Jumat, 08 Juni 2012

Bayinya Piyo Piyo TongTong

Cerita penemuan kalajengking pernah saya tulis di Piyo Piyo TongTong.  Dulu kami mengira kalajengking ini masih kecil dan bisa berkembang dengan tubuh yang berukuran lebih besar. Panjang Piyo Piyo sedikit lebih besar bila dibandingkan dengan diameter tutup botol minuman ringan. Hingga kini pun ukurannya tetap. Setelah kami temukan dan kami putuskan untuk memeliharanya, Piyo Piyo pernah kelihatan sangat gendut. Bagaimana tidak?? Dalam sehari dia bisa menghabiskan 6 ulat hongkong. Sangat lahap lah untuk ukuran binatang sekecil itu.

rumah baru Piyo Piyo

gendut sekali ya?!


Ketika suami melakukan perjalanan keliling Jateng-Jabar, praktis semua hewan hanya saya yang mengurus. Termasuk si Piyo Piyo. Saya dibuatnya frustasi. Setiap ulat hongkong yang saya berikan, tidak disentuhnya. Bahkan saya menyuapi Piyo Piyo, pun tidak dimakan yang namanya ulat hongkong itu. Sebal, jengkel, kuatir jadi satu. Hanya tetesan-tetesan air saja yang rutin saya berikan selama satu minggu kepergian suami ke luar kota. Dua hari setelah suami pulang (dan dia mau makan setelah suami memberi seekor ulat hongkong), Piyo Piyo kelihatan seperti kalajengking sekarat. Di bagian tepi tubuhnya kiri dan kanan terdapat serabut-serabut berwarna putih susu. Suami yang pertama kali tahu langsung komplain ke saya. Justru saya langsung lonjak-lonjak ngeri. Antara merasa bersalah dan jijik. Takut aja hewan satu ini sudah mati dan mungkin keluar belatungnya, mengingat selama satu minggu tak mau makan. Mana suami komplain-nya kek nuduh saya gak kasih makan. Sekarang kalau saya ingat itu menjadi dongkol. Piyo Piyo mau makan hanya jika dari tangan suami.. huuuuu.. manja bener nih hewan betina!

Perlahan-lahan suami akhirnya menyadari kalau Piyo Piyo sudah punya anak. Hitungan sekilas sih 9 ekor. Esoknya, ketika ukuran belatung itu sudah sedikit mengalami perubahan, jumlahnya menjadi sekitar 11 ekor. Dan di detik ini, kami mengetahui jenis kalajengking apa yang telah kami pelihara. Yaitu dari golongan Euscorpius, mungkin Euscorpius flavicaudis, bila dicocokkan dengan ukuran dan warna tubuh Piyo Piyo. Masa gestasi (bahasa gaulnya: bunting) antara 10-14 bulan dengan jumlah anak maksimal 30 ekor. Jadiiii,,, ketika saya temukan,,, mestinya si Piyo Piyo sedang bunting. Tuhan melakukan banyak cara unik untuk melindungi makhluknya yang akan beranak-pinak. Digerakkan-Nya hati saya untuk mau memberi tempat tinggal dan makanan.

Jangan harap menemukan scorpling (anak kalajengking) seperti di sini dan sini. Itu gambar cakep bener. Jauh dari kata mengerikan. Di beberapa forum malah ada gambar induk kalajengking yang menggendong anak-anaknya. Piyo Piyo ini tidak! Sejak awal saya curiga, sepanjang perutnya bagian bawah memutih. Seminggu kemudian muncul serabut halus berwarna putih susu di bagian punggung dan di antara kaki-kakinya. Semakin hari serabut tersebut semakin membulat dan bertambah panjang. Kami tidak berani terlalu sering melihat, jadi di fase-fase ini tidak ada dokumentasinya. Takut sifat kanibalisme Piyo Piyo muncul. Kami tambahkan kertas yang agak besar sebagai naungan tempat bersembunyi. Jujur saya masih agak ngeri untuk melihat apa yang tersembunyi di balik kertas. Tapi demi janji kepada seorang teman, saya kumpulkan keberanian dalam diri. Dan ini foto bayinya Piyo Piyo yang ternyata berjumlah 14 ekor.

Piyo Piyo kembali langsing tapi sedikit agresif

bayi Piyo Piyo yang sudah lucu, tidak mengerikan lagi
Punya peliharaan yang sedikit ekstrim ini memang menuntut kita untuk banyak membaca forum. Mengetahui dengan pasti bagaimana handling-nya, resikonya, dan juga karakternya. Kita takut justru karena kita tidak banyak tahu. Akhirnya saya tahu sendiri bagaimana karakter kalajengking sesungguhnya. Dia tergolong hewan yang pemalu sebenarnya. Lebih suka bernaung, bersembunyi dan bukan jenis binatang yang akan menyerang kita. Memang ada yang berbahaya karena sengatannya mematikan. Dan ada banyak juga yang seperti Piyo Piyo, dalam artian racunnya tidak berbahaya. Sengatannya seperti digigit nyamuk (deskripsi di wikipedia). Tetapi alam menyajikan banyak ciri unik untuk menyatakan seekor binatang itu berbahaya atau tidak. Secara umum bila hewan itu berwarna mencolok pastilah beracun (contohnya katak dan ular). Bentuk kepala juga menandai hewan itu beracun mematikan atau tidak (contohnya ular yang kepalanya berbentuk segitiga - sebut saja ular derik). Dan, untuk kalajengking, dia bisa diketahui mematikan tidaknya dari perbandingan stinger (ujung ekor) dan capitnya. Bila stinger lebih kecil dari capitnya (seperti Piyo Piyo) bisa dipastikan kalajengking itu memiliki racun yang lemah, tidak berbahaya sama sekali. Bila sebaliknya, stinger lebih besar dari capit maka kalajengking tersebut sangat berbahaya dan sebaiknya tidak dipelihara. Masih takut memelihara kalajengking?? Semoga tidak ya...

Satu lagi yang perlu diluruskan. Kalajengking ini menyukai lingkungan yang lembab. Untuk beranak pinak membutuhkan kelembaban yang pas. Terlalu kering bisa mati, terlalu lembab juga tidak akan berhasil beranak pinak. Repot kan? Dan ajaibnya si Piyo Piyo ini berhasil punya anak yang jumlahnya cukup banyak..

0 comments: