Hari selasa yang lalu, 13 November, adalah hari ulang tahun E-boy yang ketiga. Sebelumnya saya merencanakan mengajak E-boy ke Museum Brawijaya. Kalau melihat agenda kerja suami sih oke, sedang kosong tidak ada agenda mengajar atau menguji, bisa diwujudkan rencana saya semula. Tapi apa yang terjadi di hari selasa pagi itu adalah kami harus menuju kebun teh. Mengecek pekerjaan tukang, mengambil kunci, sekaligus mengambil hebel (bata ringan). Sepanjang perjalanan, kami agak merayap karena ada satu truck dan dua bus yang menuju kebun teh. Salah satu gambar bus itu ada dua ekor sapi di padang rumput. Kontan E-boy berkata "bunda, Erdi boleh naik sapi?".
Hmmmm.... iya, pasti kata iya yang keluar dari mulut saya. Tetapi otak saya berfikir bagaimana caranya mewujudkan keinginan si anak yang berulang tahun. Sesampainya di kebun teh, saya biarkan E-boy bermain sepuasnya. Berlari ke sana ke mari. Tentu berbagai serangga dan putri malu tidak luput dari perhatiannya.
mengamati pergerakan putri malu ketika disentuh |
Dengan sedikit pengertian dan membeberkan rencana hari itu, E-boy pada akhirnya melunak dan mau diajak kerja sama. Setelah menyelesaikan beberapa hal di rumah dan menyelesaikan perbekalan sederhana, kami masih harus melanjutkan perjalanan ke Wagir. Siang yang sangat panas. Tapi emosi tidak boleh ikut memanas meski badan super kelelahan. Di Wagir ini, kebetulan ada tanaman markisa. Bunganya sangat cantik (lain kali saya sertakan fotonya). E-boy juga mengamati dengan penuh rasa takjub. Rengekan berikutnya mulai terdengar. E-boy ingin memakan buah markisa. Tentu sekali lagi adalah hal yang mustahil karena buahnya masih sangat muda. Belum matang.
E-boy dan buah markisa yang masih sangat muda |
Dehidrasi rasanya karena teriknya mentari. Sampai di rumah kembali sudah sore. Hampir maghrib. Setelah beristirahat sebentar, kurang lebih 15 menit. Saya dan suami menyiapkan perayaan ulang tahun E-boy yang sangat sederhana. Beruntung saya masih menyimpan beberapa lilin ajaib yang tidak bisa dipadamkan apinya (setelah ditiup maka api lilin akan kembali menyala). Sedih hati saya karena hari itu saya tidak bisa mengajak E-boy melihat tank dan kereta api di Museum Brawijaya. Juga tidak sempat memasakkan sesuatu, entah itu nasi kuning atau kue ultah.
Kalau sedang kepepet gini, ide selalu ada. Saya ingat, buah markisa kesayangan E-boy ini bisa dijadikan birthday fruit. Segera saya rakit semuanya. Saya nyalakan lilin. Bernyanyi lagu ulang tahun dalam Bahasa Inggris. Dan kemudian terharu luar biasaaaaaaa....... Berikut fotonya, sayang kualitasnya tidak bagus, maklum diambil dengan hape android murah meriah:
prosesi tiup lilin |
birthday fruit with magic candle |
Di sampulnya sih tertulis 3+, tetapi ketika saya lihat dan saya amati, tingkat kerumitannya sangat tinggi. Bahkan saya pun agak linglung dibuatnya. Tanggal 14 pagi, sebelum suami berangkat ke negeri antah berantah, kami membantu E-boy merakit Bumi & Antariksa. Begini penampakannya:
tampak depan |
dipotret dari atas |
paling sulit dan membutuhkan ketelatenan lebih |
Sampai jumpa ^_^
[cerita versi E-boy ada di Hari Ulang Tahun bersama Ayah dan Bunda]
0 comments:
Posting Komentar