Agenda 6 minggu ke depan sudah padat. Tidak bisa diubah sama sekali. Akhir pekan digunakan untuk melihat kondisi gubug di kebun teh. Hari sabtu pagi suami sudah memantapkan diri nyetir mobilnya ibuk. Mau tidak mau mobil ibuk harus dipakai kali ini untuk mengangkut beberapa lukisan yang ukurannya tidak bisa masuk ke jeep. Setelah memasukkan semua perbekalan termasuk bahan-bahan mentah siap masak, kami pun melaju. Perasaan cukup deg-deg an juga mengingat suami tidak pernah mengendarai mobil selain jeep nya sendiri. Saya rada tegang sepanjang jalan, apalagi di daerah kurva s. Tiba-tiba Erdi nyeletuk "enak yaa.. tinggi.. empuk". Kontan kami tertawa keras. Gemas luar biasa! Bocah belum genap tiga tahun tapi sudah bisa menilai mana yang lebih bagus dan mana yang lebih nyaman.
|
mau pakai mobil apapun, bocah ganteng ini wajib duduk di car seat-nya, lengkap dengan sabuk pengaman terpasang sempurna | |
Sesampainya di gubug, bongkar muatan dan
segera berputar melihat apakah semua dalam kondisi oke. Berkeliling ke
seantero area cukup membuat keringat meleleh. Suhu udara sangat panas,
sekitar 32 derajat celcius (DC). Cukup mencegangkan juga untuk daerah
pegunungan. Beruntung angin cukup kencang berhembus sehingga bisa
mengurangi rasa panas yang sedikit menusuk tersebut. Dan jantung saya
seakan jatuh ke pusat bumi ketika menyadari kandang ayam hutan/ayam
bekisar kosong. Sesaat saya berfikir positif, mungkin ayamnya dibawa Pak
Samsi, seseorang yang ditugaskan merawat kebun. Suami cek kondisi
kandang. Lemas!!! Tak seberapa jauh dari kandang, banyak bulu
bertebaran. Kondsi kandang sedikit rusak. Mungkin ayam dimakan anjing
liar atau ular. Hanya bisa mengikhlaskan kalau seperti ini ceritanya.
|
kondisi kandang ayam, kira-kira dimakan ular atau anjing liar ya?? | |
Di kebun teh itu selalu banyak yang
dikerjakan. Tak terasa hari sudah sore. Tidak ada internet, siaran
televisi juga gak bersih (masang antennya gak bener). Akhirnya saya
memutuskan untuk belajar nyetir mobil. Lumayan mudah sebetulnya. Saat
itu saya hanya belajar menghafal mana kopling, mana gas, mana rem. Juga
menghafal gigi 1-5. Erdi sedikit bingung. Kelihatan ekspresi wajah aneh.
Biasanya yang dibalik kemudi hanyalah nenek-kakek dan ayah. Bunda
dibalik kemudi adalah sesuatu yang salah menurut Erdi. Begitu saya
belajar menjalankan mobil, otomatis acak adut. Mobil melaju tidak mulus.
Badan yang duduk manis bisa terpental-pental maju mundur menghantam jok
mobil. Erdi mulai panik: "nti jatuh loh.. nti jatuh loh". Saya sudah
bertekad penuh. Saya abaikan saja keluhan Erdi itu. Meski sebenarnya
keder juga sih dengan selorohannya itu. Sampai saya memperhatikan celana
Erdi yang membentuk sebuah pulau. Yaaaa...... Erdi mengompol
saudara-saudari!
|
katak keemasan yang ditemukan di jendela angin-angin kamar mandi |
Terpaksa berhenti belajar. Kami semua
masuk gubug. Dan rasa lelah itu berubah menjadi jeritan histeris.
Kenapa??? Seekor katak bertengger manis di kamar mandi seperti foto di
atas. Sekilas warnanya keemasan. Insting takut segera keluar. Biasanya
hewan berwarna terang itu beracun. Suami juga skeptis. Tidak ada yang
bisa memberi tahu satwa ini berbahaya atau tidak. Pun internet tidak
tersedia. Hanya bisa mendiamkan saja. Berharap katak itu segera pergi.
Semakin sore lah kok katak keemasan itu bertambah. Tiga jumlahnya.
Segera suami heboh. Berusaha mengusir. Karena ada anak. Tidak ingin
sesuatu terjadi pada Erdi. Jauh dari RSSA loh ini (konon hanya RSSA yang
menyediakan antidot hewan-hewan beracun). Daaaaaaaaaaaaan.... seekor
katak berhasil dibuang keluar gubug setelah sempat melompat ke lengan
suami. Itu adalah masa-masa terlengang. Jangan-jangan.....
Jangang-jangan..... Semenit dua menit menunggu reaksi racun.
|
kataknya terduplikasi |
Eh ternyata ini katak tidak beracun.
Lengan suami aman, tidak ada perubahan apapun. Tidak memerah. Tidak
muncul ruam, bruntusan, atau apapun tanda tidak bagus lainnya. Katak itu
balik lagi. Balik lagi ke kamar mandi. Berkali-kali mengusir katak
hingga akhirnya kami pasrah. Malam itu kami praktis bermalam bersama
katak keemasan. Para lelaki tertidur sangat pulas meninggalkan saya yang
agak paranoid. Takut ular. Takut disatroni makhluk gaib.. Bayangkan
saja, tidak jauh dari gubug adalah kuburan. Yang pernah ke kebun teh
tentu pernah melihat sepanjang jalan yang ditumbuhi tanaman bambu cukup
rapat. Itulah pembatas antara jalan raya dengan area kuburan. Serem
bukan? Akhirnya saya terpejam juga. Entah jam berapa saya baru bisa
tidur. Rupanya bukan saya saja yang paranoid. Tengah malam suami bangun.
Katanya sih karena suara yang mencurigakan. Takut katak atau tikus atau
ular bergentayangan di gubug.
|
sedang bulan sabit... lama-lama di teras bikin begidik juga... teringat kuburan di sebelah selatan saya |
Fiuuuhh... malam yang panjang....
Di
minggu pagi bangun dengan kondisi yang bugar kok, mungkin karena
pasokan oksigen yang lebih berkualitas. Segar sekali. Suhu menunjukkan
angka 22 DC. Tidak terlalu dingin bila dibandingkan 2,5 tahun yang lalu.
Pagi-pagi segera masak dan kembali melanjutkan belajar nyetir. Kali ini
Erdi tidak lagi takut. Bahkan kentara sekali kalau dianya ingin ikut
belajar nyetir. Lihat aksi Erdi berikut:
|
pose Erdi bikin gemas!!! |
Latihan di minggu pagi cukup lancar. Saya sukses
memajukan dan memundurkan mobil. Tidak sulit ternyata. Hanya perlu
mengumpulkan niat dan keberanian. Lumayan mulus. Erdi tidak lagi protes,
juga tidak mengompol. Suara musik Yani dari kebun teh sangat
menenangkan. Romantis banget. Makanya saya belajar nyetir dengan penuh
rasa damai.
Kembali ke gubug dengan langkah ringan. Dan
kembali saya histeris jerit-jerit. Katak-katak sialan ini telah
bertelur di kamar mandi. Meninggalkan busa telor-telor yang ajib. Sebal
saya dibuatnya. Busa telor bakal katak ini super duper lengket. Sulit
dibersihkan. Ditangkap pun posisi katak-katak ini tetep kawin.
Dibuang-dilempar tetep gak berubah posisinya. Bahkan kembali ke teras
dengan posisi kawin juga. Alamaaaaak..... Ini nih yang disebut cinta
memang buta. Mau kondisi apapun tetep aja kawin
|
bisa jadi puluhan katak.. jijik ya??! |
|
udah ditangkap-dilempar-dibuang tapi posisinya tak berubah |
Pendek
kata, sepanjang hari minggu itu kami semua disibukkan dengan katak. Di
sela-sela berburu katak, saya menemukan begitu banyak hal unik.
Sayangnya ilmu fotografi saya masih cetek. Setiap kali jepret selalu tak
memuaskan! Ujung-ujungnya meminta bantuan suami untuk mengabadikannya.
Hasil bidikan suami:
|
laba-laba yang tengah memangsa belalang |
|
sisa buntelan ratusan telor laba-laba beserta bayi laba-laba |
Sesampainya di rumah saya segera mencari tahu identitas si katak keemasan. Ternyata nama ilmiahnya adalah
Polypedates leucomystax. Memang katak ini suka sekali dengan air jernih dan bersih. Pantas saja berkali-kali dikeluarkan dari kamar mandi kok tetap saja kembali. Meski jalan masuk katak ini ke kamar mandi masih menjadi misteri. Terima kasih sudah mampir di sini yaaa... Nantikan petualangan kami berikutnya!
Lanjutan kisahnya ada di
Golden Weekend (Long Vacation).