Jumat, 30 November 2012

Capelet Kuning Gading

Sekitar sebulan yang lalu saya memesan sebuah capelet yang dirajut tangan. Pada mulanya saya tidak tahu istilah capelet. Yang saya tahu hanyalah poncho. Beruntung ya suami itu tidak terlalu cerewet kalau istrinya mulai pesan ini-itu. Diiyakan saja dengan mudah (makasih ya sayang). Oia, saya memesan capelet-nya di Mbak Izzah (klik ini).

Untuk model dan pemilihan warna benang, saya serahkan sepenuhnya kepada Mbak Izzah. Saya hanya menceritakan kebutuhan dan keinginan saya saja. Warna kuning gading/putih tulang dipilih karena tergolong netral. Selama sebulan itu saya mereka-reka model capelet apa yang akan saya terima.

Akhirnya capelet kuning gading cantik saya terima. Tak menunggu lama, saya segera mencobanya. Aduhaaaaiiiii.... ternyata ngepas di badan saya. Bisa dipadu-padan dengan banyak busana. Cocok untuk segala kondisi (asal tidak kehujanan). Ayooo dilihat capelet-nya....

capelet kuning gading dipadu dengan sleeveless mermaid dress
boleh percaya boleh tidak, gaun ini sudah berumur belasan tahun

capelet kuning gading dipadu dengan kemben smock dan rok panjang

Foto-foto di atas diambil dengan terburu-buru. Kenapa? Karena Erdi, anak saya yang super aktif, selalu mengacau. Setiap jepretan kamera, Erdi selalu tampak dengan pose yang menyebalkan campur menggemaskan. Maunya ikut difoto tapi hasil foto jadi tidak bagus dilihat. Nanti deh saya posting terpisah ^_^

Dari niat memadu padan dengan berbagai pakaian, sesi fotonya harus dihentikan dengan dua baju saja. Eh, ternyata lusanya saya harus ke kebun teh. Kebetulan saya ingin tampil ala saya. Jadinya begini saudara-saudari:

tampilan casual-semiformal
(ear cuff by Miranda Agustina, clutch by Maria Magdalena)
Berpenampilan dengan ciri khas sendiri itu seru. Apalagi memakai buatan tangan. Tidak perlu barang bermerk luar negri punya. Produksi anak negri pun membuai minat orang awam kok. Buktinya banyak mata yang memandangi saya. 

Dari sekian banyak koleksi handmade saya, capelet ini yang agak sulit perawatannya. Proses pencucian yang tidak boleh disikat dan diremas. Proses pengeringan yang harus digulung ke dalam selembar handuk. Juga proses penjemuran yang harus di bidang datar merupakan kesulitan tersendiri. Tidak boleh disetrika dan tidak boleh digantung (apalagi dijepit dengan jepit jemuran) menambah daftar panjang kerepotan yang ada.

Tetapi, kita tidak boleh memperlakukan hasil buatan tangan dengan semena-mena. Ada nilai seni di dalamnya, ada sebagian jiwa pembuatnya yang ada pada karya handmade. Terkadang banyak orang awam yang menilai handmade itu mahal (padahal mahal-murah itu relatif), tidak bisa simetris. Tidak sempurna. Justru ketidak-sempurnaan itu lah yang menjadi daya tarik tersendiri. Dan yang selalu dicari-cari pada setiap handmade adalah ciri khas dan orisinalitas.

Jumat, 23 November 2012

Pengumuman

MAAF,
SEMENTARA OFFLINE 
SAMPAI BATAS WAKTU YANG TIDAK DAPAT DITENTUKAN



SALAM
OKTAVERA

Selasa, 20 November 2012

Black Pepper Beef with Scrambled Eggs

Kali ini mau menuliskan resep masakan yang dibuat dengan kilat khusus, kurang lebih 15-20 menit (buru-buru masak karena pengen sayang-sayangan dengan suami yang baru saja pulang) . Resepnya nyontek dari salah satu buku resep yang saya punya. Tetapi sebetulnya ini untuk isian roti. Karena saya paling ogah bikin kue dan roti.... jadilah resep tersebut saya ambil sebagai lauk pendamping nasi. Tapi rasanya sangat enak. Besok-besok akan dipraktekkan lagi.

Bahan:
100 gram daging empal
3 butir telor
1/2 butir bawang bombay
3 siung bawang putih
1 sdm saos tiram
1/2 sdt lada hitam tumbuk kasar
kecap manis sesuai selera
garam sesuai selera
minyak untuk menumis

Cara Memasak
  • Buat telor orak arik di atas penggorengan anti lengket. Sisihkan
  • Tumis bawang bombay hingga layu, masukkan bawang putih, tumis lagi hingga aroma bawang putih keluar
  • Masukkan daging empal yang sudah dipotong kecil-kecil atau disuwar-suwir (agar cepat matang), aduk rata hingga berubah warna
  • Tambahkan lada hitam, saos tiram, kecap, dan garam. Masak hingga daging benar-benar empuk
  • Tambahkan telor orak-arik dan diaduk hingga bumbu tercampur rata
  • Siap disajikan
Masakan ini saya buat saat suami pulang. Jadi ketika masakan matang, langsung diserbu, tidak sempat membuat foto. Aromanya benar-benar wangi memenuhi seantero rumah (mini). Masih edisi kangen-kangenan jadi cara makannya juga unik. Satu piring dimakan bertiga. Yang nyuapi itu ya suami, siapa lagi coba??! Saya kan sudah masak hihihihihi..... Meski sepiring dimakan bertiga tapi nambahnya sebanyak tiga kali kok.... Ya iya lah wong penduduk rumahnya kan tiga orang :D

Selamat Mencoba Yaaa

Senin, 19 November 2012

Pejuang Tunggal

Pertama kalinya merasakan benar-benar menjadi pejuang tunggal mengurus rumah dan anak selama beberapa hari... Ternyata tidak ada sulitnya. Sama bahagianya ketika ada suami di rumah. Hanya saja lebih sepi. Tidak terdengar keributan dari aktivitas jerat-jerit lelaki, baik yang kecil maupun yang besar. Menjadi bahagia itu sederhana dan mudah! Hanya perlu menerima kondisi dengan ikhlas. Itu saja.

Tidak terbersit satu pun kekhawatiran ketika suami tak menghubungi selama pergi kemarin (3 hari 4 malam). Maklum! Kenapa? Karena saya tahu persis di negara yang sedang berkembang ini semuanya serba tidak merata, serba timpang. Sektor pendidikan, sektor perekonomian, sektor transportasi, hiburan, listrik, air, sinyal telepon, hingga internet. Lokasi suami nun jauh di ujung Pulau Jawa membuat saya sadar betul sedari awal bahwa komunikasi akan lenyap. Juga tahu persis kerepotan saya menjadi berlipat-lipat dengan banyaknya makhluk yang harus diurus (sepasang kucing+10 hamster+sepasang kura-kura).

Lalu buat apa mengeluh? Lalu buat apa emosi dan membabi buta mengirim sms dan mencoba telp? E-boy seorang saja yang kadang-kadang menanyakan ke mana ayahnya. Tetapi sekali lagi, bila kita maklum dan mengerti maka segala bentuk kerewelan dan ketidak-nyamanan itu terusir dari dalam diri. Begitu juga dengan E-boy. Setiap kali saya tanya "kangen ayah?", selalu jawabnya "kangen, tapi ayah masih kerja, pulangnya masih lama". Bersyukur kepada Allah yang begitu sayangnya kepada saya hingga dititipi anak yang tidak sulit semacam E-boy ^____________^

Sehari-hari saya mewajibkan suami berpamitan yang lengkap kepada E-boy, ke mana-urusan apa-sampai kapan. Mungkin karena kebiasaan inilah yang memudahkan saya ketika peran sebagai pejuang tunggal menghampiri. Baru kali ini juga saya benar-benar sendiri, beruntung gami (grandmom) bisa datang dan menemani kami seharian. Menjadi teman ngobrol dan membantu menghabiskan masakan saya (hihihi...).

Hal unik yang saya temukan adalah pose tidur E-boy terbaru yang diturunkan seratus persen dari ayahnya. Tengok gambar di bawah ini:
Pose tidur semacam ini saya ketahui subuh ketika suami pulang. Kami tertegun sesaat dan kemudian tertawa tertahan. Jangan tanya bagaimana reaksi E-boy ketika menyadari si ayah telah pulang. Yang pasti super heboh dan rame seharian itu. Saya harus menahan diri untuk tidak menguasai ayahnya E-boy seorang diri.

Kalau dirunut ke belakang, memang terjadi perubahan yang sangat signifikan. Kehadiran anak bisa merubah segala hal. Yang berwarna menjadi semakin berpelangi. Sesuatu yang biasa menjadi keajaiban luar biasa. Dan yang pasti di subuh itu saya tahu bahwa kehadiran seorang (atau lebih) anak mempererat ikatan kedua orang tuanya. Faktanya, tangan saya dan tangan suami disatukan dalam pelukan E-boy. Erat! Erat sekali! Seakan Ia tak ingin satu pun pergi dan berlalu dari hidupnya.

Kamis, 15 November 2012

Cerita Ulang Tahun E-boy ke-3

Akhirnya hari ini saya bisa duduk tenang bermodalkan komputer yang powered by micro SD lengkap dengan hape android murah meriah yang kualitas kameranya jauh di bawah standar (alias gak mutu). Namanya saja murah meriah jadi disyukuri saja lah... Kamera saku memang ada tapi tidak bisa dihubungkan dengan komputer saya ini yang sedang tidak berotak (HD bad sector). Setiap kali disambungkan selalu komputernya nge-hang...

Hari selasa yang lalu, 13 November, adalah hari ulang tahun E-boy yang ketiga. Sebelumnya saya merencanakan mengajak E-boy ke Museum Brawijaya. Kalau melihat agenda kerja suami sih oke, sedang kosong tidak ada agenda mengajar atau menguji, bisa diwujudkan rencana saya semula. Tapi apa yang terjadi di hari selasa pagi itu adalah kami harus menuju kebun teh. Mengecek pekerjaan tukang, mengambil kunci, sekaligus mengambil hebel (bata ringan). Sepanjang perjalanan, kami agak merayap karena ada satu truck dan dua bus yang menuju kebun teh. Salah satu gambar bus itu ada dua ekor sapi di padang rumput. Kontan E-boy berkata "bunda, Erdi boleh naik sapi?".

Hmmmm.... iya, pasti kata iya yang keluar dari mulut saya. Tetapi otak saya berfikir bagaimana caranya mewujudkan keinginan si anak yang berulang tahun. Sesampainya di kebun teh, saya biarkan E-boy bermain sepuasnya. Berlari ke sana ke mari. Tentu berbagai serangga dan putri malu tidak luput dari perhatiannya.
mengamati pergerakan putri malu ketika disentuh

Ketika arah pandang E-boy beralih ke area lain, segera saya dengar rengekan sedikit memaksa. Sekali lagi E-boy meminta hal yang sedikit mustahil. E-boy sangat ingin memetik dan memakan buah naga merah. Bagaimana tidak mustahil... Tanaman buah naga merah masih berbunga, belum ada buahnya.

Dengan sedikit pengertian dan membeberkan rencana hari itu, E-boy pada akhirnya melunak dan mau diajak kerja sama. Setelah menyelesaikan  beberapa hal di rumah dan menyelesaikan perbekalan sederhana, kami masih harus melanjutkan perjalanan ke Wagir. Siang yang sangat panas. Tapi emosi tidak boleh ikut memanas meski badan super kelelahan. Di Wagir ini, kebetulan ada tanaman markisa. Bunganya sangat cantik (lain kali saya sertakan fotonya). E-boy juga mengamati dengan penuh rasa takjub. Rengekan berikutnya mulai terdengar. E-boy ingin memakan buah markisa. Tentu sekali lagi adalah hal yang mustahil karena buahnya masih sangat muda. Belum matang.

E-boy dan buah markisa yang masih sangat muda
Buah markisa ini bukan kami yang memetik. Saya sebenarnya tidak membolehkan E-boy memetik buah yang masih sangat muda. Karena merupakan sesuatu yang sia-sia. Tetapi Mbah Yan, yang memang seorang kakek-kakek berumur 80 tahun tanpa ba-bi-bu memetik salah satu buah markisa muda dan memberikannya sebagai mainan E-boy. 

Dehidrasi rasanya karena teriknya mentari. Sampai di rumah kembali sudah sore. Hampir maghrib. Setelah beristirahat sebentar, kurang lebih 15 menit. Saya dan suami menyiapkan perayaan ulang tahun E-boy yang sangat sederhana. Beruntung saya masih menyimpan beberapa lilin ajaib yang tidak bisa dipadamkan apinya (setelah ditiup maka api lilin akan kembali menyala). Sedih hati saya karena hari itu saya tidak bisa mengajak E-boy melihat tank dan kereta api di Museum Brawijaya. Juga tidak sempat memasakkan sesuatu, entah itu nasi kuning atau kue ultah.

Kalau sedang kepepet gini, ide selalu ada. Saya ingat, buah markisa kesayangan E-boy ini bisa dijadikan birthday fruit. Segera saya rakit semuanya. Saya nyalakan lilin. Bernyanyi lagu ulang tahun dalam Bahasa Inggris. Dan kemudian terharu luar biasaaaaaaa....... Berikut fotonya, sayang kualitasnya tidak bagus, maklum diambil dengan hape android murah meriah:
prosesi tiup lilin

birthday fruit with magic candle
Karena api lilin tidak bisa padam, selalu nyala lagi, suara E-boy sampai habis. Kami mensyaratkan E-boy bernyanyi lagu ulang tahun dulu sebelum meniup lilin. Lucu sekali dari lagunya yang bernada sempurna hingga nada gemas, dari suara lantang hingga suara lirih. Sekali lagi kami tidak sempat menyiapkan kado khusus. Tetapi siang sebelumnya saya menyempatkan diri meraih beberapa buku di mini market. Ternyata itu bukan buku melainkan kertas-kertas untuk melatih kemampuan motoris anak. Yaitu kertas-kertas yang harus digunting dan dilem kemudian dirakit menjadi sebuah bentukan tiga dimensi.

Di sampulnya sih tertulis 3+, tetapi ketika saya lihat dan saya amati, tingkat kerumitannya sangat tinggi. Bahkan saya pun agak linglung dibuatnya. Tanggal 14 pagi, sebelum suami berangkat ke negeri antah berantah, kami membantu E-boy merakit Bumi & Antariksa. Begini penampakannya:
tampak depan
dipotret dari atas
Yang satunya belum dirakit:
paling sulit dan membutuhkan ketelatenan lebih
Sekian cerita hari ini... Semoga masih ada kesempatan lagi untuk bisa duduk manis di depan komputer di antara jadwalnya padat berkeliling ke sana dan ke sini..

Sampai jumpa ^_^

[cerita versi E-boy ada di Hari Ulang Tahun bersama Ayah dan Bunda]