Kamis, 06 Februari 2014

Q&A Smart Parents for Healthy Children (Bab 1D)

Hari-hari belakangan sangat sibuk. Wira-wiri ke sana ke mari. Pekerjaan rumah pun tak ada habis-habisnya. Satu dibereskan, satu berantakan. Begitu terus seperti lingkaran gak ada ujung pangkalnya. Dan satu kebiasaan yang kembali muncul: minum kopi! Padahal saya ini tidak kuat minum kopi. Tanpa sadar hari ini menghabiskan dua cangkir kopi. Betul sih pekerjaan saya hari ini beres. Tapi apa yang terjadi? Saya tak bisa tidur. Bahasa kerennya sih kancilen... Sudah dipakai edit foto, berburu bento buat acara Ecio, bongkar-bongkar blog jaman dulu dan tetap belum ada rasa mengantuk... Baiklah mari melanjutkan merangkum buku satu ini... Mulai yaak...


4. DIARE
  • Diare dan muntah bukan penyakit melainkan gejala. Oleh karena itu hal pertama yang perlu dilakukan adalah memikirkan penyebabnya.
  • Diare dan muntah merupakan salah satu mekanisme tubuh untuk membersihkan saluran cerna dari mikroorganisme, racun, dan benda asing.
  • Diare muntah pada anak umumnya disebabkan oleh infeksi virus dan akan sembuh sendiri. 
  • Definisi diare itu BAB lebih dari enam kali per hari, cair, dan dalam jumlah banyak.
  • Prinsip utama penanganan diare adalah mencegah terjadinya dehidrasi.
  • Kebanyakan diare pada bayi karena infeksi virus misalnya rotavirus atau adenovirus. Tidak ada obatnya selain ASI dan oralit untuk mencegah dehidrasi (kekurangan cairan tubuh). Bila diare disertai darah, periksakan tinja, singkirkan kemungkinan amuba.
  • Anak yang sedang alergi terhadap protein susu sapi umumnya juga alergi terhadap protein kacang kedelai. Susu kedelai hanya untuk anak dengan kelainan bawaan lahir di mana tubuhnya tidak bisa mengolah laktosa (gula susu) karena kekurangan enzim laktase.
  • Diare pada bayi umumnya sembuh sendiri, umumnya disebabkan infeksi virus. Tidak perlu antibiotik (kecuali bila tinjanya ada darah). 
  • Jangan beri obat antidiare dan antimuntah. Diare dan muntah adalah mekanisme tubuh untuk membuang kuman, virus, dan racun yang masuk ke usus kita. Penggunaan adsorben seperti attapulgit, kaolin, dan pektat hanya mengubah tampilan feses, tidak menghentikan proses diare, jadi bisa menyamarkan gejala dehidrasi.
  • Berdasarkan lamanya gejala berlangsung, diare dibedakan menjadi:
  1. diare akut: bila berlangsung kurang dari dua minggu
  2. diare kronik: bila berlangsung lebih dari dua minggu
  • Secara garis besar, penyebab diare akut dibagi dua, yaitu infeksi dan bukan infeksi. Diare yang termasuk infeksi umumnya disebabkan oleh virus, dan ada pula yang penyebabnya bakteri, parasit, dan jamur. Diare bukan infeksi dapat disebabkan oleh malabsorpsi, dan alergi makanan, bahkan oleh obat (misalnya antibiotik). Namun umumnya diare akut pada anak disebabkan oleh virus. Apapun penyebabnya, umumnya tidak butuh obat kecuali oralit. Efek samping antibiotik yang tersering adalah diare. Makin sering anak mengonsumsi antibiotik, makin lama/sering anak diare.
  • Diare disertai lendir dan darah disebut disentri. Penyebabnya bisa amuba (parasit) atau bakteri. Disentri akibat amuba diterapi dengan metronidazol, tidak perlu antibiotik lain. Disentri akibat bakteri, diberi antibiotik yang sesuai kuman penyebabnya.
  • Cairan elektrolit tidak bisa menggantikan makanan, hanya menggantikan cairan dan elektrolit yang keluar melalui diare-mutah. Oleh karena itu, upayakan makanan tetap masuk meski hanya sedikit. Pada 24 jam pertama, boleh hanya minum cairan elektrolit, namun setelah 24 jam mulai berikan makanan (porsi kecil) sehingga terpenuhi kebutuhan nutrisi untuk perbaikan usus.
  • Diare memerlukan penanganan serius apabila disertai gejala berikut:
  1. dehidrasi berat
  2. anak sama seklai menolak minum atau muntah-muntah hebat
  3. diare disertai darah pada feses
  4. penurunan kesadaran
  5. kejang
  6. demam tinggi (hiperpireksia, suhu di atas 40,5 DC)
  7. muntah-muntah berwarna hijau
  8. perdarahan saluran cerna atau organ dalam lainnya
  9. nafas cepat dan dangkal
  10. diare berlangsung lebih dari dua minggu
  • Tanda-tanda dehidrasi: 
  1. Dehidrasi Ringan: (a) mata kering dan menangis tanpa air mata atau hanya sedikit air matanya (b) mulut dan bibir lebih kering (c) buang air kecil sedikit lebih jarang/popok basah tidak sesering biasanya
  2. Dehidrasi Sedang-Berat: (a) mata cekung (b) lemas (c) sangat kehausan (d) semakin jarang buang air kecil atau ganti popok/popok jarang basah (e) kulit kering
  3. Dehidrasi Berat: (a) pada bayi di bawah usia 6 bulan, ubun-ubun terlihat cekung (b) tidak mau minum (c) tidak buang air kecil lebih dari 8 jam (d) ketika kulit “dicubit” dengan dua jari, kulit sulit balik ke bentuk asal (e) sangat lemas atau kesadarannya menurun
  • Prinsip penanganan diare adalah: 
  1. atasi kekurangan cairan, dengan memberikan cairan sebanyak mungkin setiap kali anak BAB. Cairan yang dapat diberikan antara lain: larutan elektrolit (oralit), ASI, susu, atau air tajin. Pada diare, susu tidak perlu diencerkan atau diganti dengan yang rendah laktosa, kecuali bila terbukti diare disebabkan karena intoleransi laktosa
  2. untuk anak yang susah makan, tetap berikan makanan dalam jumlah yang lebih sedikit dari biasanya namun diberikan lebih sering
  3. obat antidiare tidak boleh diberikan. Akan memperpanjang sakit dan ada risiko efek samping
  4. antibiotik tidak diperlukan, kecuali bila terbukti penyebabnya adalah bakteri yang membutuhkan antibiotik
  5. cairan infus diberikan bila anak mengalami dehidrasi berat
  6. hindari pemberian makanan tertentu bila diare disebabkan oleh gangguan absorpsi makanan
  7. selalu menjaga kebersihan, berguna untuk mengatasi penyebaran penyakit
  • Segera bawa anak ke dokter bila: 
  1. diare disertai dengan darah
  2. diare banyak sekali, berwarna seperti air cucian beras
  3. anak mengalami dehidrasi berat
  4. anak sangat mengantuk 

[rangkumam lain bisa dilihat di label Buku QnA]

0 comments: