Jumat, 23 Mei 2014

Menikah

Sekian lama absen dari dunia per-blog-an bukan berarti saya tenang. Terkadang rasa kangen nge-blog menyelinap sebentar dan pergi lagi. Tetapi entah mengapa sejak kemarin malam, kerinduan untuk kembali menulis itu hadir. Tak bisa ditahan. Bisa-bisa jadi jerawat kalau saya tak menyempatkan untuk menulis beberapa kata. Beberapa kalimat. Beberapa paragraf.

Punya bayi lagi, yang notabene kehadirannya adalah kejutan dari Allah, membuat fokus dan perhatian saya hanya untuk ia seorang. Di kala malam tiba, yang biasanya adalah saat favorit membuat tulisan, saya kerap kali tertidur kelelahan. Atau hanya diam saja melihat anak-anak saya tidur. Luar biasa sekali melihat interaksi anak-anak saya ini. Sampai detik ini belum ada kesulitan berarti.

mengamati anak-anak tidur jadi hobi baru di malam hari

Kembali ke rasa kangen untuk menulis. Kali ini saya ingin menceritakan sesuatu yang ringan tentang menikah. Bukan sesuatu yang serius sih. Hanya percakapan saya dengan anak sulung di suatu siang. Hanya saya dan si sulung saja. Si bungsu telah terlelap di peraduannya. Cukup terkejut juga ya ketika si sulung membahas pernikahan ini. Begini percakapan yang terjadi (S=saya, E=si sulung)
E: "Bunda, kalau nanti Erdi sudah besar. Besar se-ayah, Erdi mau menikah sama bunda"
S: (terdiam, bingung mau menjawab apa, mencoba menerka mau ke mana arah pembicaraan ini) "Loh... kenapa mau menikah sama bunda?"
E: "Iya, menikah sama bunda. Bunda yang cantik. Cantiiiiiiiik sekali"
S: "Nak, kalau mas Erdi sudah besar, bunda juga sudah tua. Bunda akan seperti nenek"
E: "Salah! Bunda salah! Bunda tetep cantik"
S: "Mas Erdi menikah aja sama yang seumur dengan mas Erdi. Jangan sama bunda. Bunda sudah tua nanti. Gak cantik lagi"
E: "Gak mau! Pokoknya mas Erdi mau menikah ama bunda!"
S: "Laaaaa... ayah nanti sama siapa?"
E: "Ayah menikah sama adik aja. Erdi menikah sama bunda!"

Sampai di sini saya putuskan untuk diam dan tidak melanjutkan pembicaraan. E-boy sudah mulai memeluk saya erat. Ketika suami pulang di sore hari, saya minta E-boy untuk menceritakan kembali. Tujuan saya sih bukan untuk meluruskan apa itu pernikahan. Dan bagaimana memilih pasangan yang baik. Tetapi untuk melatih kemampuan E-boy bercerita. Berkomunikasi.

Suami sih ketawa. Pakai ngakak. Dengan pesan "Mas Erdi cari aja yang seumuran. Yang sama-sama muda". Tentu saja, anak sulung saya tetap ngotot ingin menikahi istri ayahnya. Ajaib sekali perjalanan menjadi ibu ini. Ibu dari dua orang anak lelaki. Tak bisa diuntai dengan kata-kata bagaimana ajaibnya. Saya jadi bertanya-tanya keseruan apa yang menanti di depan nanti. Apa saya jadi super tomboy di masa depan nanti?

Sekian cerita ringan saya... Sampai jumpa di tulisan selanjutnya ya... Semoga saja bisa segera mengisi lagi blognya Erdi dan Ecio.

0 comments: