Senin, 22 Oktober 2012

Sabtu Minggu Seru

Agenda 6 minggu ke depan sudah padat. Tidak bisa diubah sama sekali. Akhir pekan digunakan untuk melihat kondisi gubug di kebun teh. Hari sabtu pagi suami sudah memantapkan diri nyetir mobilnya ibuk. Mau tidak mau mobil ibuk harus dipakai kali ini untuk mengangkut beberapa lukisan yang ukurannya tidak bisa masuk ke jeep. Setelah memasukkan semua perbekalan termasuk bahan-bahan mentah siap masak, kami pun melaju. Perasaan cukup deg-deg an juga mengingat suami tidak pernah mengendarai mobil selain jeep nya sendiri. Saya rada tegang sepanjang jalan, apalagi di daerah kurva s. Tiba-tiba Erdi nyeletuk "enak yaa.. tinggi.. empuk". Kontan kami tertawa keras. Gemas luar biasa! Bocah belum genap tiga tahun tapi sudah bisa menilai mana yang lebih bagus dan mana yang lebih nyaman.

mau pakai mobil apapun, bocah ganteng ini wajib duduk di car seat-nya, lengkap dengan sabuk pengaman terpasang sempurna
Sesampainya di gubug, bongkar muatan dan segera berputar melihat apakah semua dalam kondisi oke. Berkeliling ke seantero area cukup membuat keringat meleleh. Suhu udara sangat panas, sekitar 32 derajat celcius (DC). Cukup mencegangkan juga untuk daerah pegunungan. Beruntung angin cukup kencang berhembus sehingga bisa mengurangi rasa panas yang sedikit menusuk tersebut. Dan jantung saya seakan jatuh ke pusat bumi ketika menyadari kandang ayam hutan/ayam bekisar kosong. Sesaat saya berfikir positif, mungkin ayamnya dibawa Pak Samsi, seseorang yang ditugaskan merawat kebun. Suami cek kondisi kandang. Lemas!!! Tak seberapa jauh dari kandang, banyak bulu bertebaran. Kondsi kandang sedikit rusak. Mungkin ayam dimakan anjing liar atau ular. Hanya bisa mengikhlaskan kalau seperti ini ceritanya.

kondisi kandang ayam, kira-kira dimakan ular atau anjing liar ya??
Di kebun teh itu selalu banyak yang dikerjakan. Tak terasa hari sudah sore. Tidak ada internet, siaran televisi juga gak bersih (masang antennya gak bener). Akhirnya saya memutuskan untuk belajar nyetir mobil. Lumayan mudah sebetulnya. Saat itu saya hanya belajar menghafal mana kopling, mana gas, mana rem. Juga menghafal gigi 1-5. Erdi sedikit bingung. Kelihatan ekspresi wajah aneh. Biasanya yang dibalik kemudi hanyalah nenek-kakek dan ayah. Bunda dibalik kemudi adalah sesuatu yang salah menurut Erdi. Begitu saya belajar menjalankan mobil, otomatis acak adut. Mobil melaju tidak mulus. Badan yang duduk manis bisa terpental-pental maju mundur menghantam jok mobil. Erdi mulai panik: "nti jatuh loh.. nti jatuh loh". Saya sudah bertekad penuh. Saya abaikan saja keluhan Erdi itu. Meski sebenarnya keder juga sih dengan selorohannya itu. Sampai saya memperhatikan celana Erdi yang membentuk sebuah pulau. Yaaaa...... Erdi mengompol saudara-saudari!

katak keemasan yang ditemukan di jendela angin-angin kamar mandi
Terpaksa berhenti belajar. Kami semua masuk gubug. Dan rasa lelah itu berubah menjadi jeritan histeris. Kenapa??? Seekor katak bertengger manis di kamar mandi seperti foto di atas. Sekilas warnanya keemasan. Insting takut segera keluar. Biasanya hewan berwarna terang itu beracun. Suami juga skeptis. Tidak ada yang bisa memberi tahu satwa ini berbahaya atau tidak. Pun internet tidak tersedia. Hanya bisa mendiamkan saja. Berharap katak itu segera pergi. Semakin sore lah kok katak keemasan itu bertambah. Tiga jumlahnya. Segera suami heboh. Berusaha mengusir. Karena ada anak. Tidak ingin sesuatu terjadi pada Erdi. Jauh dari RSSA loh ini (konon hanya RSSA yang menyediakan antidot hewan-hewan beracun). Daaaaaaaaaaaaan.... seekor katak berhasil dibuang keluar gubug setelah sempat melompat ke lengan suami. Itu adalah masa-masa terlengang. Jangan-jangan..... Jangang-jangan..... Semenit dua menit menunggu reaksi racun.
kataknya terduplikasi
Eh ternyata ini katak tidak beracun. Lengan suami aman, tidak ada perubahan apapun. Tidak memerah. Tidak muncul ruam, bruntusan, atau apapun tanda tidak bagus lainnya. Katak itu balik lagi. Balik lagi ke kamar mandi. Berkali-kali mengusir katak hingga akhirnya kami pasrah. Malam itu kami praktis bermalam bersama katak keemasan. Para lelaki tertidur sangat pulas meninggalkan saya yang agak paranoid. Takut ular. Takut disatroni makhluk gaib.. Bayangkan saja, tidak jauh dari gubug adalah kuburan. Yang pernah ke kebun teh tentu pernah melihat sepanjang jalan yang ditumbuhi tanaman bambu cukup rapat. Itulah pembatas antara jalan raya dengan area kuburan. Serem bukan? Akhirnya saya terpejam juga. Entah jam berapa saya baru bisa tidur. Rupanya bukan saya saja yang paranoid. Tengah malam suami bangun. Katanya sih karena suara yang mencurigakan. Takut katak atau tikus atau ular bergentayangan di gubug.

sedang bulan sabit... lama-lama di teras bikin begidik juga... teringat kuburan di sebelah selatan saya
Fiuuuhh... malam yang panjang....
Di minggu pagi bangun dengan kondisi yang bugar kok, mungkin karena pasokan oksigen yang lebih berkualitas. Segar sekali. Suhu menunjukkan angka 22 DC. Tidak terlalu dingin bila dibandingkan 2,5 tahun yang lalu. Pagi-pagi segera masak dan kembali melanjutkan belajar nyetir. Kali ini Erdi tidak lagi takut. Bahkan kentara sekali kalau dianya ingin ikut belajar nyetir. Lihat aksi Erdi berikut:

pose Erdi bikin gemas!!!
Latihan di minggu pagi cukup lancar. Saya sukses memajukan dan memundurkan mobil. Tidak sulit ternyata. Hanya perlu mengumpulkan niat dan keberanian. Lumayan mulus. Erdi tidak lagi protes, juga tidak mengompol. Suara musik Yani dari kebun teh sangat menenangkan. Romantis banget. Makanya saya belajar nyetir dengan penuh rasa damai.

Kembali ke gubug dengan langkah ringan. Dan kembali saya histeris jerit-jerit. Katak-katak sialan ini telah bertelur di kamar mandi. Meninggalkan busa telor-telor yang ajib. Sebal saya dibuatnya. Busa telor bakal katak ini super duper lengket. Sulit dibersihkan. Ditangkap pun posisi katak-katak ini tetep kawin. Dibuang-dilempar tetep gak berubah posisinya. Bahkan kembali ke teras dengan posisi kawin juga. Alamaaaaak..... Ini nih yang disebut cinta memang buta. Mau kondisi apapun tetep aja kawin Smiley

bisa jadi puluhan katak.. jijik ya??!

udah ditangkap-dilempar-dibuang tapi posisinya tak berubah
Pendek kata, sepanjang hari minggu itu kami semua disibukkan dengan katak. Di sela-sela berburu katak, saya menemukan begitu banyak hal unik. Sayangnya ilmu fotografi saya masih cetek. Setiap kali jepret selalu tak memuaskan! Ujung-ujungnya meminta bantuan suami untuk mengabadikannya. Hasil bidikan suami:


laba-laba yang tengah memangsa belalang

sisa buntelan ratusan telor laba-laba beserta bayi laba-laba
Sesampainya di rumah saya segera mencari tahu identitas si katak keemasan. Ternyata nama ilmiahnya adalah Polypedates leucomystax. Memang katak ini suka sekali dengan air jernih dan bersih. Pantas saja berkali-kali dikeluarkan dari kamar mandi kok tetap saja kembali. Meski jalan masuk katak ini ke kamar mandi masih menjadi misteri. Terima kasih sudah mampir di sini yaaa... Nantikan petualangan kami berikutnya!

Lanjutan kisahnya ada di Golden Weekend (Long Vacation).

Jumat, 12 Oktober 2012

Semua Rasa ada di Bulan Oktober (jilid 2)

Hampir 5 jam bertahan menangani suhu panasnya Erdi tanpa paracetamol. Beruntung tidak ada rewel. Air mata  yang menggenang cukup mengatakan kepada saya bahwa badannya memang sangat panas. Dengan telaten saya suguhkan semua yang mampu saya berikan: segelas oralit rasa jeruk, semangkuk nasi+lauk (yang hanya dimakan beberapa sendok), semangkuk serbat tomat. Air putih sesering mungkin. Cukup banyak juga kan makannya untuk bocah yang sakit? Alhamdulilah!

Karena kondisi saya yang ekstra tegang, setiap mendengar suara sepeda motor, badan saya langsung berlari menuju pintu. Ternyata bukan suami yang pulang. Berkali-kali seperti itu. Hingga akhirnya suami datang. Belum lah pintu pagar terbuka, suami sudah memberikan sekantung obat-obatan. Semua yang saya pesan (kecuali termometer digital). Saya intip sekilas kok rada aneh ya paracetamolnya? Sebotol murni, tidak ada bungkus kardusnya. Harga eceran tertingginya Rp. 2.156, tiap 5 ml mengandung 120 mg paracetamol.

Karena suhu tubuh Erdi sudah agak turun, obat saya sisihkan dulu. Giliran nasi kotak keluar dari tas suami. Sebetulnya itu jatah makan siang suami pas rapat tadi. Tetapi beliaunya tak selera makan mendapati laporan saya tentang Erdi yang panas. Cemas juga kalau perut suami kembali sakit. Dirayu model apapun via sms, nyatanya sekotak nasi itu tiba di rumah masih utuh. Dari sekotak itu bisa dimakan rame-rame bertiga. Khusus untuk Erdi hanya makan lauknya saja (rolade dan ayam panggang). Pas maghrib, mulai deh si bocah rewel. Nangis dan mengeluh sakit di sana-sini. Titik beratnya di persendian-persendian.

Gitu suami enak aja bilang "oh gakpapa ini,, sakit biasa untuk memperbarui imunitas". Doooooeeeeenggggg!! Seringan itu komentarnya??? Anak udah rewel parah, nangisnya yang sesengukan. Suhu badan mulai meningkat tajam. Diambil-lah sebotol paracetamol, tetap dengan bertanya-tanya "kenapa gak ada kardusnya ya? kenapa gak ada leaflet-nya ya?". Begitu dituang ke sendok takar (yang harus dibeli terpisah). Kembali saya bertanya dalam hati "woow.. kok warna sirupnya hijau? biasanya kan pink? mungkin rasa apel". Disodorkan ke mulut Erdi.

Belum habis satu sendok takar (5 ml), Erdi udah teriak "peeeeeedeeeeeeeeeeessssss". Lalu nangis menjerit-jerit. Sekejab saya bengong. Suami berlari ke kamar. Saya icipi rasa obat yang tersisa di sendok. Olala,, rasa mint toh?! Tidak pahit sama sekali. Manisnya sedikit tapi mint-nya nendang di mulut-mulut langit. Saya aja yang dewasa cukup kaget dengan rasanya apalagi Erdi yang masih bocah imut. Sisa obat tadi terpaksa diminumkan. Dengan bujuk rayu tidak berhasil. Maka sedikit paksaan diberlakukan. Suami memangku dan memeluk plus memencet hidung Erdi, saya menuangkan sisa obat ke dalam mulut Erdi.

Setelah itu buru-buru disodorkan air putih. Rupanya Erdi semula menduga obatnya rasa leci atau strawberry seperti biasanya. Ternyata kali ini rasanya sama sekali berbeda. Bagus juga ya obat kayak gini. Tidak harus berasa enak dan cocok di lidah anak. Karena obat bukan makanan bukan cemilan, selalu ada efek sampingnya. Oia, dosis paracetamol itu 10-15 mg per berat badan yaa... Saya lebih suka pakai dosis terendah yaitu 10 mg per berat badan, jadi berat Erdi yang sekitar 12 kg itu bisa diatasi dengan 5 ml paracetamol (10 mg x 12 kg= 120 mg/kg,, kandungan yang tertera di botol adalah 5 ml mengandung 120 mg). Gampang kan cara menghitungnya?!

Selama menulis blog ini, saya nyambi dengan membuatkan Erdi semangkuk tomat (lagi). Menyuapi, lumayan habis banyak juga. Kemudian si bocah pesan makan dengan nasi dan telur mata sapi yang akhirnya dihidangkan ayahnya karena saya tidak bisa keluar dari kamar. Erdi minta dipijati di bagian tangan dan kaki. Sesekali mengeluh sakit di bagian perut. Pijat-pijat sambil nyuapi nasi+telor mata sapi sambil menulis... Pesannya heboh tapi makan hanya sekitar 3-4 sendok kecil. Bersyukur lah banyak jenis yang masuk meski makanan beratnya hanya sekelumit. Semoga ini memang hanya seringan komentar suami dan esok si bocah sudah kembali sehat

Semua Rasa ada di Bulan Oktober (jilid 1)

Ulang tahun saya tahun ini sangat berkesan!

Buat saya, tidak ada yang istimewa dengan tanggal kelahiran. Dan saya pun tidak memasangnya di manapun, kecuali di KTP yang memang wajib. Di pagi saya ulang tahun, ada beberapa sanak kerabat dan sahabat yang mengucapkan selamat ulang tahun dan mendoakan yang bagus-bagus, baik via fb maupun ym dan sms. Duh, senang sekali rasanya ketika ada yang mengingat kita lengkap dengan hari lahir kita plus kesukaan kita. Celakanya suami lupa. Tak bisa marah dan biasa saja. Namun hari ulang tahun saya kali ini begitu istimewa karena suami sempat mengantarkan saya dan Erdi pulang ke mama dan papa. Melewatkan pergantian jumlah umur bersama orang-orang terkasih merupakan sesuatu yang sangat berharga dan tak bisa tergantikan oleh apapun. Keesokan hari, suami tersadar ketika melihat tanggalan yang tertera di buku tabungan. Hari itu memang saya meminta tolong untuk menyetorkan sejumlah uang ke bank.

Raut muka suami itu lucu! Kenapa saat itu tidak saya dokumentasikan ya??! Yang jelas sih karena beliaunya langsung memeluk saya erat. Erat sekali. Kemudian menanyakan saya mau hadiah apa. Menjadi kebiasaan buat kami semua kalau tidak ada acara tebak-tebakan. Hadiah ulang tahun boleh dipilih sendiri. Kemudian membelinya bersama-sama. Menikmatinya pun kadang sama-sama. Dua tahun sebelumnya saya memilih barang-barang winnie the pooh. Tapi kali ini saya tidak ingin egois. Pilihan saya jatuh ke tanaman drosera. Hadiah ini akan menjadi pembelajaran buat kami semua. Memelihara sebuah makhluk hidup itu tidak mudah. Ada tanggung jawab dibaliknya. Menanamkan cintah kasih dan mengenalkan Allah yang Esa sebagai satu-satunya pencipta kepada Erdi bisa dilakukan melalui pilihan hadiah ulang tahun saya kali ini.

Transaksi segera dilakukan tetapi nyatanya barang terlambat saya terima. Tidak mengapa asal selamat. Kondisi drosera itu sedikit mengenaskan. Layu dan tangkai bunganya patah. Komplain ke penjual dilayangkan. Dan saran darinya adalah memotong tangkai bunga yang patah. Karena ternyata untuk berbunga malah membuat ukuran drosera mengecil. Saat ini drosera yang semula saya letakkan di gelas sudah dipindahkan ke cawan plastik ukuran mini yang bagian bawahnya dilubangi kemudian cawan plastik tersebut diletakkan di atas piring plastik air yang berisi air matang. Lumayan segar kondisinya sekarang. Sudah mau mengkonsumsi beberapa semut yang sengaja saya masukkan ke dalam cawan plastik (harus dibantu karena masih dalam masa pemulihan). Untuk sementara drosera tidak bisa dipanaskan di bawah terik matahari sampai 4-5 hari mendatang. Semoga sehat-sehat selalau yaaa makhluk mungil nan imut ini...

Di bulan oktober pula, bapak dan ibuk resmi mengudara ke Arab. Menunaikan ibadah haji. Sedikit sedih dan berat rasanya *ngelap air mata*. Sehari sebelum keberangkatan ibuk-bapak, suami terserang sakit perut akut. Mungkin kolik. Sempat muntah. Parahnya, logistik di rumah pas habis. Agenda belanja mingguan menjadi batal. Menghubungi beberapa warung yang menjanjikan pesan antar pun tak bisa diproses karena jauhnya lokasi tempat tinggal kami. Merana dan sengasara,,, malam itu terpaksa pergi bersama suami dan anak untuk mencari makan malam dan sarapan di pinggir jalan. Subuh menjelang, kondisi suami masih 50%. Dikuatkan badan untuk mengantar bapak-ibuk ke KBIH tempat seluruh jamaah haji berkumpul. Haru... Air mata dan segala cerita sakitnya suami terpaksa ditutupi. Cengengesan sepanjang waktu menunggu detik-detik keberangkatan bis menuju asrama haji sukolilo Surabaya. Tidak tega menangis di hadapan ibuk karena tidak ingin ibuk berangkat dengan berat hati dan mata bengkak karena air mata.

Well, di sinilah saya sekarang yang akan sangat sibuk untuk 1-2 bulan mendatang (semoga masih bisa tetep online). Perasaan campur aduk. Tidak jelas mana yang lebih dominan. Siang ini sangat bahagia ketika menerima paket dari seorang sahabat. Paket kejutan berupa winnie the pooh. Saking bahagianya sampai menitikkan air mata *ngelap air mata lagi*. Tetapi menjadi lebih berderai lagi air mata di pipi ketika anak terbangun dengan tangisan dan suhu badan yang ekstrem panasnya. Mencari paracetamol tapi sedang kosong. Termometer digital juga rusak. Hanya bisa menunggu suami pulang dengan titipan berupa obat+oralit+termometer. Harapan awal, suami bisa pulang lebih cepat tapi dering sms saya mengatakan kalau suami pulang lambat karena ada rapat....

BERSAMBUNG

Selasa, 09 Oktober 2012

Leon Haines Band

Cilaka 13!

Isya tadi minum secangkir kopi. Dan sekarang hampir jam 12 teng. Beberapa menit menjelang tengah malam. Dan mata saya masih 100 W. Jadilah sebuah catatan tumbuh kembangnya Erdi di blog sebelah. Lengkap dengan editing+posting foto dan video. Karena tidak bisa tidur saya membongkar hard disk. Eh nemu lagunya Leon Haines Band yang berjudul For You to Remember (FYtR).

Asal muasal saya menemukan lagu FYtR ini juga agak lucu sih. Sekitar dua minggu atau tiga minggu yang lalu, saya menengok status YM semua teman yang sedang online. Kebetulan status temannya tante ya FYtR itu.. Pertama kali sih mikir "ah sih tante A sedang galau kali yaa". Tiba-tiba alam bawah sadar saya terpanggil. Di otak mulai mengalun sebuah lirik dan nada yang diulang-ulang.. "just for you to remember". Kepo sana-sini, dan dapatlah di youtube. Langsung di download lah tuh lagu. Suami yang semula duduk manis di sebelah saya mengerjakan beberapa perkerjaan di komputernya langsung terkaget-kaget. Betapa jadulnya lagu yang saya putar plus saya bisa mengikuti liriknya. Hihihihi... ekspresi suami itu antara takjub, heran, terpana, setengah gak percaya.

Nah, karena malam ini saya gak bisa tidur. Efek kopi yang luar biasa ditambah ada rasa gimana gitu yang bergelanyut karena beberapa hari lagi ibuk akan berangkat haji. Nge-blog punya Erdi udah kelar. Daripada bingung.... Mulai dah... Kebiasaan kepo berlanjut. Udah baca berita ini-itu (dan gak ada yang bikin sumringah). Mulailah mencari informasi Leon Haines Band sebenar-benarnya. Biasanya wikipedia itu top markotop untuk mencari pengetahuan populer. Dan saya harus kecewa karena tidak ditemukan di wikipedia. Beruntung saya hobi blogwalking. Sedikit informasi tentang Leon Haines Band membuat saya tersenyum. Semua blog itu ngomongin betapa indahnya masa-masa SMA yang berkaitan dengan Leon Band Haines. Kurang lebih masa pacaran lah. Nostalgia judulnya.

Sayangnya band ini hanya bertahan satu tahun, hanya sempat menelurkan satu buah album. Dari beberapa judul lagu, saya hanya bisa menemukan 4 judul saja:
1. FYtR
2. Another Clown
3. I Wanna See You Now
4. If Tomorrow Comes
Sekali saya mendengarnya, saya langsung bernyanyi. Oh hebatnya otak kita ya?! Menyimpan semua memori (dan moga-moga tidak hilang begitu saja). Cuma... yakin deh jaman dulu Bahasa Inggris saya berantakan! Duh perasaan ini semakin gak karuan saja, sedikit demi sedikit kenangan jaman lawas (prasekolah-SD) terputar kembali. Gara-gara 4 lagu Leon Haines Band ini saya jadi berkaca-kaca. Teringat jaman dulu saya menjadi cucu dan anak dan keponakan satu-satunya. Begitu dimanjakan.

Yang paling melekat adalah gambaran saya ketawa dengan posisi duduk selonjoran. Kelihatan banget gigi ompong. Hanya pakai kaos singlet plus celana super duper pendek alias celana dalam, bertopi kopyah (freak!!!). Merangkul boneka kermit di sisi kanan dan boneka babi di sisi lainnya. Ada pula boneka perempuan berkepang dua dan berponi. Semua boneka berukuran jumbo (bila dibandingkan badan saya yang mungil). Mungkin juga saat itu sambil mendengarkan salah satu lagunya Leon Haines Band. Serunya masa balita. Dibawa ke sana-ke mari. Diasuh dari satu orang ke orang lain. Sampai akhirnya lahir adik dan sepupu-sepupu yang lain.


Meski hampir seperempat abad berlalu, lagu-lagu Leon Haines Band masih menjadi kesukaan. Masih membuat badan saya bergoyang-goyang tak mau berhenti. Empat judul di atas bisa ditemukan di youtube. Rupanya masih banyak juga fansnya kok.. Dan semoga masih ada yang berbaik hati membagi lagu-lagu Leon Haines Band yang lain di youtube atau di 4shared atau di mana pun deh.
Ini ceritaku, Bagaimana ceritamu?


Gambar diambil dari http://aorwcmoderngospel.blogspot.com/2011/10/leon-haines-band-i-wanna-see-you-know.html

Selasa, 02 Oktober 2012

Di Luar Jam Kerja

Akhir-akhir ini suami ada jadwal ngajar di luar jam kerja. Itu artinya harus aktif menyiapkan sendiri ruang (pinjam kunci), juga memastikan sarana pengajaran siap. Ternyata gak enak juga ya harus ngajar di luar jam kerja itu! Karena TU sudah tutup. Kalau sudah begini yang kasihan sebenarnya banyak. Ya mahasiswa, ya dosen, ya istri dosen, ya anak dosen. Saya tidak pernah membayangkan bagaimana rasanya kuliah di sore hari atau bahkan sesudah maghrib (kayak anak ekstensi aja, super duper capek mestinya). Ngajar di luar jam kerja akan sering dilakukan hingga semester ini berakhir. Atau bahkan semester besok-besok pun akan demikian mengingat jumlah mahasiswa melebihi kapasitas ruang dan dosen.

Kalau saya dan E-boy ikut, itu artinya kami punya acara lain yang tidak bisa diabaikan. Biasanya sih belanja mingguan atau mengunjungi mama-papa. Menunggu suami ngajar yang sekitar 2-3 jam terasa tidak menjemukan dengan adanya E-boy. Karena hari sudah sangat sore, area parkir sangat sepi. E-boy bebas berlari ke sana ke sini. Bernyanyi. Terkadang bermain di dalam jeep dengan aneka mainnya. Bermainnya bisa dengan mainan yang khusus dibawa atau bermain angry bird/cut the rope di hape saya. Begini penampakannya:

serius bermain cut the rope

Yang membuat saya takjub: E-boy menyanyi dalam Bahasa Jepang. Wooooooaaaaa..... saya yang emaknya aja tidak bisa. Saya perhatikan betul lagunya. Setiap kata yang terucap begitu jelas. Kurang lebih syairnya:
panda papanda kopanda
panda papanda kopanda
panda papanda kopanda
panda papanda kopanda 
 
mama mama chicchai chicchai mama
papa papa ooki ooki papa
Saya tahu pasti ini adalah lagunya film Panda Kopanda bikinan Studio Ghibli. Lucu, imut, anak-anak banget ceritanya. Meski film jadul (1972), masih enak kok buat diikuti. Mungkin E-boy menyanyikannya karena menggambarkan kedua orang tuanya Smiley





lagu pembuka Panda Kopanda yang dinyanyikan E-boy

Seringnya suami lembur, kadang berangkat dari pagi dan baru pulang menjelang maghrib,,, suami sering teler nih. Harusnya saya yang memijat. Eh ada penyabotase cilik. Tapi dalam hari bersyukur juga sih... Lumayan! Gak perlu menguras tenaga memijat-mijit suami. Toh ada E-boy yang melakukannya dengan senang hati.


mijit apa nyolek sih Nak?


pantes suami geli

Ramai dah kalau cowok senior dan cowok junior itu berkumpul. Berisik. Rumah jadi lebih hidup. Acara memijat bisa berubah jadi tangisan dan jeritan dan ketawa. Yang senior teriak-teriak "haduhh gelliii,,, jarinya kecil-kecil". Yang junior berseru "enak kan? Erdi pinter!".. Yang paling cantik cuma bisa ketawa sambil pegang perut sambil mengusap air mata yang keluar karena saking kocaknya. Ketika si senior meminta berhenti karena gak tahan gelinya maka jadilah si junior nangis kenceng masih pengen memijat.


Yaaaa... sekelumit betapa hebohnya, serunya, lucunya rumah kecil kami... Eh harusnya kalau sering lembur gini dapat uang eksra yak! Perlu disampaikan di mana nih? Rektorat? Dikti? Mari bermimpi sajalah....