Senin, 22 Oktober 2012

Sabtu Minggu Seru

Agenda 6 minggu ke depan sudah padat. Tidak bisa diubah sama sekali. Akhir pekan digunakan untuk melihat kondisi gubug di kebun teh. Hari sabtu pagi suami sudah memantapkan diri nyetir mobilnya ibuk. Mau tidak mau mobil ibuk harus dipakai kali ini untuk mengangkut beberapa lukisan yang ukurannya tidak bisa masuk ke jeep. Setelah memasukkan semua perbekalan termasuk bahan-bahan mentah siap masak, kami pun melaju. Perasaan cukup deg-deg an juga mengingat suami tidak pernah mengendarai mobil selain jeep nya sendiri. Saya rada tegang sepanjang jalan, apalagi di daerah kurva s. Tiba-tiba Erdi nyeletuk "enak yaa.. tinggi.. empuk". Kontan kami tertawa keras. Gemas luar biasa! Bocah belum genap tiga tahun tapi sudah bisa menilai mana yang lebih bagus dan mana yang lebih nyaman.

mau pakai mobil apapun, bocah ganteng ini wajib duduk di car seat-nya, lengkap dengan sabuk pengaman terpasang sempurna
Sesampainya di gubug, bongkar muatan dan segera berputar melihat apakah semua dalam kondisi oke. Berkeliling ke seantero area cukup membuat keringat meleleh. Suhu udara sangat panas, sekitar 32 derajat celcius (DC). Cukup mencegangkan juga untuk daerah pegunungan. Beruntung angin cukup kencang berhembus sehingga bisa mengurangi rasa panas yang sedikit menusuk tersebut. Dan jantung saya seakan jatuh ke pusat bumi ketika menyadari kandang ayam hutan/ayam bekisar kosong. Sesaat saya berfikir positif, mungkin ayamnya dibawa Pak Samsi, seseorang yang ditugaskan merawat kebun. Suami cek kondisi kandang. Lemas!!! Tak seberapa jauh dari kandang, banyak bulu bertebaran. Kondsi kandang sedikit rusak. Mungkin ayam dimakan anjing liar atau ular. Hanya bisa mengikhlaskan kalau seperti ini ceritanya.

kondisi kandang ayam, kira-kira dimakan ular atau anjing liar ya??
Di kebun teh itu selalu banyak yang dikerjakan. Tak terasa hari sudah sore. Tidak ada internet, siaran televisi juga gak bersih (masang antennya gak bener). Akhirnya saya memutuskan untuk belajar nyetir mobil. Lumayan mudah sebetulnya. Saat itu saya hanya belajar menghafal mana kopling, mana gas, mana rem. Juga menghafal gigi 1-5. Erdi sedikit bingung. Kelihatan ekspresi wajah aneh. Biasanya yang dibalik kemudi hanyalah nenek-kakek dan ayah. Bunda dibalik kemudi adalah sesuatu yang salah menurut Erdi. Begitu saya belajar menjalankan mobil, otomatis acak adut. Mobil melaju tidak mulus. Badan yang duduk manis bisa terpental-pental maju mundur menghantam jok mobil. Erdi mulai panik: "nti jatuh loh.. nti jatuh loh". Saya sudah bertekad penuh. Saya abaikan saja keluhan Erdi itu. Meski sebenarnya keder juga sih dengan selorohannya itu. Sampai saya memperhatikan celana Erdi yang membentuk sebuah pulau. Yaaaa...... Erdi mengompol saudara-saudari!

katak keemasan yang ditemukan di jendela angin-angin kamar mandi
Terpaksa berhenti belajar. Kami semua masuk gubug. Dan rasa lelah itu berubah menjadi jeritan histeris. Kenapa??? Seekor katak bertengger manis di kamar mandi seperti foto di atas. Sekilas warnanya keemasan. Insting takut segera keluar. Biasanya hewan berwarna terang itu beracun. Suami juga skeptis. Tidak ada yang bisa memberi tahu satwa ini berbahaya atau tidak. Pun internet tidak tersedia. Hanya bisa mendiamkan saja. Berharap katak itu segera pergi. Semakin sore lah kok katak keemasan itu bertambah. Tiga jumlahnya. Segera suami heboh. Berusaha mengusir. Karena ada anak. Tidak ingin sesuatu terjadi pada Erdi. Jauh dari RSSA loh ini (konon hanya RSSA yang menyediakan antidot hewan-hewan beracun). Daaaaaaaaaaaaan.... seekor katak berhasil dibuang keluar gubug setelah sempat melompat ke lengan suami. Itu adalah masa-masa terlengang. Jangan-jangan..... Jangang-jangan..... Semenit dua menit menunggu reaksi racun.
kataknya terduplikasi
Eh ternyata ini katak tidak beracun. Lengan suami aman, tidak ada perubahan apapun. Tidak memerah. Tidak muncul ruam, bruntusan, atau apapun tanda tidak bagus lainnya. Katak itu balik lagi. Balik lagi ke kamar mandi. Berkali-kali mengusir katak hingga akhirnya kami pasrah. Malam itu kami praktis bermalam bersama katak keemasan. Para lelaki tertidur sangat pulas meninggalkan saya yang agak paranoid. Takut ular. Takut disatroni makhluk gaib.. Bayangkan saja, tidak jauh dari gubug adalah kuburan. Yang pernah ke kebun teh tentu pernah melihat sepanjang jalan yang ditumbuhi tanaman bambu cukup rapat. Itulah pembatas antara jalan raya dengan area kuburan. Serem bukan? Akhirnya saya terpejam juga. Entah jam berapa saya baru bisa tidur. Rupanya bukan saya saja yang paranoid. Tengah malam suami bangun. Katanya sih karena suara yang mencurigakan. Takut katak atau tikus atau ular bergentayangan di gubug.

sedang bulan sabit... lama-lama di teras bikin begidik juga... teringat kuburan di sebelah selatan saya
Fiuuuhh... malam yang panjang....
Di minggu pagi bangun dengan kondisi yang bugar kok, mungkin karena pasokan oksigen yang lebih berkualitas. Segar sekali. Suhu menunjukkan angka 22 DC. Tidak terlalu dingin bila dibandingkan 2,5 tahun yang lalu. Pagi-pagi segera masak dan kembali melanjutkan belajar nyetir. Kali ini Erdi tidak lagi takut. Bahkan kentara sekali kalau dianya ingin ikut belajar nyetir. Lihat aksi Erdi berikut:

pose Erdi bikin gemas!!!
Latihan di minggu pagi cukup lancar. Saya sukses memajukan dan memundurkan mobil. Tidak sulit ternyata. Hanya perlu mengumpulkan niat dan keberanian. Lumayan mulus. Erdi tidak lagi protes, juga tidak mengompol. Suara musik Yani dari kebun teh sangat menenangkan. Romantis banget. Makanya saya belajar nyetir dengan penuh rasa damai.

Kembali ke gubug dengan langkah ringan. Dan kembali saya histeris jerit-jerit. Katak-katak sialan ini telah bertelur di kamar mandi. Meninggalkan busa telor-telor yang ajib. Sebal saya dibuatnya. Busa telor bakal katak ini super duper lengket. Sulit dibersihkan. Ditangkap pun posisi katak-katak ini tetep kawin. Dibuang-dilempar tetep gak berubah posisinya. Bahkan kembali ke teras dengan posisi kawin juga. Alamaaaaak..... Ini nih yang disebut cinta memang buta. Mau kondisi apapun tetep aja kawin Smiley

bisa jadi puluhan katak.. jijik ya??!

udah ditangkap-dilempar-dibuang tapi posisinya tak berubah
Pendek kata, sepanjang hari minggu itu kami semua disibukkan dengan katak. Di sela-sela berburu katak, saya menemukan begitu banyak hal unik. Sayangnya ilmu fotografi saya masih cetek. Setiap kali jepret selalu tak memuaskan! Ujung-ujungnya meminta bantuan suami untuk mengabadikannya. Hasil bidikan suami:


laba-laba yang tengah memangsa belalang

sisa buntelan ratusan telor laba-laba beserta bayi laba-laba
Sesampainya di rumah saya segera mencari tahu identitas si katak keemasan. Ternyata nama ilmiahnya adalah Polypedates leucomystax. Memang katak ini suka sekali dengan air jernih dan bersih. Pantas saja berkali-kali dikeluarkan dari kamar mandi kok tetap saja kembali. Meski jalan masuk katak ini ke kamar mandi masih menjadi misteri. Terima kasih sudah mampir di sini yaaa... Nantikan petualangan kami berikutnya!

Lanjutan kisahnya ada di Golden Weekend (Long Vacation).

0 comments: