Senin, 30 April 2012

Akhir Sebuah Profesi

  
rambut E-boy di tangan ahlinya



Berakhir sudah profesi saya sebagai tukang potong rambut si ganteng Erdi... Kisah dan tips seputar acara potong rambut di salon akan ditulis runut di blognya ERDI aja yaa..... Btw ini bocah makin ganteng aja *emak memuja anaknya*

Kamis, 19 April 2012

Sehari di Turen

Sepanjang hari rabu kemarin saya dan E-boy terikut ayah ke Turen. Tepatnya menjaga ujian nasional (UN) di SMK Ma'arif 3. Sebetulnya dari rencana awal, saya dan E-boy diturunkan di depan gang mergosono. Tetapi karena berangkat kesiangan akhirnya tidak sempat berhenti lagi. Suami terus melajukan jeep menuju Turen. Dan memang kami sampai di sekolah tepat jam masuk ruangan. Pk. 07.30 WIB. Pagi kemarin, jam setengah enam, saya dan suami sudah siap. Tetapi menunggu E-boy bangun kok sulit sekali. Berbagai jurus diterapkan. E-boy tetap saja menikmati tidurnya. Hingga akhirnya saya menerapkan mantra ampuh "ya sudah... Erdi di rumah aja sama nenek". E-boy langsung membuka mata, bangun dari tidurnya, sambil berteriak "ikuuut!". Dua puluh menit terlambat dari rencana semula cukup membuat perjalanan semakin lama. Banyak titik padat merayap, terutama di daerah yang ada sekolahnya.

Karena terikut, saya dan E-boy memilih di dalam jeep aja. Takut mengganggu siswa-siswi yang UN. Toh bekal yang saya bawa cukup hingga siang. Tetapi urusan BAB pada batita tidak dapat ditawar. Saya bingung harus bagaimana.. Saya sms suami. Dan terpaksa juga kami memasuki area medan peperangan UN. Hening sekali. Saya hanya bertemu ibu kepala sekolah dan seorang ibu guru yang saya tidak tahu siapa namanya. Peserta UN hanya 16 orang (dari 20 orang) dijaga dua orang guru pengawas ruang. Empat peserta mengundurkan diri dengan alasan sudah menikah, bekerja, dan entah alasan apa lagi. Sampai jam sepuluh pagi,, saya dan E-boy terikat di SMK ini. Beruntung ibu kepala sekolah dan ibu guru tersebut sangat baik, menjamu saya dan E-boy (jadi malu).


Kegiatan saya dan E-boy tidak banyak. Sekedar berjalan-jalan. Mengamati lapangan. Dan mengamati siswa-siswi SD di gedung sebelah (lokasi SD dan SMK hanya dibatasi pagar tipis). Mengamati ulat bulu, capung, bangkai keluwing. Juga mengamati pak tukang yang sedang merenovasi beberapa bagian SMK. E-boy sempat terjatuh dan menangis. Sekali lagi saya bersyukur memiliki anak yang luar biasa baik dan patuh. Menangis sekejap kemudian berhenti saat saya peluk dan saya berbisik "Erdi gak boleh berisik, ada mbak dan mas yang sedang ujian". Saat E-boy mengamati anak-anak SD yang berlarian dan bermain bola, saya melihat mimik muka E-boy yang ajaib. Dengan kata lain, ekspresi wajah yang tidak pernah saya lihat sebelumnya. Seolah-olah E-boy ingin bermain bersama anak-anak itu...


Perbincangan saya dengan ibu guru membuat saya bersyukur karena tidak harus berpisah dengan anak semata wayang. Setiap detil perkembangan dan permasalahan yang muncul pada E-boy bisa saya tangani sendiri. Tak perlu menanggung rindu demi setumpuk rupiah. Tidak perlu tersakiti ketika anak menolak kehadiran kita sebagai seorang ibu kandung. Ibu guru tersebut meninggalkan putrinya (3 tahun 2 bulan) di Madiun, bertemunya tidak tentu. Kadang per-semester, kadang kalau ada golden week. Cerita lain juga membuat saya terkejut. Di jaman semodern ini masih ada aja perjodohan bak siti nurbaya. Tidak tahu siapa yang diceritakan oleh salah satu guru pengawas ruang. Dari mulut ibu guru pengawas ruang tersebut saya mendengar ada seorang perempuan yang tidak tahu kalau akan dinikahkan siri. Yang dia ketahui bahwa pada hari itu dia akan berjumpa atau berkenalan dengan seorang laki-laki. Tapi apa yang terjadi adalah di hari itu dia dinikahkan (secara agama pula)..... Oh Tuhan!!

Pengalaman luar biasa di sebuah SMK. Sayangnya tidak sempat bertemu dengan pak polisi penjaga UN (tugas utamanya adalah menyerahkan soal UN). Kasihan juga harus menjaga dua sekolah sekaligus... Saya jadi bertanya-tanya sendiri seberapa besar dana yang digunakan untuk pelaksanaan UN ini. Belum lagi masa pembuatan soal UN yang cukup rumit. Suami bercerita kepada saya kalau pembuat soal UN harus dikarantina selama 40 hari...

Jumat, 13 April 2012

Keseharian di Gubug


Hilir mudik Malang-Lawang-Kebun Teh Sudah menjadi rutinitas. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan di gubug. Mulai dari duduk-duduk santai. Memetik lombok/nangka/jambu biji/buah naga merah. Melihat-lihat tukang yang bekerja. Ataupun mendaki ke area kebun teh (lumayan menguras keringat). Sangat tenang dan bebas polusi. Itu dua hal istimewa yang sangat saya sukai. Kemudian suara-suara hewan yang memukau: kicauan burung, suara kodok, kokokan ayam. Simfoni yang begitu memanjakan telinga.

Karena menjadi bangunan satu-satunya yang ada, maka penjaja makanan seperti tukang bakso tidak lewat setiap saat. Hanya ada dua kemungkinan bertemu: saat tukang bakso berangkat ke kebun teh atau ketika tukang bakso pulang. Saat tukang bakso berangkat di pagi hari tentu tak menjadi soal. Lain perkara kalau kita menantikan bakso di sore hari. Kalau beruntung bisa menikmati semangkuk bakso panas yang cepat dingin. Tetapi lebih sering tidak beruntungnya.

Berbicara tentang bakso... Saya masih terkenang suasana makan bakso di suatu siang. Yang menjadi alas duduk saya adalah sebongkah batu besar. Matahari tak terlalu terik. Kabut mulai turun. Tak lupa semilir angin menyapu rambut-rambut saya yang tergerai panjang. Di depan mata terhampar pemandangan kota Malang. Sangat indah. Sebenarnya pemandangan ini jauh lebih indah bila malam hari. Kerlap-kerlip lampu mempesona di antara kelamnya malam di sekitar gubug.

Selalu menyenangkan berada di gubug. Waktu berjalan sangat cepat. Andaikan tidak ada aktivitas kerja di Malang, tinggal di gubug tentu menjadi pilihan pertama untuk memanjakan mata, telinga, dan menenangkan jiwa...

Selasa, 10 April 2012

Cinta Segitiga

Hampir satu bulan terakhir menjadi periode transisi buat kami semua. Perubahan secara besar-besaran. Sama-sama belajar mandiri untuk semua pihak. Hiburan satu-satunya buat kami adalah hewan peliharaan. Kehadiran Hami Hami Maou Chan dan anak-anaknya juga Piyo Piyo TongTong membawa suasana baru. Menyingkirkan sejenak kepenatan jiwa. Mengusir sesaat beban-beban dan tanggung jawab berat yang menggantung.

Akhirnya kami bisa juga merawat bayi-bayi hamster menjadi hamster remaja. Usianya saat ini sudah satu bulan. Dari seminggu yang lalu saya sudah bisa memastikan jenis kelamin dua anak Hami Hami tersebut. Semuanya jantan. Hamurabi dan Hambulang adalah nama yang kami berikan kepada dua anak hamster lucu itu. Perangai keduanya berbeda 180 derajat. Yang satu cerewet tapi cukup manis. Yang satunya tampak manis tapi usilnya luar biasa. Karena berbeda jenis kelamin dari induknya maka segera dipisah kandang antara induk dan anak sejak umur 3 minggu (ketika induknya tak mau menyusui anaknya lagi) yang lalu. Kehebohan segera terjadi ketika saya membelikan ibuk seekor hamster baru berwarna hitam dan putih. Hamleta namanya. Hamster betina yang harusnya ditempatkan satu kandang dengan Hami Hami. Apa daya karakter Hami Hami memang sangat soliter. Tak mau diganggu gugat dengan kedatangan hamster lain. Apalagi ukuran Hami Hami yang jauh lebih besar (baca: obesitas) dari Hamleta. Bisa-bisa Hamleta mati dihajar oleh Hami Hami.


Belum punya wadah krupuk bekas lain yang bisa dijadikan kandang buat Hamleta.... Terpaksa Hamleta dijadikan satu dengan Hamurabi dan Hambulang. Tidak mengapa kalau Hamleta nantinya bunting. Memang niat ibuk adalah memperbanyak hamster dengan corak warna yang bervariasi. Tentu menyatukan tiga hamster ini tidak mudah. Harus melewati proses aklimatisasi yang membutuhkan perhatian khusus. Pertarungan segera terjadi antara Hambulang dan Hamleta. Mengerikan! Hamurabi segera mendekat. Sebelum terjadi pertarungan yang lebih sengit lagi, saya ambil Hamurabi. Sekitar satu jam saya amati betul bagaimana Hamleta dan Hambulang berinteraksi. Hambulang meski lebih bulat ternyata kalah oleh si cantik Hamleta. Keduanya rukun dengan cepat. Ketika saya masukkan Hamurabi, ketegangan terjadi lagi. Hamurabi merayap terus mengejar Hamleta. Keduanya bertempur. Hamleta terluka di bagian perut sedangkan Hamurabi terluka di bagian kaki. Mata dan tangan saya tidak bisa lepas dari ketiga hamster ini. Kalau pertempuran terlalu seru, Hamurabi segara diambil. Kadang saya gemas dengan perangai Hamurabi yang agak galak ini. Saya colek-colek (sentil ringan) kepala Hamurabi. Ketika malam hari, saya pisahkan Hamurabi dari Hamleta dengan potongan kardus. Memberi kesempatan mereka untuk saling mengenal dari bau dan suara. Terkadang salah satu dari mereka lolos. Kalau sudah begitu pasti bertempur lagi.


Dua puluh empat jam kemudian keduanya sudah setengah akur. Saat tidur, saya ambil potongan kardusnya. Lama-lama Hamurabi bosan menyerang Hamleta. Hamleta pun sudah kelihatan lebih rileks. Tidak waspada lagi. Tidak bersikap penuh permusuhan seperti sebelumnya. Semakin diamati semakin lucu saja ketiga hamster kecil ini. Makin kocak. Dari waktu ke waktu semakin akur. Tampaknya Hambulang jatuh cinta pada Hamleta. Tetapi Hamleta lebih suka pada Hamurabi. Nah, si Hamurabi ogah ama Hamleta. Ribet dah kalau melihat ke kandang mereka. Kejar-kejaran gak juntrung. Cinta segitiga ini cukup menarik untuk diamati terus. Perilaku setiap hamster sangat unik dan kocak. Tanpa sadar bisa ketawa sendiri.

Dan bagaimana nasib Hami Hami yang obesitas? Jawabannya adalah DIET! Tidak ada lagi menu biji bunga matahari sejak dua hari yang lalu. Pakan hanya diberikan pada pagi hari (dari normalnya dua kali sehari). Saya buat lebih sibuk. Gerak terus... Salto terus...

Jumat, 06 April 2012

Piyo Piyo TongTong



Hasil dari beres-beres hari ini adalah seekor bayi kalajengking nan imut. Tiba-tiba dia ada di tembok. Suami segera menangkapnya dengan botol. Tidak lama kemudian..., kami menamainya dengan Piyo Piyo. E-boy berseru Piyo TongTong. Okelah... nama bayi kalajengking ini menjadi Piyo Piyo TongTong. Ini kali kedua kami menemukan seekor kalajengking. Kali ini reaksi kami berbeda dengan yang dulu. Waktu itu seekor kalajengking yang kami temukan segera kami bunuh karena ukurannya yang cukup besar. Lagipula saat itu E-boy masih sangat bayi, tingkat proteksi kami sedang ketat-ketatnya. Foto kalajengking dulu itu bisa dilihat di fb suami. Setelah dibunuh langsung menyesal...

Memelihara kalajengking berbeda dengan memelihara kucing atau hamster. Tidak bisa dielus-elus!! Hanya bisa ditengok-tengok saja dari jauh... Sepertinya untuk memelihara kalajengking juga perlu memelihara jangkrik. Loh apa hubungannya? Karena kalajengking bersifat karnivora. Ya.. hanya jangkrik dan ulat/larva kumbang yang dirasa aman sebagai pakan kalajengking. Semoga bayi kalajengking imut ini bisa tumbuh menjadi kalajengking dewasa...

[kelanjutan kisahnya ada di Bayinya Piyo Piyo TongTong]