan bercerita kepada saya.
E-boy: "eeyore"
Saya: "zebra sayang"
E-boy: "zebra.. zebra.. jalan-jalan.. cari monggo"
Saya: "iya, monggo, Erdi tidur dulu ya, besok makan monggo"
E-boy: "matahari.. lagi.. lagi.. tambah.."
Saya: "loh apa? tambah apa?
E-boy: "tambah.. tambah.."
Saya: (bingung) "o bunda tau.. mau nyanyi matahari terbenam?"
E-boy: "iya, nyanyi"
Duo: "matahari terbenam, hari mulai malam, terdengar burung hantu, suaranya merdu.. kukuu..kukuu.. kukukukukukuu.."

E-boy mengambil buku berikutnya. Kemudian bercerita lagi kepada saya.
E-boy: "zebra?"
Saya: "itu singa sayang"
E-boy: "singa bobo', besok monggo"
Saya: "iya sayang, besok dapat monggo setelah bobo' yaa"

Anak saya terlelap juga dengan senyum. Menunggu ayah pulang membawa coklat monggo aneka ukuran, aneka rasa. Ini bukan iklan loh yaa... Hanya menceritakan bahwa anak punya imajinasi yang kadang tak kita duga. Imajinasi yang tak boleh kita batasi. Biarkan anak berfantasi. Izinkan anak-anak bermain sampai puas, jangan batasi keinginannya untuk mencari tahu.

Subuh, beberapa menit sebelum ayah datang. E-boy bangun. Kata pertama yang diucapkannya "monggo". Jangan coba-coba bohong pada anak kecil yaaa.. Ingatannya sangat kuat! Dan saat ayah datang, E-boy senang mendapatkan banyak sekali coklat monggo. Tak disangka, coklat ini dibeli di apotek kimia farma yang berjarak kurang lebih 1 km dari Malioboro. Haa,, sejak kapan coklat jadi obat??


Saya pribadi memang kesulitan mencari coklat ini di Malang. Awal mula saya tahu ya dari milis mpasi rumahan. Waktu membahas jenis dan merk coklat apa yang bagus untuk bayi. Coklat monggo di Malang hanya bisa ditemukan di Lai Lai, itupun kadang kosong. Harus menunggu beberapa waktu untuk mendapatkan jenis coklat monggo yang kita inginkan. Saat suami ke Jawa Tengah, tentunya coklat asal Jogja ini layak untuk dipesan sebagai buah tangan...

Yuk.. Monggo Dimakan..

Minggu, 20 November 2011

Pelajaran Besar

Pengalaman ini terjadi beberapa hari lalu saat saya belanja ke salah satu supermarket di Malang. Seperti biasa saya berangkat dengan uang tunai secukupnya (tips irit ala bu Vera no 1). Tidak disangka solar habis, mampir dulu ke SPBU.

Setelah sampai di supermarket tujuan.. Eh Erdi sedikit berulah. Biasanya duduk manis di troli. Kali ini minta jalan sendiri. Dan ngotot minta mendorong troli. Saya iya-kan saja daripada heboh dan batal belanja. "Terima kasih ya sayang sudah membantu mendorong troli. Erdi anak hebat! Hati-hati loh ya,, dorongnya yang lurus". Begitu ucap saya ke E-boy. Kami jadi pusat perhatian. Tentu saja artisnya adalah E-boy yang saat itu memakai baju batik dan sepatu boots.

Saya membeli keperluan sesuai yang ada di daftar belanja (tips irit ala bu Vera no 2). Boleh lah membeli satu atau dua barang di luar anggaran asal harganya hanya beberapa ribu rupiah saja (jangan beberapa puluh ribu yak, bisa bangkrut ntar). Semua sudah ada di troli saatnya menuju kasir. E-boy ikut ayah dulu sejenak.

Pelajaran besar dimulai saat di kasir. Semua sudah dihitung. Dan saya cukup kaget dengan nominalnya yang melebihi uang tunai yang saya miliki di dompet. Dag dig dug jantung ini. Otak berpikir cepat, hanya ada dua opsi, yaitu meminta suami mengambil uang di ATM atau membatalkan beberapa barang. Reflek saya meminta kasir untuk meneliti kembali.
Saya: "yakin tidak ada yang salah mbak? tolong dicek ulang"
(maksudnya untuk memberi waktu buat saya berfikir langkah apa yang akan saya ambil).
Kasir: "oia mbak (heiii saya sudah ibu-ibu loh!), ada satu barang yang salah hitung, ini ada ikan belanak"
Saya: "harganya berapa itu mbak?"
Kasir: "52.000 mbak"

Untunglah tidak jadi rugi. Tidak jadi ambil uang di ATM. Tidak jadi membatalkan barang yang sudah diambil. Sepertinya lain kali saya harus lebih kritis lagi. Saat di kasir harus melototi satu persatu barang yang dihitung. Bisa jadi bar code-nya yang salah, bisa jadi human error. Pengalaman belanja yang tak akan terlupa ini... Dag dig dug-nya itu loh yang gak kuat ^^,

Sabtu, 19 November 2011

Stres?

Jepit rambut imut ini saya buat cukup cepat, sekitar 30 menit jadi. Seperti biasa ketika stres melanda, saya langsung heboh mencari cara untuk mengekspresikan diri. Bongkar-bongkar dan ketemu satu biji batu bahan baku satu set perhiasan yang pernah saya buat sebelumnya. Ada kawat juga. Lumayan lah bisa dikerjakan.

Untuk sementara, saya cukup puas. Bisa dipakai dengan bangga. Kalau nanti sudah bosan bisa dibongkar dan dikreasikan dengan bentuk yang lain lagi loh...

Rabu, 16 November 2011

Emosi

Hidup gak selamanya seneng, gak selamanya susah. Pas ketemu situasi-situasi gak enak, bisa jadi kita emosional. Duh, susah bener mengontrol emosi. Kita bisa baca segunung teori, kita bisa berguru ke sejuta orang. Hasilnya akan nihil kalau kita gak pernah praktek gimana caranya ngontrol emosi..

Saya bukan bidadari, bukan malaikat, apalagi Tuhan.. Gempang banget emosi naik untuk hal-hal yang sebetulnya lumrah. Pas nidurin anak aja bisa meningkatkan emosi (E-boy susah tidur kawan-kawan,, ada aja ulahnya. Suka menjatuhkan badan ke saya, akibatnya lebam-lebam lah). Iya, udah pinter untuk nahan supaya gak mukul, gak nyubit, gak main fisik lah intinya. Tapi tetep aja ngelempar barang, guling tepatnya *tampang penuh dosa*. Punya anak di usia 2 tahun-an ini gampang-gampang susah. Tantrum menghantui, bagian dari tumbuh kembang anak. Bagaimana menyikapinya pun dengan segambreng teori (yang kadang-kadang raib entah ke mana saat emosi melanda).

Meninggalkan "area pertempuran" sangat membantu saya menenangkan emosi. Mengatur nafas pelan-pelan sampai detak jantung kembali normal dan pikiran kembali terang. Tangisannya pun masih terdengar keras tapi sudah tak cukup membuat saya kehilangan kontrol diri. Saya kembali menghadapi tantrumnya, kembali ke kamarnya, merendahkan badan hingga bisa menatap ke dalam matanya.
Saya: "Erdi, anak penurut?" ----> saya terbiasa mendefinisikan karakter anak
E-boy: "penurut" dengan isak tangis
Saya: "bobo' yuk! Bunda minta maaf ya sayang sudah marah-marah" memeluk erat
E-boy: "bunda maaf, bunda maaf"

The End-

[hari ini harus lebih baik dari hari kemarin!]

Senin, 14 November 2011

Hasil Belajar Bermain Kawat

Jaman dulu,, tak ada pikiran kawat bisa dibentuk menjadi sesuatu yang artistik. Kirain cuma bahan bangunan aja *big grin*

Perkenalan pertama dengan kata wire jewelry itu setahun yang lalu. Hanya sebatas menengok, sudah punya keinginan belajar. Sayangnya anak masih bayi, tidak bisa disambi ini itu. Semua waktu dan perhatian hanya untuk anak (maaf bojoku sayang). Sekitar tiga bulan ke belakang, saya menemukan batu-batu cantik bekas kalung saya yang rusak, ada beberapa rantai... Istilah suami "kanibalism". Intinya saling menukar, saling mengganti hingga didapat hasil yang kita inginkan. Perhiasan pertama yang saya buat sangat sederhana. Sekedar merangkai saja. Satu set yang terdiri dari gelang, anting, dan kalung. Di bawah ini fotonya yaa....



Kesempatan untuk belajar nguwer-nguwer kawat datang juga. Seperti cerita saya di sini. Belajar perlu proses, perlu waktu. Saya ingin belajar secara mandiri dulu, belum berniat mengikuti kursus secara khusus. Beberapa hasil jepretan teknik-teknik yang diasah dalam ber-kawat ria sudah bisa diintip.









Masih jauh dari kata bagus, tapi sungguh kepuasan tersendiri buat saya pribadi *telunjuk kanan yang masih kapalan*

[Karya yang lain adalah jepit rambut]

Minggu, 13 November 2011

Dua Tahun Usia Anakku

Waktu berlalu sangat cepat. Gak terasa sudah dua tahun aja umur si ganteng Erdi. Semua hal terbaik dari saya sudah diberikan. Lulus ASI dua tahun penuh dan MPASI rumahan. Setahun yang lalu tidak ada perayaan apa-apa, saya masih fokus dengan ASI dan MPASI. Tahun ini, perlu dirayakan! Tema yang diambil adalah luar angkasa. Undangan hanya keluarga saja. Ceria dan sakral. Acaranya, makan siang yang didahului oleh doa (yang paling penting) kemudian santai, bebas. Ngobrol-ngobrol dan ketawa. Tak ada kue tart, diganti cake box dan tumpeng mungil. Tumpengnya pun lucu, dibentuk setengah bundar, seperti alien yang akan menyerang.


Penasaran?? Tunggu cerita selanjutnya yaaaa....
*beres-beres mode on*

Sabtu, 12 November 2011

Heboh di Dapur

Siapa bilang anak laki-laki itu malas dan gak mau membantu di dapur. Itu semua kan hasil dari didikan orang tua. Contohnya nih ya.. si E-boy, anak lanang siji ini suka sekali kegiatan di dapur. Mulai dari cuci piring, potong-potong, menggoreng,, pengennya ikut aja. Yaaa agak kuatir juga kalau si mungil mulai ikut-ikutan sok gede bisa melakukan semuanya seperti orang dewasa. Dialihkan perhatian pun ndak mau. Repot kan??
Mau tau apa yang saya lakukan? Beri pujian! "Terima kasih ya sayang, Erdi hebat bantuin bunda masak dan cuci piring.... ayooo sekarang bantu bunda di depan". Ting (mengayunkan tongkat sihir) dan si E-boy berpindah tangan ke pelukan si ayah.
Bikin kue juga begitu, maunya mengaduk-aduk adonan.. Semua yang kita lakukan juga ditirunya. Gak apa-apa lah, berantakan dikit yang pasti semua happy. Daaaannn, setiap kue yang matang. Belum sempat dingin sudah habis masuk perut E-boy, hihihihi...
Olaaalaaaa....... heboh bener di dapur hari ini, seru, capek tapi suweneng...

Kamis, 10 November 2011

Banyak Maunya nih...

Lama sekali saya merencanakan membeli alat dan bahan untuk membuat wire jewelry. Berulang kali mengintip berbagai OS yang menyediakan berbagai batu, mutiara, kawat aneka warna dan aneka diameter.. Ngiler sejadi-jadinya. Gak tau kenapa kok tidak juga melakukan transaksi.

Sore tadi saya sempatkan mampir ke salah satu toko aksesoris yang ada di belakang pasar besar. Lumayan lengkap isinya tapi ampun kotornya, banyak debu! Tangan saya jadi dekil saat memilih aneka batu dan kawat yang akan saya pergunakan. Dan yang bikin saya senang adalah saya menemukan tang yang lengkap, sepaket isi 5 buah.

Pulang ke rumah dengan perasaan riang gumbira, langsung bongkar muatan... Berlatih membuat lilitan kawat (coiling). Yaaa... jadilah satu liontin sederhana dan dua pasang anting-anting (foto menyusul, gelap nih pencahayaan-nya gak oke). Di saat asyik ber-kawat ria,, saya menerima sms dari salah seorang kawan yang meminta bantuan, edit naskah untuk sebuah lomba. Saya iya-kan saja. Saya baca naskahnya, mulai saya edit.. saya berselancar di dunia maya karena ada istilah yang saya tidak tau..

Waaaoowww... teknik quilling, cakep oey.. bagus-bagus ya.. coba browsing deh. Kawan saya ini memang pengrajin! Yang saya tahu, di bidang mahar dan kain flanel. Karya-karyanya sering membuat saya terharu karena ada "soul"-nya. Dulu saya gak sadar kalau karya maharnya ini bagus (lah wong saya dah nikah ya gak terlalu "ngeh" lagi dengan yg namanya mahar toh ya). Saya beberapa kali (hanya) memesan kerajinan flanel (saja) untuk keperluan-keperluan khusus.

Dan... saya mau juga belajar teknik quilling!!! Haaaalllaaaahhh... dasar banyak maunya.. wong teknik herringbone aja belum dicoba, teknik merajut kawat masih dalam angan-angan, teknik bikin prong juga belum disentuh. Yawes jadi PR aja dulu, masih ada waktu lain kan kawan?

Rabu, 09 November 2011

Mengatur Jarak Kelahiran

Anak adalah rezeki. Kedatangannya tidak boleh ditolak namun bisa diatur jarak kelahirannya. Usaha boleh dilakukan, yang menentukan mutlak adalah Allah SWT. Ada banyak metode untuk mengatur jarak kelahiran. Selama menikah, kami memilih metode sealami mungkin. Tidak ada efek samping. Kelemahan metode alami ini adalah perlunya kedisiplinan dan pengenalan tubuh sebaik mungkin. Juga komunikasi suami istri yang cukup lancar, termasuk saling pengertian.
  1. Metode Kalender
    Prinsipnya adalah tidak melakukan hubungan suami istri pada masa subur. Masa subur berlangsung kurang lebih satu minggu. Ovulasi terjadi di puncak masa subur, umumnya di hari ke-14. Andaikan mestruasi terjadi tanggal 1 maka ovulasinya di tanggal 14. Rentang masa subur adalah 3 hari sebelum ovulasi sampai 3 hari sesudah ovulasi. Berarti masa subur adalah tanggal 11-17. Ruwet? Sekarang banyak situs yang menyediakan perhitungan kapan terjadinya ovulasi kok (salah satunya di sini atau ini). Kita tinggal memasukkan kapan tanggal pertama terjadinya menstruasi dan panjang siklus menstruasi kita (panjang siklus berkisar 28-35 hari). Lalu kita bisa baca hasilnya dan menandai di kalender yang ada di kamar (biar suami pun tahu kapan masa subur).
  2. Metode Ovulasi Biling (MOB)
    Metode MOB ini sangat bergantung pada kemampuan kita mengenali tubuh sendiri. Secara detil bisa dibaca di alamat ini. Mungkin kita agak kerepotan kalau harus mengamati banyak parameter dan dalam satu siklus menstruasi. Coba saja amati bagaimana tubuh kita setelah menghitung sesuai metode no 1. Amati pola lendir saja selama 7 hari. Berdasarkan pengalaman pribadi, lendir akan mulai muncul di awal masa subur (hari ke 11-14). Semakin lama semakin jernih dan semakin mulur. Saat Ovulasi (hari ke 14), lendir akan paling jernih dan paling mulur, bila direntangkan bisa sepanjang kurang lebih 10 cm tanpa putus. Penentuan kapan ovulasi bisa memiliki dua tujuan --> kehamilan atau malah menghindari kehamilan.
  3. Metode Menyusui Eksklusif (LAM - Lactational Amenorrhea Method)
    Dengan menyusi secara ekslusif, siklus menstruasi bisa berhenti selama beberapa bulan sehingga kehamilan pun tidak terjadi. Metode LAM memiliki beberapa syarat yang cukup ketat, di antaranya (penjelasan lengkap ada di kellymom.com dan di sini):
    • usia bayi kurang dari 6 bulan
    • siklus menstruasi belum kembali setelah masa nifas selesai
    • bayi menyusu langsung siang dan malam sesuai kebutuhan
  4. Metode Coitus Interruptus
    Dibaca di sini aja yaaa.... (malu bener nih saya)
  5. Penggunaan kondom atau femidom (kondom buat wanita) juga bisa digunakan sebagai plan B (eh termasuk metode alami bukan ya??)
Perencanaan kelahiran yang sesuai dengan kondisi masing-masing keluarga akan semakin menambah kebahagiaan dan kesejahteraan lho.... Betul tidak?

Selasa, 08 November 2011

Kita Bisa!!

Menulis itu mengasyikkan!

Sejak setahun yang lalu saya sudah bosan dengan yang namanya fb. Beberapa kali akun tersebut saya non aktifkan. Apa yang terjadi? Teman-teman saya heboh menanyakan ada apa, kenapa, dan meminta untuk tetap ber-fb-an. Buat saya pribadi sih no problemo. Oke-oke saja. Itu setahun yang lalu. Lalu G+ muncul. Saya berniat pindah. Apa daya... saya menyadari kalau teman-teman saya masih banyak di fb. Ya! Sampai detik ini saya masih bertahan dengan fb demi menjaga silaturahmi dengan teman-teman.

Menulis itu mengasyikkan!

Sekali saya memulai menulis, saya tidak bisa berhenti. Tulisan hari ini mengenai E-baby membuat saya puas. Di situ saya menyertakan sebuah video. Videonya saya edit sedemikian rupa dengan menggunakan program openShot. Banyak kendala! Mulai dari bagiamana memotong video (biar gak kelihatan bugil), menyertakan label, dan menyatukan video dengan musik. Kemudian bagaimana mengekspor file (perlu memasang codec). Pelan-pelan saya kerjakan dengan hati tenang, kepala dingin, sabar. Rasanya ingin menyerah dan membangunkan suami saja!! Dan... Ternyata saya bisa!!

Menulis itu mengasyikkan!

Ya! Mulai saat ini saya akan rajin menulis di sini, tidak terlalu aktif lagi di fb. Tidak peduli apakah tulisan saya dibaca orang ataukah tidak. Sambil menunggu teman-teman lain membuat akun di G+.


Senin, 07 November 2011

Si Boneka Snoopy

Riang gumbira!

Lucu kan fotonya?
Gampang banget acara tidur siang ini. Triknya? Berikan apa yang diminta si anak.. dan jangan lupa dibuat kenyang dulu he he he... Semenjak bangun subuh tadi berarti sudah 3 mangkok nasi dan cemilan plus buah yang tak terhitung lagi.

"Bundaaa,, bobok" begitu celotehnya sesaat sebelum tertidur pulas. Oke, saya mengajaknya ke kamar tidur di loteng. "Pooh! Pooh!" E-boy meminta sambil menunjuk boneka pooh yang ada di dalam playpen. Saya ambilkan dan saya letakkan boneka besar itu di atas kasur. Dia bermain, digulat tepatnya. Kemudian berhenti, tampak berpikir dan berkata "boneka", saya jawab "boneka apa sayang?". Hening beberapa detik, lalu terdengar jawaban "boneka... snoopy..."

Saya pikir, E-boy tak mengingat apa yang saya ceritakan kemarin malam. Ternyata luar biasa ya anak kecil itu, hanya sekali saya menjelaskan tentang boneka snoopy dan dia mengingatnya hari ini meskipun agak lama juga sih proses mengingatnya.

Boneka snoopy ini ada di rumah saya karena pemberian seorang sahabat, Novi alias Ncek atau Snovy (bener gak ya nulisnya??). Saya hampir lupa di mana menyimpannya. Untunglah kondisinya masih terawat, masih bersih dan putih :D

Boneka Snoopy yang saya pikir dulu sudah sangat besar itu begitu disandingkan dengan Pooh ya ada perbedaan juga.. Sepertinya buat E-boy, boneka Snoopy menjadi favorit. Tuh tidurnya sampai pulas begitu.

Minggu, 06 November 2011

Jodoh gak Jodoh

Hidup itu kalau dirasakan terkadang lucu juga... ada kalanya kejadian-kejadian yang kita alami begitu menjengkelkan,, justru ketika rasa jengkelnya berlalu jadi tersenyum sendiri bahkan tertawa terkekek-kekek!

Seperti kejadian kemarin pagi, bukan berarti yang akan saya ceritakan adalah sesuatu yang menjengkelkan loh ya.. Seperti biasa, sebelum pergi selalu membuat daftar hal yang harus dilakukan. Tujuan pertama adalah ke sebuah minimarket di pasar Lawang untuk membeli sesuatu yang bisa diubah menjadi alat pembuat "uwer-uwer" (halah bahasanya,,, intinya sih saya sedang berminat dengan wire jewelry) dan karet pengganti si eye curler. Yah.. yang namanya Jodoh gak Jodoh toh ya,,, wes pokoke sing digoleki mesti ra ono. Dongkol? ya Pasti-lah... Sudah berkeliling ke seantero ruangan yang panas, berasap rokok, rame dusel-duselan [lah kok malah ngomel?!]

Singkat cerita sesaat akan keluar lah kok suami menunjuk sebuah boneka pooh guede. Diukur dengan tinggi E-boy saat berdiri,, yap,, oke,, boneka pooh yang dicari kira-kira segini. Bawa ke kasir, bayar, angkut ke jeep dan mari melanjutkan ke tujuan berikutnya, kebun teh! Apapun ya kalau sudah saatnya jodoh pasti ketemu juga. Sudah sejak lama (hampir 4 tahun) mencari boneka pooh super jumbo eh ketemunya malah saat saya sedang mencari hal lain dan paaaas banget buat kado saya yg sudah bersusah payah berjuang memberi ASI selama 2 tahun belakangan ini.

penampakan saya dan si pooh, foto gak bagus, silau terkena cahaya

Di kebun teh walau matahari bersinar terik tapi anginnya kenceng juga, untung bawa jaket! E-boy sok gede, kontur tanah yang naik turun tak membuatnya ragu berpetualang sendiri... yeaah bangga dengan si anak lanang ini!! Be strong Son.

sedikit dari banyak kegiatan di kebun teh

Belum puas di kebun teh, lah kok E-boy minta makan nasi.. Dan karena terburu-buru di pagi hari jadinya lupa deh tuh bekalnya di rumah (dasar pikun!!),, padahal tadinya saya berniat menggantikan bekal yang tertinggal dengan roti, apa daya sudah nyemego sih anaknya... Oke lah pulang dulu.. Sampai di rumah, pooh diturunkan, dibongkar plastik pembungkusnya dan terjadilah proses rebutan ibu dan anak he he he.. #nyengir lebar#

jodoh dengan pooh super jumbo

Terima kasih buat bojo yang sudah berbaik hati membelikan boneka super jumbo ini. Jempol 8 deh (minjem jempolnya E-boy juga) buat kejeliannya menemukan boneka yang harusnya terlihat oleh mata sakti saya.