Kamis, 07 Agustus 2014

Pengalaman ber-Hair Chalk Ria

Mengalami hari-hari berambut tidak menyenangkan selama periode menyusui itu benar-benar boros kepercayaan diri ya? Sejak 2-3 bulan setelah melahirkan, rambut saya rontok parah. Untung tidak jadi botak. Kemudian 9-10 bulan setelah melahirkan, rambut-rambut mini tumbuh subur. Jabrik!! Bikin tampilan saya sedikit tidak terawat. Gak PD, takut bikin suami bosan bahkan eneg jadi momok. Tebal-tebalin rasa percaya diri dah.

Eh saudara sepupu kapan hari memamerkan foto rambut ombre-nya yang super keren. Status lajang itu selalu bikin iri. Bebas merdeka mau apa saja. Tanpa harus memikirkan suami dan anak-anak. Kembali ke rambut ombre, segera saya bertanya. Olalalaaaaa... saudara sepupu saya ini ternyata bikin sendiri. Memesan catnya dari negara tetangga. Hmmm... mupeng tingkat dewa. Tapi karena saya lagi trauma mendatangkan barang dari luar negri jadinya ditunda sajalah membeli cat ombre itu....

Emak-emak semacam saya ini pasti ada jenuhnya, ada betenya kalau pas ngaca. Curhat lah saya ke kanan kiri. Nah, perbincangan tentang rambut dengan neneknya anak-anak berujung pada order. Satu paket hair chalk isi 36 warna plus catok mini imut warna pink (saya bukan penyuka pink saudara-saudara). Tentu bongkar-bongkar yutup dulu dong sebelum order... hehe he.... Nekad saja lah, toh saya juga suka eksperimen. Suami gak bawel tuh kalau saya pas belanja online. Asal disogok ciuman dan pelukan huehuehue.... (yakin cuma itu aja sogokannya?!)

Selasa, jam 7 pagi
"Mbak Veraaaaaaaaa", suara cowok renyah dan lantang. Siapa yang mengira kalau itu suara kurir. Setia mengantar barang ke rumah kami kurang lebih setahun belakangan. Kurir ini kadang ajaib. Suka mengantar barang di luar jam kerja. Pernah mengantar paket di malam hari. Ternyata emang si kurir ini adalah tetangga belakang rumah sono yang biasa sholat jumat di masjid sebelah. Halaaaah... Tapi enak loh kalau kurir terhitung tetangga sendiri. Paket kita bakal sampai walau rumah sedang kosongan.

hair chalk dan catok mini pinky

patah-patah.. maklum gak dibungkus bubble wrap

Meski hari selasa ini ada jadwal segambreng, dan mumpung suami masih mandi+E-baby masih tidur maka saya pun langsung mencoba. Gampang kok (ini video contekannya). Yang perlu disiapkan terlebih dahulu adalah air dalam botol yang bisa disemprotkan, handuk/lap untuk membersihkan catok mini. Mari kita mulai (panaskan catok sebelumnya yak):
1. Ambil sejumput rambut
2. Pilin-pilin rambut tersebut
3. Semprot pilinan rambut hingga basah seluruhnya
4. Pilih hair chalk dengan warna sesuai mood
5. Warnai rambut searah saja dari atas ke bawah
6. Keringkan hasil pewarnaan dengan catok

Bagaimana hasilnya?? Sesuai dugaan awal. Warna dari hair chalk kurang terlihat di rambut saya yang hitam pekat. Saya mencoba banyak warna, dengan sistem ombre. Mudah sekali aplikasinya kok hanya saja kurang terlihat di rambut saya. Mungkin kalau rambut anda berwana pirang akan lebih tampak warna-warni indah dari hair chalk ini. Suami juga bikin hati melempem "lah kok kayak uban?". Deuuuh.... satu catatan, kalau pakai hair chalk, rambut akan kering. Dan merk ini gampang sekali luntur. Setelah diaplikasi di rambut, jangan disentuh-sentuh lagi. Pasti akan tertransfer ke tangan. Saat disisir pun, warna-warni nya jadi pindah ke sisir.

Kurang lebih setengah jam saya mencoba. Sebenarnya ingin saya pakai menjalankan aktivitas seharian. Karena suami bilang seperti uban, pas mandi sekalian aja keramas. Dan tersapu lah semua warna itu dari rambut saya. Saat saya bolak-balik kemasan hair chalk yang baru saja sampai. Kaget juga. Kok tidak ada pernyataan untuk digunakan di rambut?? Akhirnya saya bolehkan E-boy memakainya dan memilikinya. E-boy yang sepanjang saya eksperimen selalu melihat dengan takjub dan memilihkan warna jadi bahagia luar biasa.

for use on paper and card


Sampai rumah sudah sangat sore. E-boy segera ambil kertas dan bereksperimen dengan hair chalk. Ingin sih eksperimen lagi mengingat yang pagi sebelumnya tidak sempat potret memotret hasilnya... tetapi badan sudah sangat lelah. Pekerjaan lain memanggil-manggil dengan keras. Saya biarkan E-boy bereksperimen di ruang lain. E-boy cukup paham kalau harus merapikan segalanya setelah selesai memakai. Intip yuk hasil coretan E-boy yang dipamerkan ke bundanya:

entah E-boy menggambar apa

Rabu, jam 8.30 pagi
Saya sibuk dengan tumpukan cucian baju yang harus dipilah-pilih, mana yang harus diseterika dan mana yang cukup dilipat saja. Kertas hasil karya E-boy tertinggal di atas meja. Saya pikir tidak akan menimbulkan banyak masalah. Tak seberapa lama, E-baby sudah berdiri berpegangan di meja. Tampak asyik melihat kertas hasil karya kakaknya. Saya hilir mudik ke sana ke mari memasukkan semua pakaian ke dalam lemari masing-masing. Saya tahu, saya sadar, anak bungsu saya menggerak-gerakkan tangan bak pelukis senior di atas kertas hasil karya si sulung.

Dan beberapa kali saya amati, E-baby mengelapkan tangan ke rambut dan wajahnya. Di detik ini saya berhenti dan tersenyum manis. Sedetik kemudian.... berteriak lah saya.... "adeeeeeeeekkk!". Dan otomatis kamera sudah di tangan. Saya abadikan beberapa foto sebelum kertas itu saya jauhkan dari tangan E-baby. Ini dia hasil jepret-jepret saya mengabadikan si bayi seniman yang sedang beraksi:

tampak atas

tampak samping

tampak depan

Puas betul ya bayi ini? Bangga pada hasil ombre bikinannya sendiri di rambutnya sendiri dengan caranya sendiri. Fiiiuuuuuhhh..... Buru-buru saya angkat si E-baby, melepas semua baju dan memandikannya. Mengapa? Karena saya tidak yakin apakah produk ini tidak beracun. Setelah memandikan, segera saya susui dan menidurkannya. E-boy juga agak kaget dengan ulah adiknya. Hanya bisa berseru "adik.... adik" sambil geleng-geleng kepala. Seru ya pengalaman saya dengan sebuah produk?!! Percaya deh kalau sudah jadi ibu itu, segala ke-ajaib-an dunia akan abadi di genggaman tangan.

Terima kasih sudah mampir di sini ^_^

0 comments: