Senin, 15 Juli 2013

Si Lolo yang Seram


Lolo adalah (mantan) peliharaan kami. Seekor lipan yang saya temukan di dapur. Sebetulnya saya ngeri sekali dengan hewan berbisa satu ini. Eh Suami dan anak saya malah sangat bersemangat untuk memeliharanya. Dengan menahan kengerian, saya berusaha menerima keberadaan Lolo. Dinamakan Lolo karena untuk mempermudah saja, berasal dari nama ilmiah hewan ini, yaitu: Scolopendra. Alasan suami adalah untuk mengajarkan kepada anak kalau lipan sangat berbahaya. Jenis peliharaan yang hanya bisa dilihat dan diamati dari jarak tertentu tanpa boleh menyentuhnya. Hal-hal rasional semacam inilah yang perlu ditekankan. Kita tidak boleh takut pada sesuatu hal yang tidak jelas alasannya. Banyak hewan yang aman untuk dipegang kok tetapi ada beberapa yang penanganannya perlu hati-hati. Pada akhirnya E-boy bisa mengetahui perbedaan antara keluwing dan kelabang (lipan) serta mana yang aman disentuh di antara keduanya.

Setelah memelihara cukup lama, saya memahami bahwa lipan ini tidak agresif. Cenderung mudah stres bila kandangnya tidak diberi air dan sesuatu untuk bersembunyi. Kami menambahkan serutan kayu agak banyak di dalam kandangnya. Tujuannya sih agar Lolo bisa mengubur badannya di dalam serutan kayu. Kalau ditempatkan di kandang begitu saja tanpa serutan kayu maka si Lolo akan berlarian dengan agresif. Antenanya akan bergoyang ke kiri dan ke kanan. Kasihan sekali melihatnya. Pakan Lolo sangat mudah. Hanya beberapa ekor ulat hongkong untuk jangka waktu yang lama (kira-kira satu minggu). Suami sempat dinas ke luar kota selama satu minggu. Dan saya pun mau tak mau merawat Lolo. Ngerriiiiiiiiiii............! Tugas saya hanya memberi beberapa tetes tapi sudah membuat bulu kuduk berdiri. Tidak sekali suami pergi dinas luar, seminggu kemudian pergi dinas luar lagi. Aduuuuuhhh..... Seraaaamm.... Mau dibiarkan begitu saja kok ya kasihan....

Kurang lebih karakter lipan ini seperti kalajengking (kalajengking peliharaan kami habis dimakan semut), bukan hewan yang offensive tapi hewan yang defensive. Lebih suka bersembunyi dan menghindari manusia. Akhirnya daripada saya bingung lagi ketika suami dinas luar..., maka kami memutuskan untuk melepaskan Lolo ke alam liar. Selama dua bulan kami memelihara Lolo, tanpa terluka, tanpa terkena racun. Lolo dalam kondisi sehat dan utuh. Pelepasan ini tentu kami diskusikan juga dengan anak. E-boy dengan lapang dada merelakan peliharaannya bebas di alam liar. Setiap kali kami melewati daerah di mana Lolo dilepas, pasti E-boy berkata "Lolo nya cari makan ya...". Tidak ada raut wajah sedih. Mungkin ini kali terakhir kami memelihara aneka hewan, cukup dengan kucing dan landak mini saja. Tetapi semoga ada tambahan anggota keluarga baru... Doakan yaa....

Minggu, 07 Juli 2013

Surga Mini

Awal bulan selalu dilalui dengan banyak jadwal. Karena kondisi jalan yang semakin sesak juga kondisi badan yang sedang tidak bersahabat juga memikirkan ada anak balita yang kudu sehat, akhirnya jadwal-jadwal itu harus dibagi dua. Tanggal 2-3 dilalui di jalan, nonstop. Pulang ke rumah hanya untuk koreksi dan menggunakan internet untuk setor nilai.

Ketika semua jadwal terlalui, spaneng, lelah, stres, tak mau lah memaksakan badan. Tanggal 3 sore, kami sampai di kebun teh, memutuskan tidak pulang ke rumah. Suasana sungguh mendung. Sempat hujan deras. Di saat ini lah saya merasakan damai yang sungguh menenangkan. Di luar sana hujan tersisa rintik-rintik.

Saya yang hanya bisa duduk santai bisa menikmati surga mini ini. Musik klasik bersanding rinai hujan, melihat anak yang mengejar-ngejar ayahnya yang berlatih in line skate. Di sudut yang lain ada kakek-nenek E-boy yang juga menikmati sore hari bersama. Jauh dari peradaban (gak amat sih) juga jauh dari penduduk. Damai!

Ternyata untuk refreshing itu tidak perlu biaya mahal, tidak perlu jauh-jauh. Hanya gunakan saja ketidak-biasaan dan manfaatkan apa yang ada. Malamnya? Saya tidur terbuai pemandangan kerlap-kerlip lampu Kota Malang dan esoknya dibangunkan oleh sinar mentari di ufuk timur. Benar-benar menyegarkan!!