Minggu, 17 Agustus 2014

Selamatkan Bumi Tercinta

Bumi...
Bumi tempat kita tinggal semakin renta. Semakin kotor. Semakin terpolusi. Begitu banyak yang telah kita ambil dari bumi. Kita manfaatkan. Kita habiskan dengan serakahnya. Sumbangsih apa yang bisa kita lakukan untuk menjaga bumi tetap lestari? Kerusakan yang kita lakukan terhadap bumi secara tidak langsung menjadi bumerang bagi diri sendiri.

Apa yang saya lakukan beberapa minggu terakhir sebenarnya bukan sesuatu yang besar untuk aksi menjaga bumi kita ini. Sesuatu yang berangkat dari rasa sebal ketika melihat tumpukan tas kresek yang bikin sesak rumah kami yang kecil. Kresek yang makin lama makin menggunung. Meluap dari tempat penyimpanannya.

Plastik juga kresek tidak mudah diurai. Informasi lengkap tentang plastik bisa dibaca di sini. Oleh karena itu, sekarang saya tidak sungkan-sungkan menolak tas kresek saat berbelanja. Dulunya saya selalu meminta kardus. Lumayan loh kardus tersebut bisa saya manfaatkan untuk menyimpan berbagai barang di rumah yang sudah tidak terpakai lagi.

tas ransel dengan aneka isinya setelah berbelanja

Eh tapiiiiii... ketika barang sudah rapi jali masuk gudang, timbul masalah baru nih. Tumpukan kardus sisa belanja mulai memenuhi salah satu sudut rumah. Semakin sumpek terasa. Akhirnya saya memanfaatkan tas ransel saat berbelanja. Satu masalah hadir ketika kita belanja di supermarket, tas ransel wajib dititipkan. Apa itu membuat saya berhenti melakukan aksi sederhana menyelamatkan kelangsungan bumi tercinta?

Tentu tidak, saya menggunakan kembali beberapa tas spunbond. Aneka tas spunbond yang biasanya didapatkan dari hajatan ini cukup kuat loh. Dan bisa dilipat hingga berukuran kecil. Ringan, tidak memenuhi tas/dompet kita. Sekarang ini suami sudah mulai mengikuti kebiasaan saya berbelanja, tidak lagi menerima tas kresek. Meski beberapa kali suami masih alpa, tapi sudah cukup membuat jempol saya terangkat.

dua tas spunbond terisi penuh, bayinya tidak diperjual-belikan

Berikutnya tentang dioxin juga aneka bahan kimia yang terkandung dalam plastik. Kali ini saya hanya menyoroti si dioxin yang sangat berbahaya. Pencemaran dioxin pada bumi tidak bisa dianggap sederhana. Secara singkat, dioxin digunakan sebagai pemutih di industri kertas. Namun juga digunakan pada pembalut wanita sekali pakai, popok sekali pakai, nursing pad sekali pakai, dll.

Dioxin sangat beracun, menyebabkan masalah perkembangan dan masalah reproduksi, merusak sistem imun, mempengaruhi kerja hormon, serta menyebabkan kanker. Secara detil, serba serbi dioxin bisa dibaca langsung di situsnya WHO ini. Sangat seram ya?!! Semoga kita dan anak cucu kita tetap menjadi insan yang sehat lahir dan batin, cerdas, juga berakhlak mulia.

Sampah dari pembalut wanita sangat sulit diurai. Sepanjang saya mengalami siklus menstruasi, pembalut wanita sekali pakai turut menjadi bagian hidup. Tidak pernah muncul masalah. Hingga saat di mana siklus menstruasi saya kembali setelah masa nifas selesai. Entah mengapa terjadi ruam selama memakai pembalut wanita sekali pakai ini. Perih terasa! Sangat tidak nyaman.

Obrolan dengan suami, memberi kesimpulan kalau pembalut wanita sekali pakai jaman ini sudah mengandung berbagai bahan kimia yang tentunya ada efek samping terhadap si pemakai (klik ini untuk lebih jelas). Masih segar di ingatan saya, pertama kali menjadi konsumen pembalut wanita sekali pakai, penampakannya sangat tebal, tanpa sayap, dan sepertinya hanya mengandung kapas. Tanpa bahan kimia apapun.

Sekitar 3 tahun yang lalu, saya masih bisa membeli pembalut wanita sekali pakai yang bahannya alami. Merknya Love Moon. Harganya waktu itu lima puluh ribu rupiah untuk 10 buah. Belinya di sebuah toko bayi. Mahal sekali kan?! Tetapi masalah ruam sembuh total. Nyaman memakainya. Tidak ada rasa gatal dan lembab. Apalagi rasa perih. Enak banget pokoknya.

Sayang, Love Moon ini tidak lagi tersedia di toko bayi langganan. Sedih? Bingung? Iya, saya bingung dan sedih. Beruntung teringat cerita mama di masa lalu kalau jaman dulu sebelum ada pembalut wanita sekali pakai....,,,, wanita-wanita jaman dulu menggunakan potongan kain sebagai penyerap darah menstruasinya. Saya segera mengambil kain handuk dari lemari.

Handuk tersebut saya potong menjadi 4. Dan kain itu lah yang akhirnya menemani hari-hari berdarah. Tidak ada ruam. Tidak ada rasa lembab asal rajin mengganti. Saya tidak bisa memakai handuk ini saat bepergian atau saat ada urusan di luar rumah. Kalau terjatuh kan bisa malu tujuh turunan... Tentu saya terpaksa memakai pembalut wanita sekali pakai saat harus ke luar rumah.

Sekarang sudah ada produk pembalut wanita yang bisa dicuci ulang, dikenal luas sebagai menstrual pad (mens pad). Ada tiga jenis: panty liner, day, dan night. Semuanya sudah dilengkapi sayap. Lumayan! Akhirnya saya terbebas dari pembalut wanita sekali pakai yang efek samping kandungan kimianya bikin ngeri. Cukup sudah permasalahan saya akan ruam selama memakai pembalut wanita sekali pakai. Sayonara ~senyum bahagia~

Sampah lain yang sangat membebani bumi adalah popok sekali pakai (pospak). Satu buah pospak baru terurai setelah ratusan tahun. Haduuuuuuh... betapa mengerikannya bila bumi dipenuhi sampah-sampah yang sulit terurai begini... Bisa membayangkan gak seberapa besar cemaran dioxin nya? Anak cucu kita akan mewarisi apa? Saat saya hamil E-boy, saya sudah mengenal yang namanya cloth diaper (clodi). Sayangnya waktu itu hanyalah wacana.

Saat E-boy lahir, ada beberapa merk clodi yang masuk Indonesia.. Harganya bikin mabuk kepayang. Sebuah clodi dibandrol 200-300 ribu rupiah, warnanya masih warna tunggal tanpa motif. Selain mahal, toko online belum marak. Kalaupun ada, saya takut membeli secara online. Takut tertipu, mengingat harganya yang super mahal buat kami. Tetapi pemikiran saya akan sulit terurainya pospak mendorong saya hanya memakai satu buah pospak per hari.

Lalu bagaimana ketika saya tidak memakaikan pospak kepada E-boy? Saya mendaur ulang pospak. Pospak yang sudah terpakai (bekas urine saja) saya operasi sedemikian hingga menjadi bersih, terpisah dari gel yang sudah terpenuhi urine E-boy. Saya sebut sebagai Outer/Cover/Kulit Pospak (O/C). Bagian O ini dilapisi popok kain di dalamnya. Jadi, urine bayi hanya membasahi popok kainnya saja. Baju kita, sprei, gendongan akan aman dari urine bayi.

yang dilingkari adalah area yang digunting setelah digelembungkan dengan air

Penggunaan pospak hanya di malam hari saja. Trik supaya pospak bisa menampung selama 10-12 jam adalah dengan membeli pospak satu ukuran lebih besar dari bayi kita. Pasti Anda semua bertanya-tanya bagaimana cara saya mengoperasi pospak sehingga menjadi O/C kan? Saya uraikan ya:
1. Pospak yang telah terpakai dibentangkan, bagian yang menempel pada bayi di bagian atas
2. Guyur air sampai bagian tengah pospak menggelembung (gel yang terpenuhi air)
3. Gunting area yang menggelembung saja, lembaran yang telah tergunting dibuang
4. Keluarkan gel dari pospak, buang
5. Bagian pospak yang tersisa dicuci hingga bersih kemudian dijemur di bawah terik sinar matahari. Bagian inilah yang disebut O/C.

perbedaan pospak dan O/C, lapisan pospak berwarna hijau dan gel di dalamnya harus dibuang

O/C jaman E-boy bisa diwariskan pada E-baby. Seingat saya, dulu O/C ini termasuk tahan banting. Bisa dicuci dengan mesin, dengan deterjen pun tahan. Beberapa kali cuci kering pakai. Sedangkan O/C sekarang tidak demikian. Harus dicuci tangan dengan shampoo bayi. Hanya bertahan 2-3X dan setelah itu tidak bisa lagi dipakai. Koyak di sana sini. Velcro mudah robek. Tetapi meski demikian, operasi pospak ini bisa memangkas pengeluaran bulanan.

Menjadi ibu dengan dua orang putra itu tidak mudah. Tidak ada yang membantu. Tiada tempat berkeluh kesah. Bahu membahu dengan suami merupakan kenikmatan tersendiri. Bisa dikatakan, kehadiran E-baby secara tiba-tiba mengubah banyak hal. Tiga bulan pertama kehadiran E-baby, penggunaan pospak agak banyak. Sebulan bisa habis 2-3 pack isi 52. Boros!

Pemikiran untuk menjadi manusia yang ramah lingkungan tetap bergelanyut. Sedikit demi sedikit saya pulih dari kelelahan masa hamil dan sakitnya proses bersalin. Di bulan keempat dari hadirnya E-baby, penggunaan pospak dibatasi dengan 1 per hari dan saat bepergian. Pembatasan ini juga dikarenakan kulit E-baby yang sangat sensitif. Gampang sekali ruam. Bila terus-terusan memakai pospak maka ruamnya menjadi-jadi (baca ini untuk mengetahui bahan baku pospak dan dampaknya terhadap bayi).

Hingga dua bulan yang lalu saya memutuskan untuk tidak menggunakan pospak sama sekali. Apa saya beralih ke clodi? Hmmmm.... dihitung-hitung dulu dong.  Harga clodi lokal memang berkisar 70-100 ribu rupiah. Cukup terjangkau untuk kantong kami. Setelah dihitung-hitung, muncul deh yang namanya si pelit. Sayang dong simpanan O/C yang sudah susah-susah dibuat. Kalau bisa membeli insert-nya saja kenapa tidak?! Lumayan lama saya mencari toko online yang hanya menjual insert saja.

A: cili popo (katun), B: lipop (suede+PUL), C: cluebebe

Beberapa kali tanya kok tidak jua menemukan. Di saat kritis, di mana saya akan membeli clodi.... Eh ada teman yang menjual insert. Bahagiaaaaaa...... Sebenarnya saya ingin membeli insert berbahan bamboo karena jelas aman untuk kulit E-baby yang sensitif. Sayangnya, teman saya ini hanya menjual yang berbahan microfiber. Saya bongkar-bongkar lagi, menemukan prefold diaper yang berbahan katun dengan merk cili popo. Juga liner berbahan suede dengan merk lipop.

Hasil rundingan dengan suami, saya memutuskan membeli 1 insert microfiber combo dari cluebebe (combo karena mengandung eucalyptus) + 1 prefold diaper katun dari cili popo + 1 liner Pocket PUL (berbentuk kantung, salah satu sisi berbahan PUL agar urine tidak bocor) dari lipop. Liner ini akan menyamankan bayi. Bisa menjaga kelembaban kulit bayi (bahan microfiber menyebabkan kulit bayi kering). Harga masing-masing yang saya beli adalah Rp. 35.000 + Rp. 19.000 + Rp. 15.000.

Berarti saya sudah punya insert untuk dua malam. Dua hari bebas pospak. Horreeeeeeee!!! Cara merawat clodi tidak susah kok. Baca di sini ya. Berikutnya saya akan membandingkan kedua insert tersebut di atas. Sebelum dipakai, tentu harus dicuci dulu. Untuk cluebebe dan lipop, sekali cuci beres. Mudah kering. Yang cili popo, harus dicuci 3x bila menggunakan air panas atau 5x bila menggunakan air suhu ruang. Pencucian berulang ini dimaksudkan agar penyerapan urine jadi maksimal dan bahan kimia hilang total.

Dari awal saya jatuh cinta dengan yang berbahan katun. Kelemahannya hanya satu sih: susah kering bila dibandingkan dengan microfiber. Sekarang bagaimana performa keduanya setelah dipakai semalaman?? Oia, insert combo dari cluebebe ini tebal, terdiri dari dua lembar. Kemungkinan yang satu lembar berkantung itu berbahan microfiber dan selembar satunya berbahan microfleece. Anehnya, ketika baru dicuci, lembaran yang mungkin berbahan microfleece kok berkurang panjangnya ya?!

A: lipop yang dilipat tiga
B1: suede membuat kulit bayi kering, B2: PUL sebagai anti bocor
C1: microfiber, C2: microfleece sebagai liner

lipop dan cluebebe yang berkantung, bebas ditambahkan insert apapun

Malam pertama, saya mencoba cluebebe+O/C dari jam 9 malam hingga jam 6 pagi. Tebal banget. Membuat pantat E-baby makin seksi aja hihihi.... Seksi yang gak proposional, E-baby kelihatan gak nyaman. Apa yang terjadi setelah dipakai selama 9 jam? Celana E-baby basah. Bocoooooorrrrr...... Bocoooooorrrrr.... Tebal gitu tapi daya serap tidak terlalu bagus (menurut saya loh ini). Tetapi kudu bersyukur, sprei tidak ternodai (haaalllllaaaah bahasanya rek) urine E-baby. Yang artinya gak perlu ganti sprei!

Malam kedua, giliran cili popo yang dimasukkan dalam lipop+O/C. Tipis. Lipop-nya lembut banget. Suka sekali. E-baby lebih nyaman. Keesokan harinya, celana E-baby kering dan tidak pesing. Lipop kering. Cili popo sedikit lembab. Juara deh kalau untuk daya serapnya. Sukak! Saya sangat Sukak! Ketika ketiganya dicuci kembali, cili popo+lipop seperti semula. Lapisan microfleece dari cluebebe semakin mungil. Kemarin berkurang panjangnya, kali ini berkurang bagian lebarnya ~sedikit kecewa~

A: lipop + cili popo + O/C (favorit saya!!)
B: cluebebe + O/C (agak tebal dan lebih panjang dari O/C)

Karena saya mencuci seminggu dua kali, maka minimal saya membutuhkan 7 insert dan 7 liner. Berarti 5 cili popo dan 6 lipop (1 lipop dipadu dengan cluebebe) lagi . Itu artinya, (19 ribu x 5) ditambah (15 ribu x 6). Totalnya adalah Rp. 185.000,-. Waaaah hemat sekali ya. Dengan jumlah rupiah yang tidak sampai dua ratus ribu itu, bisa dipakai sampai E-baby lulus toilet training loh. Selain hemat, ruam-ruam menjauh, efek samping pemakaian pospak yang menakutkan itu tidak lagi menghantui.

Bila setiap manusia mau berubah, permasalah sampah yang menggunung ini tak perlu ada. Kerusakan lingkungan bisa dicegah. Kalau bukan kita, siapa yang akan menjaga tempat tinggal kita? Apakah perlu seperti di film Wall-E?? Meski saya sudah bisa menolak tas kresek saat berbelanja, memilih nursing pad yang bisa dicuci ulang, sudah tidak lagi membeli pembalut wanita sekali pakai, dan akan meninggalkan pemakaian pospak..., rasa puas itu belum hadir.

Saya masih nyampah. Belum menjadi manusia yang benar-benar tanpa sampah. Tugas saya berikutnya adalah komposting. Bulan depan kegiatan ini akan saya lakukan dengan menggunakan keranjang takakura. Yang hasil akhir dari komposting ini adalah produksi sayuran organik untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga kami sendiri. Sebuah cita-cita pribadi yang masih dipertanyakan oleh suami. Bukannya disemangati malah digembosi. Ah mari dibuktikan!

Tunggu cerita saya selanjutnya ya... Doakan berhasil memanen sayuran organik sendiri (^-^)v

0 comments: