Jumat, 28 Desember 2012

Ngutang ke Anak

Payah bener hari ini, dompet kosong melompong. Loh kok bisa?? Banyak anggaran tak terduga sih. Membengkak berkali-kali lipat sehingga uang tunai yang dimiliki hanyalah selembar seratus ribuan rupiah. Itu dua hari yang lalu. Dihitung-hitung: "kayaknya cukup nih sampai gajian lagi". Itu dua hari yang lalu. Tiba-tiba ada sebuah proyek GJ yang kudu diurus. Namanya juga GJ ya..., jadi keluar uang sebagai modal itu pasti tapi proyeknya GOL apa enggak juga masih gak tahu. Kalaupun GOL, juga gak tahu kapan dananya cair. GJ bener kan?!

Pendek kata, setelah mengurus proyek GJ itu, hanya tersisa beberapa lembar uang dengan pecahan: seribuan, dua ribuan, lima ribuan, dan sepuluh ribuan. Bertahan dan bertahan dengan isi kulkas yang semakin tipis. E-boy si ganteng ini jago deh kalau menghabiskan isi kulkas. Singkat cerita per hari ini semua logistik ludes (kecuali beras dan beberapa butir telor). Mau ambil uang di ATM, "duh jauh nian lokasinya". Tinggal di rumah ini memang jauh berbeda dengan saat di mergosono. Di sana meski kampung preman tapi masih bisa mengandalkan ATM di ujung gang. Kalau ada kebutuhan mendadak bisa calling-calling my mama.

Di sini boro-boro ada bantuan, untuk mengeluh aja gak berani. Malah nanti jadi beban ya buat ortu. Dengan keterbatasan sumber daya dan alat transportasi, bisa gak bisa harus survive. Bingung kan dengan lembaran duit-duit kecil ini... "mau dibuat apa? hanya cukup buat naik angkot". Suami dah pening, mau keluar ke ATM juga sudah terlalu lelah. Hmmmm... ide cemerlang datang dari saya....

Saya: "sayang, Erdi kan punya celengan, yuk kita pinjam dulu duitnya"
Suami: "emang ada? bukannya receh 500 rupiah?"
Saya: "enggak kok, ada tuh lima puluhan ribu nya. bener deh"
Suami: "masa iya harus ngutang ke anak?"
Saya: "loh kan gakpapa, ntar juga dibalikin"
Suami: "hmmm tanya anaknya dulu deh"

Dan akhirnya kami mendekat ke E-boy di kamar. Pelan-pelan sambil bermuka konyol. Haduh baru kali ini ngutang. Merasa gimana gitu.. Malu-malu bin terpaksa. E-boy yang semula bingung, menjawab dengan tegas "gak boleh". Kami mencoba merayu sekali lagi dengan muka memelas dan berjanji akan mengembalikan saat gajian. Sebenarnya E-boy tidak sadar kalau dirinya itu kaya. Uang di tabungannya itu banyak, buktinya bisa beli lego sendiri deh tuh kapan hari.

Begitu permohonan pinjam uang di-ACC, saya antusias membongkar celengan Panda Po yang sangat berat itu. Tidak disangka ternyata isinya sudah penuh dengan uang koin Rp.500,- dan Rp.1.000,-. Di antara uang-uang koin tersebut ada beberapa lembar uang dengan pecahan agak besar. Ada untungnya juga loh mengajarkan anak rajin menabung jadi ketika kita bertemu masa-masa teramat sulit seperti yang kami alami ini, celengan si kecil bisa jadi penyelamat. Di depan E-boy, kami tunjukkan bahwa selembar uang kertas berwarna merah itu saja yang kami pinjam. Dengan janji tulus akan kami kembalikan beberapa hari ke depan. 

Uang-uang koin dan uang kertas lain segera dikembalikan. Celengan Panda Po pun dirakit kembali, utuh seperti sedia kala. Setelah itu kami berpelukan bertiga. Lebay mungkin. Tapi kami sedang menyatakan bahwa sekecil apapun anak kami, dan seberapa pun usaha yang dibuatnya untuk membantu kami, adalah hal terindah yang pernah ada. E-boy tersenyum bangga akan dirinya dan miliknya yang bisa menyelamatkan krisis perekonomian kedua orang tuanya. Oh, ini adalah akhir tahun terindah sepanjang kami hidup bersama. Terima kasih ya Allah untuk sesuatu yang sederhana tapi penuh makna ini... Semoga kami bisa tetap bersyukur kepadaMu dalam melewati segala kondisi.


Selamat Tahun Baru 2013 yaa teman....

0 comments: