Jumat, 23 Agustus 2013

Pengalaman Luar Biasa (Mengajarkan Puasa)

Ternyata kesibukan ramadhan dan lebaran kemarin hanya menyisakan sedikit waktu untuk bisa duduk tenang di depan komputer. Saya lebih banyak menengok dunia maya dari sebuah telepon genggam kecil. Dan baru dini hari ini bisa sesekali menengok ke dalam diri pribadi. Dari sekian banyak pengalaman menarik 1-2 bulan terakhir, yang paling luar biasa adalah ketika saya mengajarkan anak berpuasa.

Saya tidak sendirian, suami pun berperan. Dan tak kalah hebatnya adalah E-boy sendiri sebagai pembelajar puasa. Kurang lebih kronologis dan tahapan E-boy belajar berpuasa seperti berikut:
Hari Pertama: kami sekeluarga terserang flu, karena hari pertama tidak tega rasanya membangunkan E-boy sahur. Sahurnya pun dilakukan ketika bangun tidur (sarapan) kemudian tidak makan dan minum sampai tengah hari, dilanjutkan tidur siang dan makan kembali ketika adzan maghrib tiba. Mungkin ini bawaan anak yang tidak terlalu fit. Ogah makan tetapi saya memberi kelonggaran... Kapanpun E-boy ingin minum, bebas saja.

Hari Kedua: pola makan dan tidur E-boy masih sama dengan hari pertama. Tetapi di jam 4 sore sedikit rewel sehingga saya pun memutuskan memberi makan sedikit. Namanya anak sakit pasti ada rewelnya, bagus juga masih mau makan. Dan semangatnya untuk ikut berpuasa harus diacungi jempol.
Hari Ketiga: karena kondisi sudah membaik dan hanya tersisa batuknya saja maka E-boy diajak sahur. Eh bangun tidur tetap minta sarapan. Ya sudahlah tidak mengapa. Hari ketiga ini saya mulai memberi pengertian kalau puasa itu tidak makan dan tidak minum sampai adzan. Dan benar saja, E-boy paham. Minta makan dan minum ketika adzan dhuhur. Kemudian dia tidur siang. Jam 4 sore kembali rewel minta makan. Perhatiannya dialihkan dengan menonton dinosaurus dari BBC (Walking with Dinosaurs). Sukses menahan lapar dan haus sampai maghrib.

Hari Keempat: batuk sudah jauh berkurang. Pola berpuasa masih sama dengan hari ketiga. Tetapi di jam 4 sore diajak bermain in line skate. Apa yang terjadi? Ya... kehausan lah! Baiklah, boleh minum sepuasnya Nak... Kami memaklumi masih kecil, belum genap 4 tahun kan?! Dan berhasil berbuka puasa pas bedhug maghrib. Horrrreee....
Hari Kelima: senang rasanya ketika anak kembali sehat. Sudah mulai bisa diajak sahur tetapi meski sudah sahur, sarapan tetap dilakukan. Susah amat menghilangkan kebiasaan E-boy sarapan sesaat setelah bangun tidur. Puasa bedhug-nya lancar meski di jam 4 sore kembali rewel. Tetapi karena sudah paham apa itu puasa maka bocah ganteng ini berusaha menahan lapar dan haus hingga adzan maghrib tiba. Horrreeee ada kemajuan. Saya senang luar biasa. Saat malam tiba, saya timbang berat badan E-boy dan ternyata bertambah 300 gram. Wooooooooaaaaa..... surprise!!

Hari Keenam: dimulai dengan bersahur bersama-sama sambil ketawa-ketiwi kemudian saya memberi pengertian untuk menggeser makannya di jam 9 pagi. Itu pun bukan nasi melainkan dua lembar roti tawar. Pemahaman E-boy ternyata puasa itu tidak makan dan tidak minum sampai suara adzan. Walhasil sejak hari keenam ini, saat ashar (kalau pas tidak tidur siang) adalah saat di mana saya harus menyiapkan makanan dan minuman untuknya. Karena saya belum memasak, selembar roti tawar pun menjadi pengganjal perut laparnya.
Tidak terasa sebulan penuh mengajarkan anak berpuasa. Pola makan nya tertata: sahur, sarapan di jam 9, buka puasa di tengah hari, ngemil/makan saat ashar, dan berbuka puasa saat maghrib. Begitu terus setiap hari. Tanpa sadar setelah bulan ramadhan berlalu.... E-boy masih tetap di pola makan biasanya. Berteriak kegirangan saat mendengar adzan lalu meminta makan.

Hingga hari ini, E-boy masih ingin berpuasa. Lucu ya... Oia, ada taktik E-boy yang membuat saya tidak habis pikir. Di sela-sela menahan lapar, E-boy melafadzkan adzan sendiri lalu berkata kepada saya "sudah adzan loh bunda, ayooooo berbuka puasa". Antara takjub dengan idenya dan juga merasa gemas maka saya pun menjelaskan bahwa adzan yang dimaksud bukan dari adzan yang kita kumandangkan sendiri tetapi menunggu seruan adzan yang terdengar dari masjid. Cukup alot juga waktu itu menjelaskannya tetapi pada akhirnya E-boy paham kok.

Tidak sabar bertemu ramadhan tahun depan! Semoga kita semua masih ada kesempatan bertemu dengan bulan seribu berkah itu yaaa... Aamiin YRA.

[cerita menarik versi E-boy bisa dibaca di sini]