Kamis, 15 November 2012

Cerita Ulang Tahun E-boy ke-3

Akhirnya hari ini saya bisa duduk tenang bermodalkan komputer yang powered by micro SD lengkap dengan hape android murah meriah yang kualitas kameranya jauh di bawah standar (alias gak mutu). Namanya saja murah meriah jadi disyukuri saja lah... Kamera saku memang ada tapi tidak bisa dihubungkan dengan komputer saya ini yang sedang tidak berotak (HD bad sector). Setiap kali disambungkan selalu komputernya nge-hang...

Hari selasa yang lalu, 13 November, adalah hari ulang tahun E-boy yang ketiga. Sebelumnya saya merencanakan mengajak E-boy ke Museum Brawijaya. Kalau melihat agenda kerja suami sih oke, sedang kosong tidak ada agenda mengajar atau menguji, bisa diwujudkan rencana saya semula. Tapi apa yang terjadi di hari selasa pagi itu adalah kami harus menuju kebun teh. Mengecek pekerjaan tukang, mengambil kunci, sekaligus mengambil hebel (bata ringan). Sepanjang perjalanan, kami agak merayap karena ada satu truck dan dua bus yang menuju kebun teh. Salah satu gambar bus itu ada dua ekor sapi di padang rumput. Kontan E-boy berkata "bunda, Erdi boleh naik sapi?".

Hmmmm.... iya, pasti kata iya yang keluar dari mulut saya. Tetapi otak saya berfikir bagaimana caranya mewujudkan keinginan si anak yang berulang tahun. Sesampainya di kebun teh, saya biarkan E-boy bermain sepuasnya. Berlari ke sana ke mari. Tentu berbagai serangga dan putri malu tidak luput dari perhatiannya.
mengamati pergerakan putri malu ketika disentuh

Ketika arah pandang E-boy beralih ke area lain, segera saya dengar rengekan sedikit memaksa. Sekali lagi E-boy meminta hal yang sedikit mustahil. E-boy sangat ingin memetik dan memakan buah naga merah. Bagaimana tidak mustahil... Tanaman buah naga merah masih berbunga, belum ada buahnya.

Dengan sedikit pengertian dan membeberkan rencana hari itu, E-boy pada akhirnya melunak dan mau diajak kerja sama. Setelah menyelesaikan  beberapa hal di rumah dan menyelesaikan perbekalan sederhana, kami masih harus melanjutkan perjalanan ke Wagir. Siang yang sangat panas. Tapi emosi tidak boleh ikut memanas meski badan super kelelahan. Di Wagir ini, kebetulan ada tanaman markisa. Bunganya sangat cantik (lain kali saya sertakan fotonya). E-boy juga mengamati dengan penuh rasa takjub. Rengekan berikutnya mulai terdengar. E-boy ingin memakan buah markisa. Tentu sekali lagi adalah hal yang mustahil karena buahnya masih sangat muda. Belum matang.

E-boy dan buah markisa yang masih sangat muda
Buah markisa ini bukan kami yang memetik. Saya sebenarnya tidak membolehkan E-boy memetik buah yang masih sangat muda. Karena merupakan sesuatu yang sia-sia. Tetapi Mbah Yan, yang memang seorang kakek-kakek berumur 80 tahun tanpa ba-bi-bu memetik salah satu buah markisa muda dan memberikannya sebagai mainan E-boy. 

Dehidrasi rasanya karena teriknya mentari. Sampai di rumah kembali sudah sore. Hampir maghrib. Setelah beristirahat sebentar, kurang lebih 15 menit. Saya dan suami menyiapkan perayaan ulang tahun E-boy yang sangat sederhana. Beruntung saya masih menyimpan beberapa lilin ajaib yang tidak bisa dipadamkan apinya (setelah ditiup maka api lilin akan kembali menyala). Sedih hati saya karena hari itu saya tidak bisa mengajak E-boy melihat tank dan kereta api di Museum Brawijaya. Juga tidak sempat memasakkan sesuatu, entah itu nasi kuning atau kue ultah.

Kalau sedang kepepet gini, ide selalu ada. Saya ingat, buah markisa kesayangan E-boy ini bisa dijadikan birthday fruit. Segera saya rakit semuanya. Saya nyalakan lilin. Bernyanyi lagu ulang tahun dalam Bahasa Inggris. Dan kemudian terharu luar biasaaaaaaa....... Berikut fotonya, sayang kualitasnya tidak bagus, maklum diambil dengan hape android murah meriah:
prosesi tiup lilin

birthday fruit with magic candle
Karena api lilin tidak bisa padam, selalu nyala lagi, suara E-boy sampai habis. Kami mensyaratkan E-boy bernyanyi lagu ulang tahun dulu sebelum meniup lilin. Lucu sekali dari lagunya yang bernada sempurna hingga nada gemas, dari suara lantang hingga suara lirih. Sekali lagi kami tidak sempat menyiapkan kado khusus. Tetapi siang sebelumnya saya menyempatkan diri meraih beberapa buku di mini market. Ternyata itu bukan buku melainkan kertas-kertas untuk melatih kemampuan motoris anak. Yaitu kertas-kertas yang harus digunting dan dilem kemudian dirakit menjadi sebuah bentukan tiga dimensi.

Di sampulnya sih tertulis 3+, tetapi ketika saya lihat dan saya amati, tingkat kerumitannya sangat tinggi. Bahkan saya pun agak linglung dibuatnya. Tanggal 14 pagi, sebelum suami berangkat ke negeri antah berantah, kami membantu E-boy merakit Bumi & Antariksa. Begini penampakannya:
tampak depan
dipotret dari atas
Yang satunya belum dirakit:
paling sulit dan membutuhkan ketelatenan lebih
Sekian cerita hari ini... Semoga masih ada kesempatan lagi untuk bisa duduk manis di depan komputer di antara jadwalnya padat berkeliling ke sana dan ke sini..

Sampai jumpa ^_^

[cerita versi E-boy ada di Hari Ulang Tahun bersama Ayah dan Bunda]

0 comments: