Selasa, 29 November 2011

Bu....

Pertama kalinya saya dipanggil "Bu" oleh pegawai garda depan sebuah bank (CS maksudnya). Ini benar-benar pertama kalinya setelah sekian lama dipanggil "mbak", "nonik", atau "kak". Hihihihihi... nyengir aja di dalam hati. Padahal saya cukup panik juga,,,,, uang saya tertelan mesin ATM. Niat awalnya kan mau setor tunai... Apa daya,,, jaringan emang benar-benar tak handal. Tertelan sudah uang yang lumayan banyak itu.

Jam belum terlalu sore dari jam tutupnya kas. Saya langsung mengadu (kebetulan satu area antara mesin setor tunai dengan kantor bank-nya). Dan di situ-lah saya dipanggil "Bu Vera". Panik kedua karena KTP saya mati bulan lalu. Pakai jurus pamungkas,,, sedang menunggu surat panggilan untuk membuat E-KTP. Untung tidak dipersulit. Well, kita tunggu 14 hari lagi yaaa.. Bagaimana tuh nasib uang saya? Bakal lelet gak ya prosesnya??

Senin, 28 November 2011

Tiga Kata Ajaib

Hati ibu mana yang tidak tersentuh ketika apa yang kita ajarkan bisa diserap dengan sempurna oleh anak kita. Saya tidak bosan-bosannya mengajarkan tiga kata: terima kasih, maaf, dan tolong. Kata terima kasih tidak terlalu susah buat Erdi. Tugas saya saat ini meluruskan "acih' menjadi 'terima kasih". Agak berpikir keras juga mengajakan kata maaf dan tolong. Akhirnya saya berusaha menerapkan dua kata itu dalam keseharian saya. Lama sekali dua kata itu tidak segera muncul dari bibir Erdi.

Peristiwa tumbangnya sekeluarga menjadi celah yang cukup baik. Pada mulanya saya tidak tahu harus berbuat apa ketika Erdi mengeluh sakit. Saya hanya bisa mendekapnya sambil berkata "maaf ya sayang". Setiap kali Erdi mengeluh sakit, entah itu perutnya sedang melilit atau gusinya cenut-cenut, hanya pelukan dan ucapan kata maaf yang keluar dari bibir saya. Saya merasa begitu lemah dan tak berdaya.

Hari ini, seperti biasa, hari senin menjadi hari yang cukup melelahkan. Ayah berangkat lebih pagi. Emosi saya belum stabil atas beberapa peristiwa yang cukup menyebalkan. Diare Erdi yang masih jadi momok merupakan beban tersendiri. Ingin menyerah saja. Ingin melakukan berbagai tes. Tapi apalah gunanya hasil lab, saya tetap harus berpatokan pada kondisi Erdi.

GTM menyerang, tantrum menyerang. Saya tinggalkan Erdi di ruang tamu sejenak. Saya tidak ingin marah-marah. Toh anak masih sangat kecil. Bukan porsinya bila menjadi sasaran empuk kelabilan emosi saya. Tak ada suara apapun dari ruang tamu hingga tiba-tiba Erdi menangis menghampiri saya. Saya cek. Olaaalaaa ternyata diare... Saya bawa ke kamar mandi, saya bersihkan badannya, saya gantikan baju bersih. Saya bersihkan sofa ruang tamu (untungnya berbahan oscar).

Mau meledak aja emosi ini. Sempurna sudah hari senin pagi saya. Saya duduk mengatur emosi di ruang tengah. Erdi yang sudah bersih memandangi saya. "Ma.. af" begitu saya dengar suaranya penuh penyesalan. Saya lihat mata jernihnya. Seketika itu juga air mata ini meleleh deras. Saya peluk erat. Saya katakan "bunda sayang Erdi, iya bunda maafkan".

Yes, tinggal satu kata lagi!!

Rabu, 23 November 2011

Tumbang Sekeluarga

Harusnya kalau sudah berkumpul kembali, satu keluarga utuh, bisa dilewati dengan suka cita. Tidak demikian dengan keluarga kami. Minggu subuh, saya dan E-boy masih bisa ketawa bersama si ayah yang baru saja datang dari Jogja, membongkar aneka oleh-oleh. E-boy dapat 5 bungkus, coklat semua! Saya mencicipi kripik kulit mlinjo yang belum saya makan sebelumnya. Kalau mlinjonya sih sering. Lima butir saja cukup karena tidak kuat dangan rasa asinnya yang sungguh terlalu. E-boy pun ikut mencicipi. Kalau tidak salah hanya satu atau dua butir. Pikir saya tidak mengapa, toh tidak pedas.

Tidak disangka, magrib di hari yang sama, pencernaan saya mulai bermasalah. Diare. Saya belum panik. Karena frekuensinya masih 1-2 kali. "Ah nanti akan segera normal", kata saya dalam hati. Hari senin, diare masih berlanjut.. Doeeenggg!! Mulai lemes badan ini. Pagi itu saya mulai merasa ada yang berubah dengan E-boy. Yang biasanya menjadi si lahap. Kali ini kok makannya diemut yaaa.... Saya peluk terus dari pagi sampai siang. Pagi itu karena saya juga tidak enak badan, saya mengajak E-boy di kasur... Sekitar jam 12 siang, saya merasakan suhu badan E-boy yang meningkat drastis. 39,9 DC. Tidak ada persediaan paracetamol. Saya sms suami minta dibelikan paracetamol di apotek terdekat. Saya yang lemas hanya bisa memeluk erat, perbanyak skin to skin contact.

Paracetamol sampai rumah sekitar jam setengah dua siang. Harganya sungguh ajaib. Hanya Rp. 3.200 saja, padahal itu dua jenis obat: sirup dan tablet. Cuma hitungannya aja yang agak ribet, dalam 5 ml terkandung 120 mg. Berat badan E-boy 11,1 kg. Dan dosis paracetamol yang seharusnya diberikan adalah 10-15 mg per berat badan. Jadi tidak masalah saya beri 5 ml karena masih dalam rentang dosis yang aman (walaupun saya lebih suka memberikan dosis terendah, yaitu 10 mg per berat badan). Pemberian paracetamol hanya menurunkan 0,3 DC. Sore harinya saya coba suapi makan. Sukses dimuntahkan. Asumsi saya mungkin karena eneg. Saya ganti dengan puree apel. Habis satu mangkuk kecil.

Saya mencoba kompres air hangat, ternyata E-boy malah ndak nyaman. Mengajaknya berendam air hangat bisa-bisa tantrumnya kumat. Bingung... Karena suhu tubuh masih tinggi, maka paracetamol saya berikan lagi. Pakaian saya pilihkan yang tipis aja. Eh muntah.. Saya posisikan miring (muntah saat tidur) agar muntahannya tidak masuk ke paru-paru. Diare mulai muncul. Hampir tidak berhenti sepanjang malam. Dua lusin popok habis malam itu juga. Untungnya saya punya persediaan oralit beberapa bungkus. Saya minum untuk diri sendiri juga untuk E-boy. Saya minta tolong suami untuk membuat air rebusan kacang hijau. Kacang hijaunya dibuat bubur. Sedikit paksaan, cairan dan sedikit makanan masuk ke dalam perut E-boy.

Malam senin itu saya merasa tidak sanggup. Melihatnya begitu lemas, tidak kuat membuka kelopak mata, sungguh membuat hati teriris. Kuatir juga dengan yang namanya demam kejang. Ingin rasanya melarikan E-boy ke UGD. Tapi melihat suami begitu tenang, saya terbawa tenang juga. Suhu badan E-boy tidak bergeming di angka 38-39 DC. Setiap kali diare, saya atau suami sedikit memaksa meminumkan oralit dan air putih. Paracetamol ketiga saya berikan selasa subuh. Saya buatkan orak arik telur. Terimakasih ya Allah, masuk juga satu piring kecil. Tidak ada kejang demam. Semua berjalan dengan aman terkendali. Menjelang maghrib si ayah (yang paling banyak makan kripik kulit mlinjo) mulai diare juga... Welcome to the party, Darling... ha ha ha *ketawa garing*

Selasa siang, terjadi perbaikan. Suhu tubuh E-boy kembali normal. Nafsu makan sudah ada meskipun hanya sedikit saja. Saya tawarkan aneka jenis makanan. Roti. Yogurt. Nasi (thok tanpa lauk). Jagung rebus. Pisang. Semuanya sukses dimakan 2-3 suap. Diare masih menghantui. Namun frekuensinya sudah jauh berkurang. Heeeiiii.... saya sampai lupa kalau saya sendiri juga sedang sakit. Semoga saja diare ini segera hengkang dari kami sekeluarga...


(lanjutannya ada di Catatan Kesehatan)

Senin, 21 November 2011

Yuk.. Monggo Dimakan..

Akhir-akhir ini suami sering keluar kota secara mendadak. Saya sih berusaha ikhlas dan kuat. Mengurus segala sesuatunya sendiri memang tidak mudah. Apalagi kalau hujan deras, berangin, yang ujung-ujungnya bocor di sana-sini... huwwwaaa...

Lelah tentu saja menghampiri. Tak ada tempat mengeluh. Hanya tingkah laku E-boy yang polos penuh imajinasi menjadi satu-satunya penghibur. Malam itu seperti biasa saya menemani E-boy tidur di kamarnya. Seperti biasa juga bersahabat dengan buku-buku. Eh tak diduga ayah menelepon, berkali-kali untuk menanyakan di mana mencari coklat monggo. Saya jawab "coba tanya ke penjual di sekitar situ. Pasti banyak yang tahu". Tidak mungkin toh kalau tidak ada yang tahu wong itu produk terkenal dari Jogja. E-boy juga sempat berbicara dengan ayahnya. Coklat monggo akan didapat bila E-boy menjadi anak penurut.

E-boy langsung saja bertanya terus menerus kapan coklat monggonya sampai. Saya jawab, besok pagi ketika sudah bangun dari tidur. Teralihkan sejenak perhatiannya. Kemudian E-boy mengambil buku dan bercerita kepada saya.
E-boy: "eeyore"
Saya: "zebra sayang"
E-boy: "zebra.. zebra.. jalan-jalan.. cari monggo"
Saya: "iya, monggo, Erdi tidur dulu ya, besok makan monggo"
E-boy: "matahari.. lagi.. lagi.. tambah.."
Saya: "loh apa? tambah apa?
E-boy: "tambah.. tambah.."
Saya: (bingung) "o bunda tau.. mau nyanyi matahari terbenam?"
E-boy: "iya, nyanyi"
Duo: "matahari terbenam, hari mulai malam, terdengar burung hantu, suaranya merdu.. kukuu..kukuu.. kukukukukukuu.."

E-boy mengambil buku berikutnya. Kemudian bercerita lagi kepada saya.
E-boy: "zebra?"
Saya: "itu singa sayang"
E-boy: "singa bobo', besok monggo"
Saya: "iya sayang, besok dapat monggo setelah bobo' yaa"

Anak saya terlelap juga dengan senyum. Menunggu ayah pulang membawa coklat monggo aneka ukuran, aneka rasa. Ini bukan iklan loh yaa... Hanya menceritakan bahwa anak punya imajinasi yang kadang tak kita duga. Imajinasi yang tak boleh kita batasi. Biarkan anak berfantasi. Izinkan anak-anak bermain sampai puas, jangan batasi keinginannya untuk mencari tahu.

Subuh, beberapa menit sebelum ayah datang. E-boy bangun. Kata pertama yang diucapkannya "monggo". Jangan coba-coba bohong pada anak kecil yaaa.. Ingatannya sangat kuat! Dan saat ayah datang, E-boy senang mendapatkan banyak sekali coklat monggo. Tak disangka, coklat ini dibeli di apotek kimia farma yang berjarak kurang lebih 1 km dari Malioboro. Haa,, sejak kapan coklat jadi obat??


Saya pribadi memang kesulitan mencari coklat ini di Malang. Awal mula saya tahu ya dari milis mpasi rumahan. Waktu membahas jenis dan merk coklat apa yang bagus untuk bayi. Coklat monggo di Malang hanya bisa ditemukan di Lai Lai, itupun kadang kosong. Harus menunggu beberapa waktu untuk mendapatkan jenis coklat monggo yang kita inginkan. Saat suami ke Jawa Tengah, tentunya coklat asal Jogja ini layak untuk dipesan sebagai buah tangan...

Yuk.. Monggo Dimakan..

Minggu, 20 November 2011

Pelajaran Besar

Pengalaman ini terjadi beberapa hari lalu saat saya belanja ke salah satu supermarket di Malang. Seperti biasa saya berangkat dengan uang tunai secukupnya (tips irit ala bu Vera no 1). Tidak disangka solar habis, mampir dulu ke SPBU.

Setelah sampai di supermarket tujuan.. Eh Erdi sedikit berulah. Biasanya duduk manis di troli. Kali ini minta jalan sendiri. Dan ngotot minta mendorong troli. Saya iya-kan saja daripada heboh dan batal belanja. "Terima kasih ya sayang sudah membantu mendorong troli. Erdi anak hebat! Hati-hati loh ya,, dorongnya yang lurus". Begitu ucap saya ke E-boy. Kami jadi pusat perhatian. Tentu saja artisnya adalah E-boy yang saat itu memakai baju batik dan sepatu boots.

Saya membeli keperluan sesuai yang ada di daftar belanja (tips irit ala bu Vera no 2). Boleh lah membeli satu atau dua barang di luar anggaran asal harganya hanya beberapa ribu rupiah saja (jangan beberapa puluh ribu yak, bisa bangkrut ntar). Semua sudah ada di troli saatnya menuju kasir. E-boy ikut ayah dulu sejenak.

Pelajaran besar dimulai saat di kasir. Semua sudah dihitung. Dan saya cukup kaget dengan nominalnya yang melebihi uang tunai yang saya miliki di dompet. Dag dig dug jantung ini. Otak berpikir cepat, hanya ada dua opsi, yaitu meminta suami mengambil uang di ATM atau membatalkan beberapa barang. Reflek saya meminta kasir untuk meneliti kembali.
Saya: "yakin tidak ada yang salah mbak? tolong dicek ulang"
(maksudnya untuk memberi waktu buat saya berfikir langkah apa yang akan saya ambil).
Kasir: "oia mbak (heiii saya sudah ibu-ibu loh!), ada satu barang yang salah hitung, ini ada ikan belanak"
Saya: "harganya berapa itu mbak?"
Kasir: "52.000 mbak"

Untunglah tidak jadi rugi. Tidak jadi ambil uang di ATM. Tidak jadi membatalkan barang yang sudah diambil. Sepertinya lain kali saya harus lebih kritis lagi. Saat di kasir harus melototi satu persatu barang yang dihitung. Bisa jadi bar code-nya yang salah, bisa jadi human error. Pengalaman belanja yang tak akan terlupa ini... Dag dig dug-nya itu loh yang gak kuat ^^,

Sabtu, 19 November 2011

Stres?

Jepit rambut imut ini saya buat cukup cepat, sekitar 30 menit jadi. Seperti biasa ketika stres melanda, saya langsung heboh mencari cara untuk mengekspresikan diri. Bongkar-bongkar dan ketemu satu biji batu bahan baku satu set perhiasan yang pernah saya buat sebelumnya. Ada kawat juga. Lumayan lah bisa dikerjakan.

Untuk sementara, saya cukup puas. Bisa dipakai dengan bangga. Kalau nanti sudah bosan bisa dibongkar dan dikreasikan dengan bentuk yang lain lagi loh...

Rabu, 16 November 2011

Emosi

Hidup gak selamanya seneng, gak selamanya susah. Pas ketemu situasi-situasi gak enak, bisa jadi kita emosional. Duh, susah bener mengontrol emosi. Kita bisa baca segunung teori, kita bisa berguru ke sejuta orang. Hasilnya akan nihil kalau kita gak pernah praktek gimana caranya ngontrol emosi..

Saya bukan bidadari, bukan malaikat, apalagi Tuhan.. Gempang banget emosi naik untuk hal-hal yang sebetulnya lumrah. Pas nidurin anak aja bisa meningkatkan emosi (E-boy susah tidur kawan-kawan,, ada aja ulahnya. Suka menjatuhkan badan ke saya, akibatnya lebam-lebam lah). Iya, udah pinter untuk nahan supaya gak mukul, gak nyubit, gak main fisik lah intinya. Tapi tetep aja ngelempar barang, guling tepatnya *tampang penuh dosa*. Punya anak di usia 2 tahun-an ini gampang-gampang susah. Tantrum menghantui, bagian dari tumbuh kembang anak. Bagaimana menyikapinya pun dengan segambreng teori (yang kadang-kadang raib entah ke mana saat emosi melanda).

Meninggalkan "area pertempuran" sangat membantu saya menenangkan emosi. Mengatur nafas pelan-pelan sampai detak jantung kembali normal dan pikiran kembali terang. Tangisannya pun masih terdengar keras tapi sudah tak cukup membuat saya kehilangan kontrol diri. Saya kembali menghadapi tantrumnya, kembali ke kamarnya, merendahkan badan hingga bisa menatap ke dalam matanya.
Saya: "Erdi, anak penurut?" ----> saya terbiasa mendefinisikan karakter anak
E-boy: "penurut" dengan isak tangis
Saya: "bobo' yuk! Bunda minta maaf ya sayang sudah marah-marah" memeluk erat
E-boy: "bunda maaf, bunda maaf"

The End-

[hari ini harus lebih baik dari hari kemarin!]

Senin, 14 November 2011

Hasil Belajar Bermain Kawat

Jaman dulu,, tak ada pikiran kawat bisa dibentuk menjadi sesuatu yang artistik. Kirain cuma bahan bangunan aja *big grin*

Perkenalan pertama dengan kata wire jewelry itu setahun yang lalu. Hanya sebatas menengok, sudah punya keinginan belajar. Sayangnya anak masih bayi, tidak bisa disambi ini itu. Semua waktu dan perhatian hanya untuk anak (maaf bojoku sayang). Sekitar tiga bulan ke belakang, saya menemukan batu-batu cantik bekas kalung saya yang rusak, ada beberapa rantai... Istilah suami "kanibalism". Intinya saling menukar, saling mengganti hingga didapat hasil yang kita inginkan. Perhiasan pertama yang saya buat sangat sederhana. Sekedar merangkai saja. Satu set yang terdiri dari gelang, anting, dan kalung. Di bawah ini fotonya yaa....



Kesempatan untuk belajar nguwer-nguwer kawat datang juga. Seperti cerita saya di sini. Belajar perlu proses, perlu waktu. Saya ingin belajar secara mandiri dulu, belum berniat mengikuti kursus secara khusus. Beberapa hasil jepretan teknik-teknik yang diasah dalam ber-kawat ria sudah bisa diintip.









Masih jauh dari kata bagus, tapi sungguh kepuasan tersendiri buat saya pribadi *telunjuk kanan yang masih kapalan*

[Karya yang lain adalah jepit rambut]

Minggu, 13 November 2011

Dua Tahun Usia Anakku

Waktu berlalu sangat cepat. Gak terasa sudah dua tahun aja umur si ganteng Erdi. Semua hal terbaik dari saya sudah diberikan. Lulus ASI dua tahun penuh dan MPASI rumahan. Setahun yang lalu tidak ada perayaan apa-apa, saya masih fokus dengan ASI dan MPASI. Tahun ini, perlu dirayakan! Tema yang diambil adalah luar angkasa. Undangan hanya keluarga saja. Ceria dan sakral. Acaranya, makan siang yang didahului oleh doa (yang paling penting) kemudian santai, bebas. Ngobrol-ngobrol dan ketawa. Tak ada kue tart, diganti cake box dan tumpeng mungil. Tumpengnya pun lucu, dibentuk setengah bundar, seperti alien yang akan menyerang.


Penasaran?? Tunggu cerita selanjutnya yaaaa....
*beres-beres mode on*

Sabtu, 12 November 2011

Heboh di Dapur

Siapa bilang anak laki-laki itu malas dan gak mau membantu di dapur. Itu semua kan hasil dari didikan orang tua. Contohnya nih ya.. si E-boy, anak lanang siji ini suka sekali kegiatan di dapur. Mulai dari cuci piring, potong-potong, menggoreng,, pengennya ikut aja. Yaaa agak kuatir juga kalau si mungil mulai ikut-ikutan sok gede bisa melakukan semuanya seperti orang dewasa. Dialihkan perhatian pun ndak mau. Repot kan??
Mau tau apa yang saya lakukan? Beri pujian! "Terima kasih ya sayang, Erdi hebat bantuin bunda masak dan cuci piring.... ayooo sekarang bantu bunda di depan". Ting (mengayunkan tongkat sihir) dan si E-boy berpindah tangan ke pelukan si ayah.
Bikin kue juga begitu, maunya mengaduk-aduk adonan.. Semua yang kita lakukan juga ditirunya. Gak apa-apa lah, berantakan dikit yang pasti semua happy. Daaaannn, setiap kue yang matang. Belum sempat dingin sudah habis masuk perut E-boy, hihihihi...
Olaaalaaaa....... heboh bener di dapur hari ini, seru, capek tapi suweneng...

Kamis, 10 November 2011

Banyak Maunya nih...

Lama sekali saya merencanakan membeli alat dan bahan untuk membuat wire jewelry. Berulang kali mengintip berbagai OS yang menyediakan berbagai batu, mutiara, kawat aneka warna dan aneka diameter.. Ngiler sejadi-jadinya. Gak tau kenapa kok tidak juga melakukan transaksi.

Sore tadi saya sempatkan mampir ke salah satu toko aksesoris yang ada di belakang pasar besar. Lumayan lengkap isinya tapi ampun kotornya, banyak debu! Tangan saya jadi dekil saat memilih aneka batu dan kawat yang akan saya pergunakan. Dan yang bikin saya senang adalah saya menemukan tang yang lengkap, sepaket isi 5 buah.

Pulang ke rumah dengan perasaan riang gumbira, langsung bongkar muatan... Berlatih membuat lilitan kawat (coiling). Yaaa... jadilah satu liontin sederhana dan dua pasang anting-anting (foto menyusul, gelap nih pencahayaan-nya gak oke). Di saat asyik ber-kawat ria,, saya menerima sms dari salah seorang kawan yang meminta bantuan, edit naskah untuk sebuah lomba. Saya iya-kan saja. Saya baca naskahnya, mulai saya edit.. saya berselancar di dunia maya karena ada istilah yang saya tidak tau..

Waaaoowww... teknik quilling, cakep oey.. bagus-bagus ya.. coba browsing deh. Kawan saya ini memang pengrajin! Yang saya tahu, di bidang mahar dan kain flanel. Karya-karyanya sering membuat saya terharu karena ada "soul"-nya. Dulu saya gak sadar kalau karya maharnya ini bagus (lah wong saya dah nikah ya gak terlalu "ngeh" lagi dengan yg namanya mahar toh ya). Saya beberapa kali (hanya) memesan kerajinan flanel (saja) untuk keperluan-keperluan khusus.

Dan... saya mau juga belajar teknik quilling!!! Haaaalllaaaahhh... dasar banyak maunya.. wong teknik herringbone aja belum dicoba, teknik merajut kawat masih dalam angan-angan, teknik bikin prong juga belum disentuh. Yawes jadi PR aja dulu, masih ada waktu lain kan kawan?

Rabu, 09 November 2011

Mengatur Jarak Kelahiran

Anak adalah rezeki. Kedatangannya tidak boleh ditolak namun bisa diatur jarak kelahirannya. Usaha boleh dilakukan, yang menentukan mutlak adalah Allah SWT. Ada banyak metode untuk mengatur jarak kelahiran. Selama menikah, kami memilih metode sealami mungkin. Tidak ada efek samping. Kelemahan metode alami ini adalah perlunya kedisiplinan dan pengenalan tubuh sebaik mungkin. Juga komunikasi suami istri yang cukup lancar, termasuk saling pengertian.
  1. Metode Kalender
    Prinsipnya adalah tidak melakukan hubungan suami istri pada masa subur. Masa subur berlangsung kurang lebih satu minggu. Ovulasi terjadi di puncak masa subur, umumnya di hari ke-14. Andaikan mestruasi terjadi tanggal 1 maka ovulasinya di tanggal 14. Rentang masa subur adalah 3 hari sebelum ovulasi sampai 3 hari sesudah ovulasi. Berarti masa subur adalah tanggal 11-17. Ruwet? Sekarang banyak situs yang menyediakan perhitungan kapan terjadinya ovulasi kok (salah satunya di sini atau ini). Kita tinggal memasukkan kapan tanggal pertama terjadinya menstruasi dan panjang siklus menstruasi kita (panjang siklus berkisar 28-35 hari). Lalu kita bisa baca hasilnya dan menandai di kalender yang ada di kamar (biar suami pun tahu kapan masa subur).
  2. Metode Ovulasi Biling (MOB)
    Metode MOB ini sangat bergantung pada kemampuan kita mengenali tubuh sendiri. Secara detil bisa dibaca di alamat ini. Mungkin kita agak kerepotan kalau harus mengamati banyak parameter dan dalam satu siklus menstruasi. Coba saja amati bagaimana tubuh kita setelah menghitung sesuai metode no 1. Amati pola lendir saja selama 7 hari. Berdasarkan pengalaman pribadi, lendir akan mulai muncul di awal masa subur (hari ke 11-14). Semakin lama semakin jernih dan semakin mulur. Saat Ovulasi (hari ke 14), lendir akan paling jernih dan paling mulur, bila direntangkan bisa sepanjang kurang lebih 10 cm tanpa putus. Penentuan kapan ovulasi bisa memiliki dua tujuan --> kehamilan atau malah menghindari kehamilan.
  3. Metode Menyusui Eksklusif (LAM - Lactational Amenorrhea Method)
    Dengan menyusi secara ekslusif, siklus menstruasi bisa berhenti selama beberapa bulan sehingga kehamilan pun tidak terjadi. Metode LAM memiliki beberapa syarat yang cukup ketat, di antaranya (penjelasan lengkap ada di kellymom.com dan di sini):
    • usia bayi kurang dari 6 bulan
    • siklus menstruasi belum kembali setelah masa nifas selesai
    • bayi menyusu langsung siang dan malam sesuai kebutuhan
  4. Metode Coitus Interruptus
    Dibaca di sini aja yaaa.... (malu bener nih saya)
  5. Penggunaan kondom atau femidom (kondom buat wanita) juga bisa digunakan sebagai plan B (eh termasuk metode alami bukan ya??)
Perencanaan kelahiran yang sesuai dengan kondisi masing-masing keluarga akan semakin menambah kebahagiaan dan kesejahteraan lho.... Betul tidak?

Selasa, 08 November 2011

Kita Bisa!!

Menulis itu mengasyikkan!

Sejak setahun yang lalu saya sudah bosan dengan yang namanya fb. Beberapa kali akun tersebut saya non aktifkan. Apa yang terjadi? Teman-teman saya heboh menanyakan ada apa, kenapa, dan meminta untuk tetap ber-fb-an. Buat saya pribadi sih no problemo. Oke-oke saja. Itu setahun yang lalu. Lalu G+ muncul. Saya berniat pindah. Apa daya... saya menyadari kalau teman-teman saya masih banyak di fb. Ya! Sampai detik ini saya masih bertahan dengan fb demi menjaga silaturahmi dengan teman-teman.

Menulis itu mengasyikkan!

Sekali saya memulai menulis, saya tidak bisa berhenti. Tulisan hari ini mengenai E-baby membuat saya puas. Di situ saya menyertakan sebuah video. Videonya saya edit sedemikian rupa dengan menggunakan program openShot. Banyak kendala! Mulai dari bagiamana memotong video (biar gak kelihatan bugil), menyertakan label, dan menyatukan video dengan musik. Kemudian bagaimana mengekspor file (perlu memasang codec). Pelan-pelan saya kerjakan dengan hati tenang, kepala dingin, sabar. Rasanya ingin menyerah dan membangunkan suami saja!! Dan... Ternyata saya bisa!!

Menulis itu mengasyikkan!

Ya! Mulai saat ini saya akan rajin menulis di sini, tidak terlalu aktif lagi di fb. Tidak peduli apakah tulisan saya dibaca orang ataukah tidak. Sambil menunggu teman-teman lain membuat akun di G+.


Senin, 07 November 2011

Si Boneka Snoopy

Riang gumbira!

Lucu kan fotonya?
Gampang banget acara tidur siang ini. Triknya? Berikan apa yang diminta si anak.. dan jangan lupa dibuat kenyang dulu he he he... Semenjak bangun subuh tadi berarti sudah 3 mangkok nasi dan cemilan plus buah yang tak terhitung lagi.

"Bundaaa,, bobok" begitu celotehnya sesaat sebelum tertidur pulas. Oke, saya mengajaknya ke kamar tidur di loteng. "Pooh! Pooh!" E-boy meminta sambil menunjuk boneka pooh yang ada di dalam playpen. Saya ambilkan dan saya letakkan boneka besar itu di atas kasur. Dia bermain, digulat tepatnya. Kemudian berhenti, tampak berpikir dan berkata "boneka", saya jawab "boneka apa sayang?". Hening beberapa detik, lalu terdengar jawaban "boneka... snoopy..."

Saya pikir, E-boy tak mengingat apa yang saya ceritakan kemarin malam. Ternyata luar biasa ya anak kecil itu, hanya sekali saya menjelaskan tentang boneka snoopy dan dia mengingatnya hari ini meskipun agak lama juga sih proses mengingatnya.

Boneka snoopy ini ada di rumah saya karena pemberian seorang sahabat, Novi alias Ncek atau Snovy (bener gak ya nulisnya??). Saya hampir lupa di mana menyimpannya. Untunglah kondisinya masih terawat, masih bersih dan putih :D

Boneka Snoopy yang saya pikir dulu sudah sangat besar itu begitu disandingkan dengan Pooh ya ada perbedaan juga.. Sepertinya buat E-boy, boneka Snoopy menjadi favorit. Tuh tidurnya sampai pulas begitu.

Minggu, 06 November 2011

Jodoh gak Jodoh

Hidup itu kalau dirasakan terkadang lucu juga... ada kalanya kejadian-kejadian yang kita alami begitu menjengkelkan,, justru ketika rasa jengkelnya berlalu jadi tersenyum sendiri bahkan tertawa terkekek-kekek!

Seperti kejadian kemarin pagi, bukan berarti yang akan saya ceritakan adalah sesuatu yang menjengkelkan loh ya.. Seperti biasa, sebelum pergi selalu membuat daftar hal yang harus dilakukan. Tujuan pertama adalah ke sebuah minimarket di pasar Lawang untuk membeli sesuatu yang bisa diubah menjadi alat pembuat "uwer-uwer" (halah bahasanya,,, intinya sih saya sedang berminat dengan wire jewelry) dan karet pengganti si eye curler. Yah.. yang namanya Jodoh gak Jodoh toh ya,,, wes pokoke sing digoleki mesti ra ono. Dongkol? ya Pasti-lah... Sudah berkeliling ke seantero ruangan yang panas, berasap rokok, rame dusel-duselan [lah kok malah ngomel?!]

Singkat cerita sesaat akan keluar lah kok suami menunjuk sebuah boneka pooh guede. Diukur dengan tinggi E-boy saat berdiri,, yap,, oke,, boneka pooh yang dicari kira-kira segini. Bawa ke kasir, bayar, angkut ke jeep dan mari melanjutkan ke tujuan berikutnya, kebun teh! Apapun ya kalau sudah saatnya jodoh pasti ketemu juga. Sudah sejak lama (hampir 4 tahun) mencari boneka pooh super jumbo eh ketemunya malah saat saya sedang mencari hal lain dan paaaas banget buat kado saya yg sudah bersusah payah berjuang memberi ASI selama 2 tahun belakangan ini.

penampakan saya dan si pooh, foto gak bagus, silau terkena cahaya

Di kebun teh walau matahari bersinar terik tapi anginnya kenceng juga, untung bawa jaket! E-boy sok gede, kontur tanah yang naik turun tak membuatnya ragu berpetualang sendiri... yeaah bangga dengan si anak lanang ini!! Be strong Son.

sedikit dari banyak kegiatan di kebun teh

Belum puas di kebun teh, lah kok E-boy minta makan nasi.. Dan karena terburu-buru di pagi hari jadinya lupa deh tuh bekalnya di rumah (dasar pikun!!),, padahal tadinya saya berniat menggantikan bekal yang tertinggal dengan roti, apa daya sudah nyemego sih anaknya... Oke lah pulang dulu.. Sampai di rumah, pooh diturunkan, dibongkar plastik pembungkusnya dan terjadilah proses rebutan ibu dan anak he he he.. #nyengir lebar#

jodoh dengan pooh super jumbo

Terima kasih buat bojo yang sudah berbaik hati membelikan boneka super jumbo ini. Jempol 8 deh (minjem jempolnya E-boy juga) buat kejeliannya menemukan boneka yang harusnya terlihat oleh mata sakti saya.