Jumat, 28 Desember 2012

Ngutang ke Anak

Payah bener hari ini, dompet kosong melompong. Loh kok bisa?? Banyak anggaran tak terduga sih. Membengkak berkali-kali lipat sehingga uang tunai yang dimiliki hanyalah selembar seratus ribuan rupiah. Itu dua hari yang lalu. Dihitung-hitung: "kayaknya cukup nih sampai gajian lagi". Itu dua hari yang lalu. Tiba-tiba ada sebuah proyek GJ yang kudu diurus. Namanya juga GJ ya..., jadi keluar uang sebagai modal itu pasti tapi proyeknya GOL apa enggak juga masih gak tahu. Kalaupun GOL, juga gak tahu kapan dananya cair. GJ bener kan?!

Pendek kata, setelah mengurus proyek GJ itu, hanya tersisa beberapa lembar uang dengan pecahan: seribuan, dua ribuan, lima ribuan, dan sepuluh ribuan. Bertahan dan bertahan dengan isi kulkas yang semakin tipis. E-boy si ganteng ini jago deh kalau menghabiskan isi kulkas. Singkat cerita per hari ini semua logistik ludes (kecuali beras dan beberapa butir telor). Mau ambil uang di ATM, "duh jauh nian lokasinya". Tinggal di rumah ini memang jauh berbeda dengan saat di mergosono. Di sana meski kampung preman tapi masih bisa mengandalkan ATM di ujung gang. Kalau ada kebutuhan mendadak bisa calling-calling my mama.

Di sini boro-boro ada bantuan, untuk mengeluh aja gak berani. Malah nanti jadi beban ya buat ortu. Dengan keterbatasan sumber daya dan alat transportasi, bisa gak bisa harus survive. Bingung kan dengan lembaran duit-duit kecil ini... "mau dibuat apa? hanya cukup buat naik angkot". Suami dah pening, mau keluar ke ATM juga sudah terlalu lelah. Hmmmm... ide cemerlang datang dari saya....

Saya: "sayang, Erdi kan punya celengan, yuk kita pinjam dulu duitnya"
Suami: "emang ada? bukannya receh 500 rupiah?"
Saya: "enggak kok, ada tuh lima puluhan ribu nya. bener deh"
Suami: "masa iya harus ngutang ke anak?"
Saya: "loh kan gakpapa, ntar juga dibalikin"
Suami: "hmmm tanya anaknya dulu deh"

Dan akhirnya kami mendekat ke E-boy di kamar. Pelan-pelan sambil bermuka konyol. Haduh baru kali ini ngutang. Merasa gimana gitu.. Malu-malu bin terpaksa. E-boy yang semula bingung, menjawab dengan tegas "gak boleh". Kami mencoba merayu sekali lagi dengan muka memelas dan berjanji akan mengembalikan saat gajian. Sebenarnya E-boy tidak sadar kalau dirinya itu kaya. Uang di tabungannya itu banyak, buktinya bisa beli lego sendiri deh tuh kapan hari.

Begitu permohonan pinjam uang di-ACC, saya antusias membongkar celengan Panda Po yang sangat berat itu. Tidak disangka ternyata isinya sudah penuh dengan uang koin Rp.500,- dan Rp.1.000,-. Di antara uang-uang koin tersebut ada beberapa lembar uang dengan pecahan agak besar. Ada untungnya juga loh mengajarkan anak rajin menabung jadi ketika kita bertemu masa-masa teramat sulit seperti yang kami alami ini, celengan si kecil bisa jadi penyelamat. Di depan E-boy, kami tunjukkan bahwa selembar uang kertas berwarna merah itu saja yang kami pinjam. Dengan janji tulus akan kami kembalikan beberapa hari ke depan. 

Uang-uang koin dan uang kertas lain segera dikembalikan. Celengan Panda Po pun dirakit kembali, utuh seperti sedia kala. Setelah itu kami berpelukan bertiga. Lebay mungkin. Tapi kami sedang menyatakan bahwa sekecil apapun anak kami, dan seberapa pun usaha yang dibuatnya untuk membantu kami, adalah hal terindah yang pernah ada. E-boy tersenyum bangga akan dirinya dan miliknya yang bisa menyelamatkan krisis perekonomian kedua orang tuanya. Oh, ini adalah akhir tahun terindah sepanjang kami hidup bersama. Terima kasih ya Allah untuk sesuatu yang sederhana tapi penuh makna ini... Semoga kami bisa tetap bersyukur kepadaMu dalam melewati segala kondisi.


Selamat Tahun Baru 2013 yaa teman....

Selasa, 25 Desember 2012

[DIY] Bolero dari Selembar Pashmina

Saat melongok lemari, kagetlah saya ini melihat lembaran-lembaran pashmina yang lumayan banyak jumlahnya. Semuanya pemberian dan oleh-oleh. Secara pribadi saya kurang suka memakai pashmina apalagi E-boy masih usia aktif bin pecicilan. Kalau saya pakai kerudung, pasti ditarik-tarik hingga tak berbentuk. itulah sebabnya saya lebih suka memakai kerudung instan yang tidak terlalu panjang. Sehingga pashmina-pashmina ini hanya mendekam memenuhi lemari.

sederhana namun cantik bukan?
Sayang sekali kalau tidak digunakan, begitu pikir saya. Dari beberapa pashmina yang saya punya, pashmina berwarna hijau menjadi pilihan saya untuk diubah menjadi bolero. Sebetulnya ide ini saya dapat dari seorang teman fb (dari selendang kain tenun). Kemudian saya kembangkan sendiri sehingga sedikit berbeda. Bolero seperti foto di atas saya jahit sederhana dengan tangan. Loh kenapa tidak memakai mesin jahit? Alasannya karena memang tidak bisa menjahit pakai mesin, juga tidak memiliki mesin jahit hihihihi... Pencarian ide ini cukup lama (tidak mau mencontek 100%), proses menjahitnya pun melalui yang namanya bongkar pasang. Dan ini tutorial sederhana dari bolero yang saya pakai:

bayangkan kertas ini adalah selembar pashmina yaa..
  • Bentangkan pashmina di tempat datar (no 1)
  • Lipat secara horizontal menjadi dua bagian yang sama besar (no 2)
  • Jahit bagian A di kiri dan kanan pashmina (no 3) kira-kira sepanjang 30 cm atau sesuai postur badan masing-masing orang
  • tekuk salah satu sisi bagian tengah (bagian yang tidak dijahit) ke arah luar kemudian dijahit, bagian tengah ini dimaksudkan sebagai kerah bolero
  • siap untuk dipakai
Mudah bukan membuatnya? Saya jamin tidak memakan waktu lama. Sekitar 30 menit kalau menjahit dengan tangan. Untuk mempermanis bisa ditambahkan bros seperti yang saya pakai di bagian tengah dada. Dipakai tanpa bros pun juga oke kok. Pakaian dan tata rias wajah tinggal disesuaikan dengan acara yang akan dihadiri. Selamat mencoba dan semoga bermanfaat yaa...

Senin, 24 Desember 2012

Jodohku

Saya tidak hendak menyanyikan lagunya Anang dan Ashanti. Ini kisah 5-6 tahun yang lalu. Kisah di mana saya masih sendiri. Masih sangat idealis, polos, juga terlalu muluk. Pendek kata terlalu angkuh menjalani hari dan meronce mimpi. Waktu itu saya masih bergelut di dunia kucing persia. Aktif mengikuti cat show satu ke cat show lainnya. Seiring berjalannya waktu dan datangnya sang jodoh, semuanya berubah total...

21 Agustus 2006, ajang cat show yang saya ikuti pertama kali. Seekor Cuzdo, yang biasa saya panggil Dodo. Anak kucing persia yang belum genap 3 bulan usianya bisa mendapatkan piala pertamanya. Juara kedua. Senang sekali. Ada suatu bisikan yang entah darimana di hati kecil saya. Bahwa pada hari itu saya akan bertemu dengan jodoh. Tapi bingung juga ya... di ajang itu banyak lelaki bertebaran. Saya juga banyak janji untuk bertemu dengan teman-teman, baik yang sudah lama dikenal maupun yang baru kenal.

pialanya Dodo
Ada suatu kebetulan, saya berjumpa dengan salah satu dosen di tempat saya kuliah. Dosen ini bersama dengan ibu dan adik perempuannya. Saya lihat dari jauh dan saya hampiri, menyapa singkat. Tidak ada yang istimewa. Tidak menyangka bahwa beliaulah yang akhirnya menjadi jodoh saya sekarang. Saya tidak pernah ada perhatian khusus sejak awal mula menjadi mahasiswi, entah kalau dari pihak beliau yang sering-sering curi pandang (GR!!). Bagai magnet dengan kutub berlawanan yang akan tarik-menarik, hari-hari setelah itu kami berdua banyak dipertemukan. Saya banyak menolak sebenarnya tetapi paksaan maha berat tidak bisa saya tolak karena kurangnya jumlah asisten yang ada.

selain piala, juga dapat pita seperti ini dan juga hadiah lain berupa pakan 1,5 kg
Enam bulan berikutnya, saya rutin bertatap muka dengan beliau dalam sebuah kelas. Tidak hanya seminggu sekali, tetapi bisa 2 hingga 3 kali untuk membicarakan acara praktikum yang berlangsung selama satu semester. Sekali lagi tidak ada yang istimewa. Bahkan kami cenderung banyak silang pendapat. Saya kira semuanya usai. Eh tidak berselang lama dari berakhirnya mata kuliah tersebut, beliau ke rumah dengan alasan ingin melihat kucing-kucing persia yang saya miliki. Puinter nih si bapak dosen satu ini. Pendekatan yang dilakukan bukan kepada saya, tetapi ke keluarga besar saya.

nopol lama sebelum dibalik namakan
Dalam sepuluh bulan masa-masa pengenalan, saya hanya beberapa kali saja berjumpa dengan ibu dan adik perempuan beliau. Bertemu dengan bapak? Hanya sekali! Yang menarik adalah ketika kali kedua saya berkunjung ke rumah beliau. Saya melihat sebuah mobil terparkir gagah di garasi. Mobil Jeep CJ 7 yang tidak pernah terpakai. Saya cukup takjub ketika memandang nomor polisinya, L 623 VE. Dengan sangat jelas ada nama panggilan saya di sana. Entah hal ini disadari atau tidak oleh beliau. Yang jelas saya pada akhirnya menjadi satu-satunya wanita pertama yang disopiri oleh beliau (tentu setelah menjadi istri ya).

sesederhana inilah pernikahan kami
 "Jodohku" kembali menguar dari benak. Berputar-putar mengelilingi kesadaran diri. Semua berlangsung sangat cepat dan singkat. Sangat tidak terduga. Hari senin, 5 tahun yang lalu, tanggal 24 Desember 2007, hilanglah status lajang yang kami miliki. Acara berlangsung sangat sederhana. Tidak bermewah-mewah. Tidak menyebar undangan. Kami tidak dipajang sebagai raja dan ratu, kami membaur dengan sanak kerabat juga tetangga dan teman yang datang memberikan doa restu. Sungguh berkesan meski tidak mengeluarkan biaya puluhan juta rupiah. Sangat bahagia walaupun kami kembali berkerja ketika acara pernikahan selesai, bukannya berbulan madu.

kami yang sekarang
Sekarang, kebahagiaan kami semakin lengkap dengan hadirnya E-boy yang lucu dan menggemaskan. Sempurna karena kesederhanaan-kesederhanaan yang ada. Bertambah lengkap dengan menjadi dua kalipatnya orang tua dan saudara. Yang artinya adalah semakin bertambahnya perhatian dan kasih sayang yang tercurah kepada keluarga kecil kami. Semoga saja kami berjodoh hingga akhir hayat. Menjalani hari-hari bersama di kala cerah dan kelabu. Mengemudikan nahkoda rumah tangga di kala tenang maupun di kala hujan badai secara kompak... Aamiin YRA...

Minggu, 23 Desember 2012

[DIY] Bukan Kartu Ucapan Biasa

Rindu rasanya dengan kegiatan jahit menjahit... Ingin membuat sesuatu lagi tapi persediaan kain kristik sangat minim. Di kala malam sendirian (anak dan suami sudah terlelap), saya teringat sebuah ide lawas. Yaitu membuat kartu ucapan yang melibatkan kegiatan kristik. Langsung saja saya membongkar gudang penyimpanan. Dan beruntunglah! Potongan-potongan kain kristik berukuran 20x20 cm bisa saya temukan. Buku desain kristik oleh-oleh suami dari negeri sakura saya buka-buka. Dan pilihan jatuh ke gambaran singa lucu. Saya kerjakan juga kristikan singa hingga mata tak kuat lagi terbuka.

hasil kristikan imut
Keesokan paginya, bingung saya mengaplikasikannya pada selembar kertas. Jaman sudah tidak seperti dulu. Internet tersedia di rumah. Harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk mencari inspirasi dan ilmu-ilmu baru. Tutorial membuat kartu ucapan dengan aplikasi kristik saya temukan di youtube. Berikut videonya:


Ternyata mudah saja membuatnya. Alat yang dibutuhkan hanyalah gunting, alat pendedel, penggaris, dan spidol. Sedangkan bahan yang dibutuhkan sangat mudah ditemukan: kain kristik (sisa jaman dulu kala), benang kristik tiga warna sesuai desain, double tape, pita (sisa parsel-an), selembar kertas HVS, dan kotak kardus makanan.
alat dan bahan
Namanya masih uji coba, tentu jauh dari kata sempurna. Masih tidak rapi di sana-sini. Begitu jadi, suami langsung cuap-cuap meng-klaim kalau kartu tersebut adalah hak miliknya. Okelah! Kartu yang tadinya masih polosan, saya berikan kalimat sederhana yang kira-kira masih berkaitan dengan gambar singa. Yuk dilihat hasilnya:

tampak belakang
tampak depan

Belum puas bereksperimen sebenarnya! Tetapi hasil pertama ini sudah mengenyangkan rasa penasaran dan pengewajantahan ide dahulu kala.Apalagi kalau dibandingkan dengan contoh yang ada di video di atas itu jauh sekali perbedaan hasil akhirnya. Besok-besok masih ingin membuat kartu ucapan sendiri yang bersifat personal lho. Nantikan postingan berikutnya ya...


Terima kasih sudah mampir di sini ^_^

Jumat, 21 Desember 2012

JERAWAT

Tadi pagi ketika saya sedang sibuk berhias agar muka terlihat segar, E-boy, ya putra semata wayang saya yang banyak omongnya itu, sangat teramat mengganggu sekali (lebay). Mengamati saya dengan mata takjub dan perasaan serba ingin tahu. Mulai dari saya membongkar dompet alat rias hingga saya mengaplikasikan alat-alat rias tersebut satu persatu. Saya memang harus mulai membiasakan diri dimata-matai!

#Saat memakai tabir surya
"bundaaaa, pakai apa? Obat ya bunda?"

"iya", saya terus saja mengaplikasikan tabir surya lalu lanjut ke bedak padat

"kenapa bunda?"

"ya karena muka bunda perlu dirawat"

"karena jerawat ya bunda?"

~~~~~~bunda mulai jengkel~~~~~

 "muka Erdi bagus, gak jerawatan, jadi Erdi gak perlu pakai itu"

~~~~~~pengen jitak E-boy~~~~~

#saat pakai eyeliner
"bunda pakai apa?"

"eyeliner"

"mata bunda sakit ya?"

"sedikit"

"kalau mata Erdi gak sakit bunda" sambil tunjuk-tunjuk matanya

~~~~~konsentrasi goyah~~~~~

#saat pakai eyeshadow
"mata Erdi sama ya?"

"sama kayak siapa?" konsentrasi saya buyar, bingung mau pakai warna apa

"mata Erdi sama kayak mata bunda yaaaa" sambil ngeliatin mata saya

"ya iyalah! kan Erdi anaknya bunda"

~~~~~berhenti berhias~~~~~

"Erdi anaknya bunda terus anaknya ayah"

Di detik ini suara mobil kakek nenek terdengar di depan rumah. Terima kasih ya Allah drama menggemaskan bisa segera berakhir. Setelah membukakan pintu pagar, saya buru-buru menyelesaikan riasan mumpung E-boy sedang heboh dengan kakek neneknya. Tak seberapa lama kami pun membelah jalanan yang macetnya minta ampun. Juga panas membahana (gak pakai cetar ya!). Bersyukur selalu menggunakan tabir surya SPF 40 dan PA +++ jadi saya tak perlu kuatir dengan kejamnya sang mentari siang hari. Olok-olok E-boy di awal segera terlupakan tapi tetap bikin saya ketawa-ketiwi sendiri kalau mengingat kejadian pagi tadi. Duuhh... besok-besok akan seperti apa ya celotehnya???

Rabu, 19 Desember 2012

Jengkol Saos Tiram

Beberapa kali beli jengkol tetapi jengkol kali ini benar-benar menguras keringat. Tingkat kesabaran hampir jatuh ke level nol. Proses perendaman memakan waktu yang jauh lebih lama dari biasanya. Baunya pun menyengat. Hampir-hampir saya muntah saat mengganti air rendaman. Ketika melongok kulkas dan dapur, saya sedikit bingung, semua rempah pas habis. Itu artinya saya harus belanja mingguan. Dan karena sudah terlanjur menemukan jengkol di kulkas, mau tak mau harus dimasak juga. Pikir punya pikir, saya menemukan ide untuk membuat sebuah masakan yang sedikit berbeda: Jengkol Saos Tiram.

Bahan:
  • jengkol siap masak
  • jantung ayam yang sudah direbus
  • cabe keriting 
  • bawang bombay
  • bawang putih
  • lada hitam tumbuk kasar
  • saos tiram
  • kecap manis
  • gula
  • garam
  • margarine atau minyak untuk menumis
Cara Memasak:
  • tumis irisan bawang bombay, bawang putih, dan cabe keriting sampai harum
  • masukkan jantung ayam, aduk beberapa saat
  • masukkan jengkol siap masak, aduk hingga tercampur rata
  • tuangi sedikit air (kurang lebih 50 ml)
  • tambahkan saos tiram, kecap manis, lada hitam, aduk rata
  • tambahkan gula dan garam sesuai selera
  • masak hingga air berkurang volumenya
  • siap disajikan
Cukup mudah kan cara memasaknya? Kalau di awal tulisan saya sedikit mengeluh, itu karena proses mengolah jengkol menjadi jengkol siap masak lah  yang membutuhkan waktu agak lama. Jengkol harus direndam dulu hingga kulitnya bisa dikelupas dengan mudah (dengan jari-jemari tanpa alat bantu). Pengalaman yang lalu-lalu, sehari dua hari jengkol sudah siap dimasak. Tapi kali ini berbeda, hingga hari ketiga, jengkol masih amat berbau. Berkali-kali saya ganti air rendaman tetapi masih saja berbau cukup tajam. Sore tadi saya nekad merebus jengkol yang sudah direndam 3 hari. Cukup lama juga merebusnya, 30 menit. Tetapi ternyata masih kurang lunak jengkolnya. Proses paling menyebalkan buat saya adalah proses berikutnya: memukul-mukul jengkol rebus hingga pipih. Setelah proses yang menyebalkan inilah jengkolnya sudah bisa disebut sebagai jengkol siap masak. Ribet ya?? Tapi karena suami sudah keranjingan jengkol, dan saya pun juga tidak kapok memasaknya maka tunggu resep-resep berbau jengkol berikutnya yaaa Photobucket

Selasa, 18 Desember 2012

Kisah Bunga Desember

Minggu ketiga di Bulan November, saya dikejutkan dengan munculnya dua batang  berkuncup di teras rumah. Kami tidak merasa menanam apapun. Sebenarnya saya ingin mencabut dan membuangnya. Tetapi suami meminta saya untuk menunggu. Ternyata pertumbuhan tanaman ini sangat cepat. Dua hari kemudian kuncupnya mulai mekar. Sungguh indah nian. Tanaman ini sangat aneh perilakunya. Saya tak mendapati daun selembar pun. Kami mulai berspekulasi apakah ini bunga bangkai?? Atau bunga lain?? Hasil pencarian di internet tidak memberikan sebuah jawaban. Akhirnya suami mengunggah foto tanaman ini di FB, barulah tahu nama dari bunga nan cantik jelita ini. Bunga Desember lah namanya. Atau dikenal dengan nama Blood Lily, dengan nama ilmiah Haemanthus multiflorus. Berikut perkembangan Bunga Desember yang terekam kamera: 

17 November 2012

18 November 2012

20 November 2012, mekar sempurna

27 November 2012, menyembul tanaman ketiga

4 Desember 2012, sudah 4 tanaman yang tumbuh
Menurut kami, bunga ini sangat ajaib. Tumbuh begitu saja tanpa ditanam. Entah juga kalau ini efek samping dari hadirnya kelelawar yang sempat mendatangi rumah kami. Indah sekali! Takjub luar biasa. Bunga Desember benar-benar mekar sempurna saat ibuk-bapak pulang dari tanah suci. Mekar sempurna tepat di tanggal 20 November. Seakan-akan menyambut kepulangan ibuk-bapak dengan keindahan penuh. Kurang lebih dua minggu bunga ini mekar indah lalu mulai layu dan berbuah. Lambat laun jumlah tanaman bertambah. Sekarang ada 5 tanaman. Saya sungguh menanti mekar kembali. Apakah memang hanya mekar sekali setahun? Mari kita amati dari waktu ke waktu.

Sabtu, 15 Desember 2012

Anak Pembawa Rezeki

Setiap anak selalu membawa rezekinya masing-masing. Rezeki bukan melulu soal materi. Tetapi juga bisa berupa kebahagiaan dan juga rezeki berupa waktu. Anak itu pembawa kesenangan untuk ayah-bunda nya. Melihat tawa dan tingkah polahnya setiap detik bisa dikatakan rezeki melimpah ruah yang didapatkan dengan gratis. Tak perlu membayar, mencari apalagi mencicil secara kredit. Rezeki secara materi juga sering mampir ke dompet saya. Beberapa kerabat sering memberi uang jajan yang nominalnya lumayan besar. Setiap menerima lembaran uang berwarna merah atau biru selalu saja diberikan kepada saya. Beda lagi kalau yang diberikan pada E-boy itu adalah uang koin. Dengan serta merta akan dimasukkan kantong bajunya sendiri dan kemudian dimasukkan celengan Panda Po yang ada di rumah.

Seperti waktu itu ketika E-boy mendapatkan balon gratis di sebuah supermarket, saya menyebutnya sebagai sebuah rezeki. Bagaimana tidak? E-boy yang ingin balon tapi tidak berani meminta kepada saya dengan tiba-tiba diberi oleh salah seorang SPG. Rezeki berlipat ganda loh ini. Saya tak perlu mengeluarkan uang. Tidak perlu bersusah payah meniup balon. Plus melihat senyum E-boy yang mengembang puas. Alhamdulilah!
wajah yang menawan bukan?
Lain lagi cerita ketika kami berada di sebuah rental DVD di sekitaran Oro-Oro Dowo. Kami memang langganan meminjam film secara paket. Seratus ribu rupiah untuk 30 film dan masih bonus 3 film lagi (total 33 film). Seharusnya sih begitu. Tetapi saat saya mengajak E-boy, tak jarang bonus yang kami dapatkan menjadi berlipat (menjadi 36 film). Belum lagi E-boy juga mendapat film gratis dari pemilik rental DVD. Senang bukan kepayang!

raja cilik di lautan keping DVD
Bukan itu saja. Berbagai pujian untuk E-boy pun menjadi rezeki buat saya. Ketika E-boy bernyanyi lancar dan lantang, tidak penakut/pemalu, juga berani menyapa/tersenyum/bersalaman dengan orang asing, tak jarang E-boy ini dikira sudah sekolah. Bahkan saya pernah mendapatkan terguran yang cukup keras "kok belum disekolahkan sih?". Setelah saya utarakan alasan saya, barulah yang protes tersebut tersadar kalau ternyata umur E-boy ini masih sangat belia. Dikiranya E-boy itu berusia 4-5 tahun. Buat saya dan suami, sekolah belum tentu bisa mengoptimalkan tumbuh kembang seorang anak. Kami malah kuatir tumbuh kembang E-boy yang sekarang menjadi mundur total karena sistem dan cara ajar yang tidak sesuai dengan karakter E-boy. Benar-benar bersyukur diberi titipan seorang anak, sebuah rezeki yang tak ada habis-habisnya. Kalau diurai lebih lebar dan panjang lagi tentu tak bisa diselesaikan dalam semalam suntuk. Alhamdulilah ya Rab!

Rabu, 12 Desember 2012

Optik Keliling Area Malang Raya

Jalan raya semakin padat. Aktivitas kami juga sama padatnya. Beberapa waktu yang lalu, kacamata suami pecah. Tidak sengaja tergencet remote tv dan keduanya tertekan siku tangan. Suami memang suka asal kalau meletakkan kacamata. Kalau diingat lagi, hampir setiap tahun suami berganti kacamata. Tahun lalu, kacamata suami pecah terinjak saat bingung mengatasi tantrumnya si Erdi bayi.

Kembali ke sibuknya aktivitas kami, tentu menjadi hal yang sulit ketika mencari waktu berangkat ke optik. Beruntung suami punya kacamata cadangan. Kacamata kuno dan antik berwarna emas. Jadoel punya deh! Saya berhasil memotretnya dengan susah payah dan merayu E-boy agar mau menjadi model peraga. Yuk dilihat sama-sama:

sangat lentur loh ini
bila dibentangkan
cara pakai kacamata antik, terima kasih E-boy
Antik betul toh? Kacamata ini gratis. Ditemukan di pematang sawah (kalau tidak salah). Sudah sangat lama. Beruntung suami menyimpannya dalam keadaan lensa yang sudah sesuai dengan minus matanya. Sehingga bisa berperan sebagai kacamata cadangan. Oia, suami tidak memakainya sehari-hari bukan saja karena sayang dan bernilai seni tetapi juga kurang nyaman dipakai. Penahan hidungnya terlalu kecil untuk hidung pinokio suami (uuuupppppsssss!)

Singkat cerita kami yang kebingungan mencari waktu untuk pergi ke optik merasa sangat beruntung. Karena tiba-tiba saja saya membaca status FB seseorang teman yang berbunyi demikian:
"optik akbar..melayani :periksa mata gratis dirumah atau kantor kerja anda,jual kaca mata angsuran 5x pembayaran,ganti frame dan lensa angsur 3x,butuh sms /call 085646584348..siap untuk anda.."
Langsung saja saya sms membuat janji kapan bisa bisa bertemu. Beberapa kali janjian tapi tidak jua berjodoh. Hujan yang mengganas menjadi kendala yang sangat mengganggu. Akhirnya ketika saya ke rumah mama dan kebetulan juga satu area dengan rumah teman saya ini, pertemuan untuk periksa mata pun tiba. Berhubung teman sendiri jadinya periksa yang tidak memakan waktu lama itu pun berubah menjadi cerita-ceriti ke mana-mana. Hitung-hitung menyambung tali silaturahmi lah. Ini dia foto saat suami memeriksa mata:

bunda, Erdi mau periksa juga
Saat kami menunjukkan kacamata cadangan yang dipakai suami, teman saya ini ketawa kocak sambil geleng-geleng kepala. Katanya, baru kali itu dia melihat kacamata sekuno ini. He he he... Bahkan tukang kacamata aja heran dan menertawakan bagaimana cara pakainya. Mungkin kacamata abad pertengahan. Dua hari kemudian, suami saya sudah berwajah ganteng dengan frame kacamata plus lensa baru (senang!). Horrreeeee solusi hemat dan murah buat orang yang tidak punya waktu seperti kami...


Semoga informasinya bermanfaat ya... Tapi hanya area Malang Raya saja ^_^

Sabtu, 08 Desember 2012

Kelelawar Bikin Panik

Baru-baru ini musim mangga. Yang pasti, tanaman mangga di teras berbuah sangat lebat. Sayang beribu sayang, saya tak pandai memanjat pohon untuk panen. Saya biarkan begitu saja buah mangga di pohonnya. Mengharap sang angin menjatuhkan beberapa mangga ke halaman rumah. Buah mangga yang jatuh itu lah yang saya kumpulkan dan kami nikmati di rumah. Meski ada beberapa area buah yang harus dibuang karena: buahnya tidak mulus lagi dan terkena tanah atau karena bekas gigitan kelelawar. Tetap saja rasanya luar biasa nikmat!

seekor kelelawar yang berhasil ditangkap suami
Menyinggung tentang kelelawar, pada akhirnya rumah kami disatroni beberapa kelelawar yang masuk dari lubang di atas sana. Entah bagaimana lewatnya. Sekitar 2-3 malam rumah kami berisik dengan kelelawar. Pada malam pertama seekor kelelawar berhasil masuk rumah, suami menangkapnya dengan selembar sarung bekas. Setelah berhasil ditangkap, kelelawar tersebut dilepaskan di luar rumah. Tetapi dianya tak mau pergi, malah kembali ke rumah kami. Untunglah tidak sampai masuk rumah, hanya bergelantungan di sebuah paku yang ada di garasi. Entah juga kalau tengah malam si kelelawar itu kembali masuk ke dalam rumah.

tetap tak mau beranjak dari area rumah kami,
hasil jepretan suami, gemuk dan imut ya mukanya?!


Keesokan malamnya, kelelawar kembali datang. Kali ini agak banyak. Saya hitung, sekitar 4-5 ekor. Sepanjang malam tidak bisa tidur nyenyak karena suara berisiknya kelelawar-kelelawar tersebut. Belum lagi kepakan-kepakan sayapnya yang serasa mengintimidasi. Suami sudah pasrah, tak mau beraksi mengingat malam sebelumnya si kelelawar benar-benar kepala batu tak mau beringsut pergi. Ketika bangun tidur, badan saya tidak enak. Segera saya browsing. Beberapa tips saya dapatkan. Ternyata tidak harus semua tips dilakukan. Hanya tinggal menunggu waktu mungkin yaaa..... Yang saya lakukan adalah:
  • mengganti semua lampu yang rusak dengan lampu yang amat benderang
  • setiap senja segera nyalakan semua lampu yang ada di setiap ruang
  • setiap hari membuka semua jendela dan pintu agar bau kelelawar terusir
  • menunggu mangga yang ada di pohon habis atau berubah rasa (semakin tinggi volume air hujan maka semakin hambar rasa buah mangga)
numpang kawin!! gak sopan amat!
(hasil jepretan suami yang rela naik-naik kursi sambil jinjit)
Ada satu tips yang belum saya lakukan (kelelawarnya keburu kabur) yaitu menggantung kepingan-kepingan vcd/dvd rusak di seantero langit-langit rumah. Sonar yang diirimkan kelelawar akan memantul di gantungan kepingan vcd/dvd sehingga membuat kelelawar bingung dan mengasumsikan ruangan yang ditempatinya teramat sempit. Sekarang setelah introspeksi, ternyata hal-hal di bawah ini yang mungkin mengundang kelelawar datang (bahkan numpang kawin):
  • terlalu sering meninggalkan rumah, jadi rumahnya gak bau manusia lagi
  • malas mengganti lampu yang rusak di beberapa area rumah demi alasan penghematan listrik 
  • rasa lelah sangat berpengaruh terhadap kebiasaan bersih-bersih rumah
  • semua hal di atas ditambah makanan (mangga) yang sedang melimpah maka jadilah sarang yang cocok buat kelelawar
Sekian pengalaman saya dengan kelelawar. Semoga besok-besok rumah kami tidak lagi disatroni kelelawar. Jangan sampai kelelawar beranak pinak di rumah kami!

Jumat, 07 Desember 2012

Ayam Lada Hitam Suka Suka

Jumat pagi dikejutkan dengan agenda suami yang musti berangkat pagi-pagi sekali (saya aja yang gak rajin ngecek via google calendar). Malam sebelumnya sudah rajin browsing tentang resep ayam lada hitam, tapi dari ke semuanya kok selalu dimulai dengan menggoreng ayam. Saya agak keberatan dengan acara goreng-menggoreng ini karena memang apa-apa yang digoreng itu kurang bagus kan buat kesehatan?! Akhirnya saya memutuskan memasak ayam lada hitam ala saya aja yang cepat kilat proses masaknya. Kira-kira 20-25 menit rampung. Yang perlu disiapkan adalah ayam, laos, serai, minyak untuk menumis, bawang bombay, bawang putih, lada hitam, saus tiram, kecap manis, gula, dan garam. Begini langkah kerjanya:
  • Memarkan laos seukuran 4 ruas jari dan 2 batang serai
  • Rebus air hingga mendidih, masukkan 1 kg ayam yang sudah dipotong dan sudah dicuci bersih bersama dengan laos dan serai. Masak hingga ayam matang dan lunak (kurang lebih 10 menit)
  • Sementara itu kupas-kupas dan iris tipis 3 bawang bombay ukuran mini dan 8 siung bawang putih lalu tumbuk kasar 2 sendok lada hitam
  • Tumis bawang bombay hingga harum, masukkan bawang putih. Tumis hingga layu.
  • Masukkan ayam yang sudah direbus ke dalam tumisan bawang putih dan bawang bombay. Tambahkan tumbukan kasar lada hitam. Siramkan saus tiram dan kecap manis sesuai selera. Aduk hingga rata.
  • Sebagai penyempurna rasa, tambahkan gula dan garam sesuai selera
  • Siap untuk disajikan

Jumat, 30 November 2012

Capelet Kuning Gading

Sekitar sebulan yang lalu saya memesan sebuah capelet yang dirajut tangan. Pada mulanya saya tidak tahu istilah capelet. Yang saya tahu hanyalah poncho. Beruntung ya suami itu tidak terlalu cerewet kalau istrinya mulai pesan ini-itu. Diiyakan saja dengan mudah (makasih ya sayang). Oia, saya memesan capelet-nya di Mbak Izzah (klik ini).

Untuk model dan pemilihan warna benang, saya serahkan sepenuhnya kepada Mbak Izzah. Saya hanya menceritakan kebutuhan dan keinginan saya saja. Warna kuning gading/putih tulang dipilih karena tergolong netral. Selama sebulan itu saya mereka-reka model capelet apa yang akan saya terima.

Akhirnya capelet kuning gading cantik saya terima. Tak menunggu lama, saya segera mencobanya. Aduhaaaaiiiii.... ternyata ngepas di badan saya. Bisa dipadu-padan dengan banyak busana. Cocok untuk segala kondisi (asal tidak kehujanan). Ayooo dilihat capelet-nya....

capelet kuning gading dipadu dengan sleeveless mermaid dress
boleh percaya boleh tidak, gaun ini sudah berumur belasan tahun

capelet kuning gading dipadu dengan kemben smock dan rok panjang

Foto-foto di atas diambil dengan terburu-buru. Kenapa? Karena Erdi, anak saya yang super aktif, selalu mengacau. Setiap jepretan kamera, Erdi selalu tampak dengan pose yang menyebalkan campur menggemaskan. Maunya ikut difoto tapi hasil foto jadi tidak bagus dilihat. Nanti deh saya posting terpisah ^_^

Dari niat memadu padan dengan berbagai pakaian, sesi fotonya harus dihentikan dengan dua baju saja. Eh, ternyata lusanya saya harus ke kebun teh. Kebetulan saya ingin tampil ala saya. Jadinya begini saudara-saudari:

tampilan casual-semiformal
(ear cuff by Miranda Agustina, clutch by Maria Magdalena)
Berpenampilan dengan ciri khas sendiri itu seru. Apalagi memakai buatan tangan. Tidak perlu barang bermerk luar negri punya. Produksi anak negri pun membuai minat orang awam kok. Buktinya banyak mata yang memandangi saya. 

Dari sekian banyak koleksi handmade saya, capelet ini yang agak sulit perawatannya. Proses pencucian yang tidak boleh disikat dan diremas. Proses pengeringan yang harus digulung ke dalam selembar handuk. Juga proses penjemuran yang harus di bidang datar merupakan kesulitan tersendiri. Tidak boleh disetrika dan tidak boleh digantung (apalagi dijepit dengan jepit jemuran) menambah daftar panjang kerepotan yang ada.

Tetapi, kita tidak boleh memperlakukan hasil buatan tangan dengan semena-mena. Ada nilai seni di dalamnya, ada sebagian jiwa pembuatnya yang ada pada karya handmade. Terkadang banyak orang awam yang menilai handmade itu mahal (padahal mahal-murah itu relatif), tidak bisa simetris. Tidak sempurna. Justru ketidak-sempurnaan itu lah yang menjadi daya tarik tersendiri. Dan yang selalu dicari-cari pada setiap handmade adalah ciri khas dan orisinalitas.

Jumat, 23 November 2012

Pengumuman

MAAF,
SEMENTARA OFFLINE 
SAMPAI BATAS WAKTU YANG TIDAK DAPAT DITENTUKAN



SALAM
OKTAVERA

Selasa, 20 November 2012

Black Pepper Beef with Scrambled Eggs

Kali ini mau menuliskan resep masakan yang dibuat dengan kilat khusus, kurang lebih 15-20 menit (buru-buru masak karena pengen sayang-sayangan dengan suami yang baru saja pulang) . Resepnya nyontek dari salah satu buku resep yang saya punya. Tetapi sebetulnya ini untuk isian roti. Karena saya paling ogah bikin kue dan roti.... jadilah resep tersebut saya ambil sebagai lauk pendamping nasi. Tapi rasanya sangat enak. Besok-besok akan dipraktekkan lagi.

Bahan:
100 gram daging empal
3 butir telor
1/2 butir bawang bombay
3 siung bawang putih
1 sdm saos tiram
1/2 sdt lada hitam tumbuk kasar
kecap manis sesuai selera
garam sesuai selera
minyak untuk menumis

Cara Memasak
  • Buat telor orak arik di atas penggorengan anti lengket. Sisihkan
  • Tumis bawang bombay hingga layu, masukkan bawang putih, tumis lagi hingga aroma bawang putih keluar
  • Masukkan daging empal yang sudah dipotong kecil-kecil atau disuwar-suwir (agar cepat matang), aduk rata hingga berubah warna
  • Tambahkan lada hitam, saos tiram, kecap, dan garam. Masak hingga daging benar-benar empuk
  • Tambahkan telor orak-arik dan diaduk hingga bumbu tercampur rata
  • Siap disajikan
Masakan ini saya buat saat suami pulang. Jadi ketika masakan matang, langsung diserbu, tidak sempat membuat foto. Aromanya benar-benar wangi memenuhi seantero rumah (mini). Masih edisi kangen-kangenan jadi cara makannya juga unik. Satu piring dimakan bertiga. Yang nyuapi itu ya suami, siapa lagi coba??! Saya kan sudah masak hihihihihi..... Meski sepiring dimakan bertiga tapi nambahnya sebanyak tiga kali kok.... Ya iya lah wong penduduk rumahnya kan tiga orang :D

Selamat Mencoba Yaaa

Senin, 19 November 2012

Pejuang Tunggal

Pertama kalinya merasakan benar-benar menjadi pejuang tunggal mengurus rumah dan anak selama beberapa hari... Ternyata tidak ada sulitnya. Sama bahagianya ketika ada suami di rumah. Hanya saja lebih sepi. Tidak terdengar keributan dari aktivitas jerat-jerit lelaki, baik yang kecil maupun yang besar. Menjadi bahagia itu sederhana dan mudah! Hanya perlu menerima kondisi dengan ikhlas. Itu saja.

Tidak terbersit satu pun kekhawatiran ketika suami tak menghubungi selama pergi kemarin (3 hari 4 malam). Maklum! Kenapa? Karena saya tahu persis di negara yang sedang berkembang ini semuanya serba tidak merata, serba timpang. Sektor pendidikan, sektor perekonomian, sektor transportasi, hiburan, listrik, air, sinyal telepon, hingga internet. Lokasi suami nun jauh di ujung Pulau Jawa membuat saya sadar betul sedari awal bahwa komunikasi akan lenyap. Juga tahu persis kerepotan saya menjadi berlipat-lipat dengan banyaknya makhluk yang harus diurus (sepasang kucing+10 hamster+sepasang kura-kura).

Lalu buat apa mengeluh? Lalu buat apa emosi dan membabi buta mengirim sms dan mencoba telp? E-boy seorang saja yang kadang-kadang menanyakan ke mana ayahnya. Tetapi sekali lagi, bila kita maklum dan mengerti maka segala bentuk kerewelan dan ketidak-nyamanan itu terusir dari dalam diri. Begitu juga dengan E-boy. Setiap kali saya tanya "kangen ayah?", selalu jawabnya "kangen, tapi ayah masih kerja, pulangnya masih lama". Bersyukur kepada Allah yang begitu sayangnya kepada saya hingga dititipi anak yang tidak sulit semacam E-boy ^____________^

Sehari-hari saya mewajibkan suami berpamitan yang lengkap kepada E-boy, ke mana-urusan apa-sampai kapan. Mungkin karena kebiasaan inilah yang memudahkan saya ketika peran sebagai pejuang tunggal menghampiri. Baru kali ini juga saya benar-benar sendiri, beruntung gami (grandmom) bisa datang dan menemani kami seharian. Menjadi teman ngobrol dan membantu menghabiskan masakan saya (hihihi...).

Hal unik yang saya temukan adalah pose tidur E-boy terbaru yang diturunkan seratus persen dari ayahnya. Tengok gambar di bawah ini:
Pose tidur semacam ini saya ketahui subuh ketika suami pulang. Kami tertegun sesaat dan kemudian tertawa tertahan. Jangan tanya bagaimana reaksi E-boy ketika menyadari si ayah telah pulang. Yang pasti super heboh dan rame seharian itu. Saya harus menahan diri untuk tidak menguasai ayahnya E-boy seorang diri.

Kalau dirunut ke belakang, memang terjadi perubahan yang sangat signifikan. Kehadiran anak bisa merubah segala hal. Yang berwarna menjadi semakin berpelangi. Sesuatu yang biasa menjadi keajaiban luar biasa. Dan yang pasti di subuh itu saya tahu bahwa kehadiran seorang (atau lebih) anak mempererat ikatan kedua orang tuanya. Faktanya, tangan saya dan tangan suami disatukan dalam pelukan E-boy. Erat! Erat sekali! Seakan Ia tak ingin satu pun pergi dan berlalu dari hidupnya.

Kamis, 15 November 2012

Cerita Ulang Tahun E-boy ke-3

Akhirnya hari ini saya bisa duduk tenang bermodalkan komputer yang powered by micro SD lengkap dengan hape android murah meriah yang kualitas kameranya jauh di bawah standar (alias gak mutu). Namanya saja murah meriah jadi disyukuri saja lah... Kamera saku memang ada tapi tidak bisa dihubungkan dengan komputer saya ini yang sedang tidak berotak (HD bad sector). Setiap kali disambungkan selalu komputernya nge-hang...

Hari selasa yang lalu, 13 November, adalah hari ulang tahun E-boy yang ketiga. Sebelumnya saya merencanakan mengajak E-boy ke Museum Brawijaya. Kalau melihat agenda kerja suami sih oke, sedang kosong tidak ada agenda mengajar atau menguji, bisa diwujudkan rencana saya semula. Tapi apa yang terjadi di hari selasa pagi itu adalah kami harus menuju kebun teh. Mengecek pekerjaan tukang, mengambil kunci, sekaligus mengambil hebel (bata ringan). Sepanjang perjalanan, kami agak merayap karena ada satu truck dan dua bus yang menuju kebun teh. Salah satu gambar bus itu ada dua ekor sapi di padang rumput. Kontan E-boy berkata "bunda, Erdi boleh naik sapi?".

Hmmmm.... iya, pasti kata iya yang keluar dari mulut saya. Tetapi otak saya berfikir bagaimana caranya mewujudkan keinginan si anak yang berulang tahun. Sesampainya di kebun teh, saya biarkan E-boy bermain sepuasnya. Berlari ke sana ke mari. Tentu berbagai serangga dan putri malu tidak luput dari perhatiannya.
mengamati pergerakan putri malu ketika disentuh

Ketika arah pandang E-boy beralih ke area lain, segera saya dengar rengekan sedikit memaksa. Sekali lagi E-boy meminta hal yang sedikit mustahil. E-boy sangat ingin memetik dan memakan buah naga merah. Bagaimana tidak mustahil... Tanaman buah naga merah masih berbunga, belum ada buahnya.

Dengan sedikit pengertian dan membeberkan rencana hari itu, E-boy pada akhirnya melunak dan mau diajak kerja sama. Setelah menyelesaikan  beberapa hal di rumah dan menyelesaikan perbekalan sederhana, kami masih harus melanjutkan perjalanan ke Wagir. Siang yang sangat panas. Tapi emosi tidak boleh ikut memanas meski badan super kelelahan. Di Wagir ini, kebetulan ada tanaman markisa. Bunganya sangat cantik (lain kali saya sertakan fotonya). E-boy juga mengamati dengan penuh rasa takjub. Rengekan berikutnya mulai terdengar. E-boy ingin memakan buah markisa. Tentu sekali lagi adalah hal yang mustahil karena buahnya masih sangat muda. Belum matang.

E-boy dan buah markisa yang masih sangat muda
Buah markisa ini bukan kami yang memetik. Saya sebenarnya tidak membolehkan E-boy memetik buah yang masih sangat muda. Karena merupakan sesuatu yang sia-sia. Tetapi Mbah Yan, yang memang seorang kakek-kakek berumur 80 tahun tanpa ba-bi-bu memetik salah satu buah markisa muda dan memberikannya sebagai mainan E-boy. 

Dehidrasi rasanya karena teriknya mentari. Sampai di rumah kembali sudah sore. Hampir maghrib. Setelah beristirahat sebentar, kurang lebih 15 menit. Saya dan suami menyiapkan perayaan ulang tahun E-boy yang sangat sederhana. Beruntung saya masih menyimpan beberapa lilin ajaib yang tidak bisa dipadamkan apinya (setelah ditiup maka api lilin akan kembali menyala). Sedih hati saya karena hari itu saya tidak bisa mengajak E-boy melihat tank dan kereta api di Museum Brawijaya. Juga tidak sempat memasakkan sesuatu, entah itu nasi kuning atau kue ultah.

Kalau sedang kepepet gini, ide selalu ada. Saya ingat, buah markisa kesayangan E-boy ini bisa dijadikan birthday fruit. Segera saya rakit semuanya. Saya nyalakan lilin. Bernyanyi lagu ulang tahun dalam Bahasa Inggris. Dan kemudian terharu luar biasaaaaaaa....... Berikut fotonya, sayang kualitasnya tidak bagus, maklum diambil dengan hape android murah meriah:
prosesi tiup lilin

birthday fruit with magic candle
Karena api lilin tidak bisa padam, selalu nyala lagi, suara E-boy sampai habis. Kami mensyaratkan E-boy bernyanyi lagu ulang tahun dulu sebelum meniup lilin. Lucu sekali dari lagunya yang bernada sempurna hingga nada gemas, dari suara lantang hingga suara lirih. Sekali lagi kami tidak sempat menyiapkan kado khusus. Tetapi siang sebelumnya saya menyempatkan diri meraih beberapa buku di mini market. Ternyata itu bukan buku melainkan kertas-kertas untuk melatih kemampuan motoris anak. Yaitu kertas-kertas yang harus digunting dan dilem kemudian dirakit menjadi sebuah bentukan tiga dimensi.

Di sampulnya sih tertulis 3+, tetapi ketika saya lihat dan saya amati, tingkat kerumitannya sangat tinggi. Bahkan saya pun agak linglung dibuatnya. Tanggal 14 pagi, sebelum suami berangkat ke negeri antah berantah, kami membantu E-boy merakit Bumi & Antariksa. Begini penampakannya:
tampak depan
dipotret dari atas
Yang satunya belum dirakit:
paling sulit dan membutuhkan ketelatenan lebih
Sekian cerita hari ini... Semoga masih ada kesempatan lagi untuk bisa duduk manis di depan komputer di antara jadwalnya padat berkeliling ke sana dan ke sini..

Sampai jumpa ^_^

[cerita versi E-boy ada di Hari Ulang Tahun bersama Ayah dan Bunda]

Senin, 22 Oktober 2012

Sabtu Minggu Seru

Agenda 6 minggu ke depan sudah padat. Tidak bisa diubah sama sekali. Akhir pekan digunakan untuk melihat kondisi gubug di kebun teh. Hari sabtu pagi suami sudah memantapkan diri nyetir mobilnya ibuk. Mau tidak mau mobil ibuk harus dipakai kali ini untuk mengangkut beberapa lukisan yang ukurannya tidak bisa masuk ke jeep. Setelah memasukkan semua perbekalan termasuk bahan-bahan mentah siap masak, kami pun melaju. Perasaan cukup deg-deg an juga mengingat suami tidak pernah mengendarai mobil selain jeep nya sendiri. Saya rada tegang sepanjang jalan, apalagi di daerah kurva s. Tiba-tiba Erdi nyeletuk "enak yaa.. tinggi.. empuk". Kontan kami tertawa keras. Gemas luar biasa! Bocah belum genap tiga tahun tapi sudah bisa menilai mana yang lebih bagus dan mana yang lebih nyaman.

mau pakai mobil apapun, bocah ganteng ini wajib duduk di car seat-nya, lengkap dengan sabuk pengaman terpasang sempurna
Sesampainya di gubug, bongkar muatan dan segera berputar melihat apakah semua dalam kondisi oke. Berkeliling ke seantero area cukup membuat keringat meleleh. Suhu udara sangat panas, sekitar 32 derajat celcius (DC). Cukup mencegangkan juga untuk daerah pegunungan. Beruntung angin cukup kencang berhembus sehingga bisa mengurangi rasa panas yang sedikit menusuk tersebut. Dan jantung saya seakan jatuh ke pusat bumi ketika menyadari kandang ayam hutan/ayam bekisar kosong. Sesaat saya berfikir positif, mungkin ayamnya dibawa Pak Samsi, seseorang yang ditugaskan merawat kebun. Suami cek kondisi kandang. Lemas!!! Tak seberapa jauh dari kandang, banyak bulu bertebaran. Kondsi kandang sedikit rusak. Mungkin ayam dimakan anjing liar atau ular. Hanya bisa mengikhlaskan kalau seperti ini ceritanya.

kondisi kandang ayam, kira-kira dimakan ular atau anjing liar ya??
Di kebun teh itu selalu banyak yang dikerjakan. Tak terasa hari sudah sore. Tidak ada internet, siaran televisi juga gak bersih (masang antennya gak bener). Akhirnya saya memutuskan untuk belajar nyetir mobil. Lumayan mudah sebetulnya. Saat itu saya hanya belajar menghafal mana kopling, mana gas, mana rem. Juga menghafal gigi 1-5. Erdi sedikit bingung. Kelihatan ekspresi wajah aneh. Biasanya yang dibalik kemudi hanyalah nenek-kakek dan ayah. Bunda dibalik kemudi adalah sesuatu yang salah menurut Erdi. Begitu saya belajar menjalankan mobil, otomatis acak adut. Mobil melaju tidak mulus. Badan yang duduk manis bisa terpental-pental maju mundur menghantam jok mobil. Erdi mulai panik: "nti jatuh loh.. nti jatuh loh". Saya sudah bertekad penuh. Saya abaikan saja keluhan Erdi itu. Meski sebenarnya keder juga sih dengan selorohannya itu. Sampai saya memperhatikan celana Erdi yang membentuk sebuah pulau. Yaaaa...... Erdi mengompol saudara-saudari!

katak keemasan yang ditemukan di jendela angin-angin kamar mandi
Terpaksa berhenti belajar. Kami semua masuk gubug. Dan rasa lelah itu berubah menjadi jeritan histeris. Kenapa??? Seekor katak bertengger manis di kamar mandi seperti foto di atas. Sekilas warnanya keemasan. Insting takut segera keluar. Biasanya hewan berwarna terang itu beracun. Suami juga skeptis. Tidak ada yang bisa memberi tahu satwa ini berbahaya atau tidak. Pun internet tidak tersedia. Hanya bisa mendiamkan saja. Berharap katak itu segera pergi. Semakin sore lah kok katak keemasan itu bertambah. Tiga jumlahnya. Segera suami heboh. Berusaha mengusir. Karena ada anak. Tidak ingin sesuatu terjadi pada Erdi. Jauh dari RSSA loh ini (konon hanya RSSA yang menyediakan antidot hewan-hewan beracun). Daaaaaaaaaaaaan.... seekor katak berhasil dibuang keluar gubug setelah sempat melompat ke lengan suami. Itu adalah masa-masa terlengang. Jangan-jangan..... Jangang-jangan..... Semenit dua menit menunggu reaksi racun.
kataknya terduplikasi
Eh ternyata ini katak tidak beracun. Lengan suami aman, tidak ada perubahan apapun. Tidak memerah. Tidak muncul ruam, bruntusan, atau apapun tanda tidak bagus lainnya. Katak itu balik lagi. Balik lagi ke kamar mandi. Berkali-kali mengusir katak hingga akhirnya kami pasrah. Malam itu kami praktis bermalam bersama katak keemasan. Para lelaki tertidur sangat pulas meninggalkan saya yang agak paranoid. Takut ular. Takut disatroni makhluk gaib.. Bayangkan saja, tidak jauh dari gubug adalah kuburan. Yang pernah ke kebun teh tentu pernah melihat sepanjang jalan yang ditumbuhi tanaman bambu cukup rapat. Itulah pembatas antara jalan raya dengan area kuburan. Serem bukan? Akhirnya saya terpejam juga. Entah jam berapa saya baru bisa tidur. Rupanya bukan saya saja yang paranoid. Tengah malam suami bangun. Katanya sih karena suara yang mencurigakan. Takut katak atau tikus atau ular bergentayangan di gubug.

sedang bulan sabit... lama-lama di teras bikin begidik juga... teringat kuburan di sebelah selatan saya
Fiuuuhh... malam yang panjang....
Di minggu pagi bangun dengan kondisi yang bugar kok, mungkin karena pasokan oksigen yang lebih berkualitas. Segar sekali. Suhu menunjukkan angka 22 DC. Tidak terlalu dingin bila dibandingkan 2,5 tahun yang lalu. Pagi-pagi segera masak dan kembali melanjutkan belajar nyetir. Kali ini Erdi tidak lagi takut. Bahkan kentara sekali kalau dianya ingin ikut belajar nyetir. Lihat aksi Erdi berikut:

pose Erdi bikin gemas!!!
Latihan di minggu pagi cukup lancar. Saya sukses memajukan dan memundurkan mobil. Tidak sulit ternyata. Hanya perlu mengumpulkan niat dan keberanian. Lumayan mulus. Erdi tidak lagi protes, juga tidak mengompol. Suara musik Yani dari kebun teh sangat menenangkan. Romantis banget. Makanya saya belajar nyetir dengan penuh rasa damai.

Kembali ke gubug dengan langkah ringan. Dan kembali saya histeris jerit-jerit. Katak-katak sialan ini telah bertelur di kamar mandi. Meninggalkan busa telor-telor yang ajib. Sebal saya dibuatnya. Busa telor bakal katak ini super duper lengket. Sulit dibersihkan. Ditangkap pun posisi katak-katak ini tetep kawin. Dibuang-dilempar tetep gak berubah posisinya. Bahkan kembali ke teras dengan posisi kawin juga. Alamaaaaak..... Ini nih yang disebut cinta memang buta. Mau kondisi apapun tetep aja kawin Smiley

bisa jadi puluhan katak.. jijik ya??!

udah ditangkap-dilempar-dibuang tapi posisinya tak berubah
Pendek kata, sepanjang hari minggu itu kami semua disibukkan dengan katak. Di sela-sela berburu katak, saya menemukan begitu banyak hal unik. Sayangnya ilmu fotografi saya masih cetek. Setiap kali jepret selalu tak memuaskan! Ujung-ujungnya meminta bantuan suami untuk mengabadikannya. Hasil bidikan suami:


laba-laba yang tengah memangsa belalang

sisa buntelan ratusan telor laba-laba beserta bayi laba-laba
Sesampainya di rumah saya segera mencari tahu identitas si katak keemasan. Ternyata nama ilmiahnya adalah Polypedates leucomystax. Memang katak ini suka sekali dengan air jernih dan bersih. Pantas saja berkali-kali dikeluarkan dari kamar mandi kok tetap saja kembali. Meski jalan masuk katak ini ke kamar mandi masih menjadi misteri. Terima kasih sudah mampir di sini yaaa... Nantikan petualangan kami berikutnya!

Lanjutan kisahnya ada di Golden Weekend (Long Vacation).