Jumat, 28 Desember 2012

Ngutang ke Anak

Payah bener hari ini, dompet kosong melompong. Loh kok bisa?? Banyak anggaran tak terduga sih. Membengkak berkali-kali lipat sehingga uang tunai yang dimiliki hanyalah selembar seratus ribuan rupiah. Itu dua hari yang lalu. Dihitung-hitung: "kayaknya cukup nih sampai gajian lagi". Itu dua hari yang lalu. Tiba-tiba ada sebuah proyek GJ yang kudu diurus. Namanya juga GJ ya..., jadi keluar uang sebagai modal itu pasti tapi proyeknya GOL apa enggak juga masih gak tahu. Kalaupun GOL, juga gak tahu kapan dananya cair. GJ bener kan?!

Pendek kata, setelah mengurus proyek GJ itu, hanya tersisa beberapa lembar uang dengan pecahan: seribuan, dua ribuan, lima ribuan, dan sepuluh ribuan. Bertahan dan bertahan dengan isi kulkas yang semakin tipis. E-boy si ganteng ini jago deh kalau menghabiskan isi kulkas. Singkat cerita per hari ini semua logistik ludes (kecuali beras dan beberapa butir telor). Mau ambil uang di ATM, "duh jauh nian lokasinya". Tinggal di rumah ini memang jauh berbeda dengan saat di mergosono. Di sana meski kampung preman tapi masih bisa mengandalkan ATM di ujung gang. Kalau ada kebutuhan mendadak bisa calling-calling my mama.

Di sini boro-boro ada bantuan, untuk mengeluh aja gak berani. Malah nanti jadi beban ya buat ortu. Dengan keterbatasan sumber daya dan alat transportasi, bisa gak bisa harus survive. Bingung kan dengan lembaran duit-duit kecil ini... "mau dibuat apa? hanya cukup buat naik angkot". Suami dah pening, mau keluar ke ATM juga sudah terlalu lelah. Hmmmm... ide cemerlang datang dari saya....

Saya: "sayang, Erdi kan punya celengan, yuk kita pinjam dulu duitnya"
Suami: "emang ada? bukannya receh 500 rupiah?"
Saya: "enggak kok, ada tuh lima puluhan ribu nya. bener deh"
Suami: "masa iya harus ngutang ke anak?"
Saya: "loh kan gakpapa, ntar juga dibalikin"
Suami: "hmmm tanya anaknya dulu deh"

Dan akhirnya kami mendekat ke E-boy di kamar. Pelan-pelan sambil bermuka konyol. Haduh baru kali ini ngutang. Merasa gimana gitu.. Malu-malu bin terpaksa. E-boy yang semula bingung, menjawab dengan tegas "gak boleh". Kami mencoba merayu sekali lagi dengan muka memelas dan berjanji akan mengembalikan saat gajian. Sebenarnya E-boy tidak sadar kalau dirinya itu kaya. Uang di tabungannya itu banyak, buktinya bisa beli lego sendiri deh tuh kapan hari.

Begitu permohonan pinjam uang di-ACC, saya antusias membongkar celengan Panda Po yang sangat berat itu. Tidak disangka ternyata isinya sudah penuh dengan uang koin Rp.500,- dan Rp.1.000,-. Di antara uang-uang koin tersebut ada beberapa lembar uang dengan pecahan agak besar. Ada untungnya juga loh mengajarkan anak rajin menabung jadi ketika kita bertemu masa-masa teramat sulit seperti yang kami alami ini, celengan si kecil bisa jadi penyelamat. Di depan E-boy, kami tunjukkan bahwa selembar uang kertas berwarna merah itu saja yang kami pinjam. Dengan janji tulus akan kami kembalikan beberapa hari ke depan. 

Uang-uang koin dan uang kertas lain segera dikembalikan. Celengan Panda Po pun dirakit kembali, utuh seperti sedia kala. Setelah itu kami berpelukan bertiga. Lebay mungkin. Tapi kami sedang menyatakan bahwa sekecil apapun anak kami, dan seberapa pun usaha yang dibuatnya untuk membantu kami, adalah hal terindah yang pernah ada. E-boy tersenyum bangga akan dirinya dan miliknya yang bisa menyelamatkan krisis perekonomian kedua orang tuanya. Oh, ini adalah akhir tahun terindah sepanjang kami hidup bersama. Terima kasih ya Allah untuk sesuatu yang sederhana tapi penuh makna ini... Semoga kami bisa tetap bersyukur kepadaMu dalam melewati segala kondisi.


Selamat Tahun Baru 2013 yaa teman....

Selasa, 25 Desember 2012

[DIY] Bolero dari Selembar Pashmina

Saat melongok lemari, kagetlah saya ini melihat lembaran-lembaran pashmina yang lumayan banyak jumlahnya. Semuanya pemberian dan oleh-oleh. Secara pribadi saya kurang suka memakai pashmina apalagi E-boy masih usia aktif bin pecicilan. Kalau saya pakai kerudung, pasti ditarik-tarik hingga tak berbentuk. itulah sebabnya saya lebih suka memakai kerudung instan yang tidak terlalu panjang. Sehingga pashmina-pashmina ini hanya mendekam memenuhi lemari.

sederhana namun cantik bukan?
Sayang sekali kalau tidak digunakan, begitu pikir saya. Dari beberapa pashmina yang saya punya, pashmina berwarna hijau menjadi pilihan saya untuk diubah menjadi bolero. Sebetulnya ide ini saya dapat dari seorang teman fb (dari selendang kain tenun). Kemudian saya kembangkan sendiri sehingga sedikit berbeda. Bolero seperti foto di atas saya jahit sederhana dengan tangan. Loh kenapa tidak memakai mesin jahit? Alasannya karena memang tidak bisa menjahit pakai mesin, juga tidak memiliki mesin jahit hihihihi... Pencarian ide ini cukup lama (tidak mau mencontek 100%), proses menjahitnya pun melalui yang namanya bongkar pasang. Dan ini tutorial sederhana dari bolero yang saya pakai:

bayangkan kertas ini adalah selembar pashmina yaa..
  • Bentangkan pashmina di tempat datar (no 1)
  • Lipat secara horizontal menjadi dua bagian yang sama besar (no 2)
  • Jahit bagian A di kiri dan kanan pashmina (no 3) kira-kira sepanjang 30 cm atau sesuai postur badan masing-masing orang
  • tekuk salah satu sisi bagian tengah (bagian yang tidak dijahit) ke arah luar kemudian dijahit, bagian tengah ini dimaksudkan sebagai kerah bolero
  • siap untuk dipakai
Mudah bukan membuatnya? Saya jamin tidak memakan waktu lama. Sekitar 30 menit kalau menjahit dengan tangan. Untuk mempermanis bisa ditambahkan bros seperti yang saya pakai di bagian tengah dada. Dipakai tanpa bros pun juga oke kok. Pakaian dan tata rias wajah tinggal disesuaikan dengan acara yang akan dihadiri. Selamat mencoba dan semoga bermanfaat yaa...

Senin, 24 Desember 2012

Jodohku

Saya tidak hendak menyanyikan lagunya Anang dan Ashanti. Ini kisah 5-6 tahun yang lalu. Kisah di mana saya masih sendiri. Masih sangat idealis, polos, juga terlalu muluk. Pendek kata terlalu angkuh menjalani hari dan meronce mimpi. Waktu itu saya masih bergelut di dunia kucing persia. Aktif mengikuti cat show satu ke cat show lainnya. Seiring berjalannya waktu dan datangnya sang jodoh, semuanya berubah total...

21 Agustus 2006, ajang cat show yang saya ikuti pertama kali. Seekor Cuzdo, yang biasa saya panggil Dodo. Anak kucing persia yang belum genap 3 bulan usianya bisa mendapatkan piala pertamanya. Juara kedua. Senang sekali. Ada suatu bisikan yang entah darimana di hati kecil saya. Bahwa pada hari itu saya akan bertemu dengan jodoh. Tapi bingung juga ya... di ajang itu banyak lelaki bertebaran. Saya juga banyak janji untuk bertemu dengan teman-teman, baik yang sudah lama dikenal maupun yang baru kenal.

pialanya Dodo
Ada suatu kebetulan, saya berjumpa dengan salah satu dosen di tempat saya kuliah. Dosen ini bersama dengan ibu dan adik perempuannya. Saya lihat dari jauh dan saya hampiri, menyapa singkat. Tidak ada yang istimewa. Tidak menyangka bahwa beliaulah yang akhirnya menjadi jodoh saya sekarang. Saya tidak pernah ada perhatian khusus sejak awal mula menjadi mahasiswi, entah kalau dari pihak beliau yang sering-sering curi pandang (GR!!). Bagai magnet dengan kutub berlawanan yang akan tarik-menarik, hari-hari setelah itu kami berdua banyak dipertemukan. Saya banyak menolak sebenarnya tetapi paksaan maha berat tidak bisa saya tolak karena kurangnya jumlah asisten yang ada.

selain piala, juga dapat pita seperti ini dan juga hadiah lain berupa pakan 1,5 kg
Enam bulan berikutnya, saya rutin bertatap muka dengan beliau dalam sebuah kelas. Tidak hanya seminggu sekali, tetapi bisa 2 hingga 3 kali untuk membicarakan acara praktikum yang berlangsung selama satu semester. Sekali lagi tidak ada yang istimewa. Bahkan kami cenderung banyak silang pendapat. Saya kira semuanya usai. Eh tidak berselang lama dari berakhirnya mata kuliah tersebut, beliau ke rumah dengan alasan ingin melihat kucing-kucing persia yang saya miliki. Puinter nih si bapak dosen satu ini. Pendekatan yang dilakukan bukan kepada saya, tetapi ke keluarga besar saya.

nopol lama sebelum dibalik namakan
Dalam sepuluh bulan masa-masa pengenalan, saya hanya beberapa kali saja berjumpa dengan ibu dan adik perempuan beliau. Bertemu dengan bapak? Hanya sekali! Yang menarik adalah ketika kali kedua saya berkunjung ke rumah beliau. Saya melihat sebuah mobil terparkir gagah di garasi. Mobil Jeep CJ 7 yang tidak pernah terpakai. Saya cukup takjub ketika memandang nomor polisinya, L 623 VE. Dengan sangat jelas ada nama panggilan saya di sana. Entah hal ini disadari atau tidak oleh beliau. Yang jelas saya pada akhirnya menjadi satu-satunya wanita pertama yang disopiri oleh beliau (tentu setelah menjadi istri ya).

sesederhana inilah pernikahan kami
 "Jodohku" kembali menguar dari benak. Berputar-putar mengelilingi kesadaran diri. Semua berlangsung sangat cepat dan singkat. Sangat tidak terduga. Hari senin, 5 tahun yang lalu, tanggal 24 Desember 2007, hilanglah status lajang yang kami miliki. Acara berlangsung sangat sederhana. Tidak bermewah-mewah. Tidak menyebar undangan. Kami tidak dipajang sebagai raja dan ratu, kami membaur dengan sanak kerabat juga tetangga dan teman yang datang memberikan doa restu. Sungguh berkesan meski tidak mengeluarkan biaya puluhan juta rupiah. Sangat bahagia walaupun kami kembali berkerja ketika acara pernikahan selesai, bukannya berbulan madu.

kami yang sekarang
Sekarang, kebahagiaan kami semakin lengkap dengan hadirnya E-boy yang lucu dan menggemaskan. Sempurna karena kesederhanaan-kesederhanaan yang ada. Bertambah lengkap dengan menjadi dua kalipatnya orang tua dan saudara. Yang artinya adalah semakin bertambahnya perhatian dan kasih sayang yang tercurah kepada keluarga kecil kami. Semoga saja kami berjodoh hingga akhir hayat. Menjalani hari-hari bersama di kala cerah dan kelabu. Mengemudikan nahkoda rumah tangga di kala tenang maupun di kala hujan badai secara kompak... Aamiin YRA...

Minggu, 23 Desember 2012

[DIY] Bukan Kartu Ucapan Biasa

Rindu rasanya dengan kegiatan jahit menjahit... Ingin membuat sesuatu lagi tapi persediaan kain kristik sangat minim. Di kala malam sendirian (anak dan suami sudah terlelap), saya teringat sebuah ide lawas. Yaitu membuat kartu ucapan yang melibatkan kegiatan kristik. Langsung saja saya membongkar gudang penyimpanan. Dan beruntunglah! Potongan-potongan kain kristik berukuran 20x20 cm bisa saya temukan. Buku desain kristik oleh-oleh suami dari negeri sakura saya buka-buka. Dan pilihan jatuh ke gambaran singa lucu. Saya kerjakan juga kristikan singa hingga mata tak kuat lagi terbuka.

hasil kristikan imut
Keesokan paginya, bingung saya mengaplikasikannya pada selembar kertas. Jaman sudah tidak seperti dulu. Internet tersedia di rumah. Harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk mencari inspirasi dan ilmu-ilmu baru. Tutorial membuat kartu ucapan dengan aplikasi kristik saya temukan di youtube. Berikut videonya:


Ternyata mudah saja membuatnya. Alat yang dibutuhkan hanyalah gunting, alat pendedel, penggaris, dan spidol. Sedangkan bahan yang dibutuhkan sangat mudah ditemukan: kain kristik (sisa jaman dulu kala), benang kristik tiga warna sesuai desain, double tape, pita (sisa parsel-an), selembar kertas HVS, dan kotak kardus makanan.
alat dan bahan
Namanya masih uji coba, tentu jauh dari kata sempurna. Masih tidak rapi di sana-sini. Begitu jadi, suami langsung cuap-cuap meng-klaim kalau kartu tersebut adalah hak miliknya. Okelah! Kartu yang tadinya masih polosan, saya berikan kalimat sederhana yang kira-kira masih berkaitan dengan gambar singa. Yuk dilihat hasilnya:

tampak belakang
tampak depan

Belum puas bereksperimen sebenarnya! Tetapi hasil pertama ini sudah mengenyangkan rasa penasaran dan pengewajantahan ide dahulu kala.Apalagi kalau dibandingkan dengan contoh yang ada di video di atas itu jauh sekali perbedaan hasil akhirnya. Besok-besok masih ingin membuat kartu ucapan sendiri yang bersifat personal lho. Nantikan postingan berikutnya ya...


Terima kasih sudah mampir di sini ^_^

Jumat, 21 Desember 2012

JERAWAT

Tadi pagi ketika saya sedang sibuk berhias agar muka terlihat segar, E-boy, ya putra semata wayang saya yang banyak omongnya itu, sangat teramat mengganggu sekali (lebay). Mengamati saya dengan mata takjub dan perasaan serba ingin tahu. Mulai dari saya membongkar dompet alat rias hingga saya mengaplikasikan alat-alat rias tersebut satu persatu. Saya memang harus mulai membiasakan diri dimata-matai!

#Saat memakai tabir surya
"bundaaaa, pakai apa? Obat ya bunda?"

"iya", saya terus saja mengaplikasikan tabir surya lalu lanjut ke bedak padat

"kenapa bunda?"

"ya karena muka bunda perlu dirawat"

"karena jerawat ya bunda?"

~~~~~~bunda mulai jengkel~~~~~

 "muka Erdi bagus, gak jerawatan, jadi Erdi gak perlu pakai itu"

~~~~~~pengen jitak E-boy~~~~~

#saat pakai eyeliner
"bunda pakai apa?"

"eyeliner"

"mata bunda sakit ya?"

"sedikit"

"kalau mata Erdi gak sakit bunda" sambil tunjuk-tunjuk matanya

~~~~~konsentrasi goyah~~~~~

#saat pakai eyeshadow
"mata Erdi sama ya?"

"sama kayak siapa?" konsentrasi saya buyar, bingung mau pakai warna apa

"mata Erdi sama kayak mata bunda yaaaa" sambil ngeliatin mata saya

"ya iyalah! kan Erdi anaknya bunda"

~~~~~berhenti berhias~~~~~

"Erdi anaknya bunda terus anaknya ayah"

Di detik ini suara mobil kakek nenek terdengar di depan rumah. Terima kasih ya Allah drama menggemaskan bisa segera berakhir. Setelah membukakan pintu pagar, saya buru-buru menyelesaikan riasan mumpung E-boy sedang heboh dengan kakek neneknya. Tak seberapa lama kami pun membelah jalanan yang macetnya minta ampun. Juga panas membahana (gak pakai cetar ya!). Bersyukur selalu menggunakan tabir surya SPF 40 dan PA +++ jadi saya tak perlu kuatir dengan kejamnya sang mentari siang hari. Olok-olok E-boy di awal segera terlupakan tapi tetap bikin saya ketawa-ketiwi sendiri kalau mengingat kejadian pagi tadi. Duuhh... besok-besok akan seperti apa ya celotehnya???

Rabu, 19 Desember 2012

Jengkol Saos Tiram

Beberapa kali beli jengkol tetapi jengkol kali ini benar-benar menguras keringat. Tingkat kesabaran hampir jatuh ke level nol. Proses perendaman memakan waktu yang jauh lebih lama dari biasanya. Baunya pun menyengat. Hampir-hampir saya muntah saat mengganti air rendaman. Ketika melongok kulkas dan dapur, saya sedikit bingung, semua rempah pas habis. Itu artinya saya harus belanja mingguan. Dan karena sudah terlanjur menemukan jengkol di kulkas, mau tak mau harus dimasak juga. Pikir punya pikir, saya menemukan ide untuk membuat sebuah masakan yang sedikit berbeda: Jengkol Saos Tiram.

Bahan:
  • jengkol siap masak
  • jantung ayam yang sudah direbus
  • cabe keriting 
  • bawang bombay
  • bawang putih
  • lada hitam tumbuk kasar
  • saos tiram
  • kecap manis
  • gula
  • garam
  • margarine atau minyak untuk menumis
Cara Memasak:
  • tumis irisan bawang bombay, bawang putih, dan cabe keriting sampai harum
  • masukkan jantung ayam, aduk beberapa saat
  • masukkan jengkol siap masak, aduk hingga tercampur rata
  • tuangi sedikit air (kurang lebih 50 ml)
  • tambahkan saos tiram, kecap manis, lada hitam, aduk rata
  • tambahkan gula dan garam sesuai selera
  • masak hingga air berkurang volumenya
  • siap disajikan
Cukup mudah kan cara memasaknya? Kalau di awal tulisan saya sedikit mengeluh, itu karena proses mengolah jengkol menjadi jengkol siap masak lah  yang membutuhkan waktu agak lama. Jengkol harus direndam dulu hingga kulitnya bisa dikelupas dengan mudah (dengan jari-jemari tanpa alat bantu). Pengalaman yang lalu-lalu, sehari dua hari jengkol sudah siap dimasak. Tapi kali ini berbeda, hingga hari ketiga, jengkol masih amat berbau. Berkali-kali saya ganti air rendaman tetapi masih saja berbau cukup tajam. Sore tadi saya nekad merebus jengkol yang sudah direndam 3 hari. Cukup lama juga merebusnya, 30 menit. Tetapi ternyata masih kurang lunak jengkolnya. Proses paling menyebalkan buat saya adalah proses berikutnya: memukul-mukul jengkol rebus hingga pipih. Setelah proses yang menyebalkan inilah jengkolnya sudah bisa disebut sebagai jengkol siap masak. Ribet ya?? Tapi karena suami sudah keranjingan jengkol, dan saya pun juga tidak kapok memasaknya maka tunggu resep-resep berbau jengkol berikutnya yaaa Photobucket

Selasa, 18 Desember 2012

Kisah Bunga Desember

Minggu ketiga di Bulan November, saya dikejutkan dengan munculnya dua batang  berkuncup di teras rumah. Kami tidak merasa menanam apapun. Sebenarnya saya ingin mencabut dan membuangnya. Tetapi suami meminta saya untuk menunggu. Ternyata pertumbuhan tanaman ini sangat cepat. Dua hari kemudian kuncupnya mulai mekar. Sungguh indah nian. Tanaman ini sangat aneh perilakunya. Saya tak mendapati daun selembar pun. Kami mulai berspekulasi apakah ini bunga bangkai?? Atau bunga lain?? Hasil pencarian di internet tidak memberikan sebuah jawaban. Akhirnya suami mengunggah foto tanaman ini di FB, barulah tahu nama dari bunga nan cantik jelita ini. Bunga Desember lah namanya. Atau dikenal dengan nama Blood Lily, dengan nama ilmiah Haemanthus multiflorus. Berikut perkembangan Bunga Desember yang terekam kamera: 

17 November 2012

18 November 2012

20 November 2012, mekar sempurna

27 November 2012, menyembul tanaman ketiga

4 Desember 2012, sudah 4 tanaman yang tumbuh
Menurut kami, bunga ini sangat ajaib. Tumbuh begitu saja tanpa ditanam. Entah juga kalau ini efek samping dari hadirnya kelelawar yang sempat mendatangi rumah kami. Indah sekali! Takjub luar biasa. Bunga Desember benar-benar mekar sempurna saat ibuk-bapak pulang dari tanah suci. Mekar sempurna tepat di tanggal 20 November. Seakan-akan menyambut kepulangan ibuk-bapak dengan keindahan penuh. Kurang lebih dua minggu bunga ini mekar indah lalu mulai layu dan berbuah. Lambat laun jumlah tanaman bertambah. Sekarang ada 5 tanaman. Saya sungguh menanti mekar kembali. Apakah memang hanya mekar sekali setahun? Mari kita amati dari waktu ke waktu.

Sabtu, 15 Desember 2012

Anak Pembawa Rezeki

Setiap anak selalu membawa rezekinya masing-masing. Rezeki bukan melulu soal materi. Tetapi juga bisa berupa kebahagiaan dan juga rezeki berupa waktu. Anak itu pembawa kesenangan untuk ayah-bunda nya. Melihat tawa dan tingkah polahnya setiap detik bisa dikatakan rezeki melimpah ruah yang didapatkan dengan gratis. Tak perlu membayar, mencari apalagi mencicil secara kredit. Rezeki secara materi juga sering mampir ke dompet saya. Beberapa kerabat sering memberi uang jajan yang nominalnya lumayan besar. Setiap menerima lembaran uang berwarna merah atau biru selalu saja diberikan kepada saya. Beda lagi kalau yang diberikan pada E-boy itu adalah uang koin. Dengan serta merta akan dimasukkan kantong bajunya sendiri dan kemudian dimasukkan celengan Panda Po yang ada di rumah.

Seperti waktu itu ketika E-boy mendapatkan balon gratis di sebuah supermarket, saya menyebutnya sebagai sebuah rezeki. Bagaimana tidak? E-boy yang ingin balon tapi tidak berani meminta kepada saya dengan tiba-tiba diberi oleh salah seorang SPG. Rezeki berlipat ganda loh ini. Saya tak perlu mengeluarkan uang. Tidak perlu bersusah payah meniup balon. Plus melihat senyum E-boy yang mengembang puas. Alhamdulilah!
wajah yang menawan bukan?
Lain lagi cerita ketika kami berada di sebuah rental DVD di sekitaran Oro-Oro Dowo. Kami memang langganan meminjam film secara paket. Seratus ribu rupiah untuk 30 film dan masih bonus 3 film lagi (total 33 film). Seharusnya sih begitu. Tetapi saat saya mengajak E-boy, tak jarang bonus yang kami dapatkan menjadi berlipat (menjadi 36 film). Belum lagi E-boy juga mendapat film gratis dari pemilik rental DVD. Senang bukan kepayang!

raja cilik di lautan keping DVD
Bukan itu saja. Berbagai pujian untuk E-boy pun menjadi rezeki buat saya. Ketika E-boy bernyanyi lancar dan lantang, tidak penakut/pemalu, juga berani menyapa/tersenyum/bersalaman dengan orang asing, tak jarang E-boy ini dikira sudah sekolah. Bahkan saya pernah mendapatkan terguran yang cukup keras "kok belum disekolahkan sih?". Setelah saya utarakan alasan saya, barulah yang protes tersebut tersadar kalau ternyata umur E-boy ini masih sangat belia. Dikiranya E-boy itu berusia 4-5 tahun. Buat saya dan suami, sekolah belum tentu bisa mengoptimalkan tumbuh kembang seorang anak. Kami malah kuatir tumbuh kembang E-boy yang sekarang menjadi mundur total karena sistem dan cara ajar yang tidak sesuai dengan karakter E-boy. Benar-benar bersyukur diberi titipan seorang anak, sebuah rezeki yang tak ada habis-habisnya. Kalau diurai lebih lebar dan panjang lagi tentu tak bisa diselesaikan dalam semalam suntuk. Alhamdulilah ya Rab!

Rabu, 12 Desember 2012

Optik Keliling Area Malang Raya

Jalan raya semakin padat. Aktivitas kami juga sama padatnya. Beberapa waktu yang lalu, kacamata suami pecah. Tidak sengaja tergencet remote tv dan keduanya tertekan siku tangan. Suami memang suka asal kalau meletakkan kacamata. Kalau diingat lagi, hampir setiap tahun suami berganti kacamata. Tahun lalu, kacamata suami pecah terinjak saat bingung mengatasi tantrumnya si Erdi bayi.

Kembali ke sibuknya aktivitas kami, tentu menjadi hal yang sulit ketika mencari waktu berangkat ke optik. Beruntung suami punya kacamata cadangan. Kacamata kuno dan antik berwarna emas. Jadoel punya deh! Saya berhasil memotretnya dengan susah payah dan merayu E-boy agar mau menjadi model peraga. Yuk dilihat sama-sama:

sangat lentur loh ini
bila dibentangkan
cara pakai kacamata antik, terima kasih E-boy
Antik betul toh? Kacamata ini gratis. Ditemukan di pematang sawah (kalau tidak salah). Sudah sangat lama. Beruntung suami menyimpannya dalam keadaan lensa yang sudah sesuai dengan minus matanya. Sehingga bisa berperan sebagai kacamata cadangan. Oia, suami tidak memakainya sehari-hari bukan saja karena sayang dan bernilai seni tetapi juga kurang nyaman dipakai. Penahan hidungnya terlalu kecil untuk hidung pinokio suami (uuuupppppsssss!)

Singkat cerita kami yang kebingungan mencari waktu untuk pergi ke optik merasa sangat beruntung. Karena tiba-tiba saja saya membaca status FB seseorang teman yang berbunyi demikian:
"optik akbar..melayani :periksa mata gratis dirumah atau kantor kerja anda,jual kaca mata angsuran 5x pembayaran,ganti frame dan lensa angsur 3x,butuh sms /call 085646584348..siap untuk anda.."
Langsung saja saya sms membuat janji kapan bisa bisa bertemu. Beberapa kali janjian tapi tidak jua berjodoh. Hujan yang mengganas menjadi kendala yang sangat mengganggu. Akhirnya ketika saya ke rumah mama dan kebetulan juga satu area dengan rumah teman saya ini, pertemuan untuk periksa mata pun tiba. Berhubung teman sendiri jadinya periksa yang tidak memakan waktu lama itu pun berubah menjadi cerita-ceriti ke mana-mana. Hitung-hitung menyambung tali silaturahmi lah. Ini dia foto saat suami memeriksa mata:

bunda, Erdi mau periksa juga
Saat kami menunjukkan kacamata cadangan yang dipakai suami, teman saya ini ketawa kocak sambil geleng-geleng kepala. Katanya, baru kali itu dia melihat kacamata sekuno ini. He he he... Bahkan tukang kacamata aja heran dan menertawakan bagaimana cara pakainya. Mungkin kacamata abad pertengahan. Dua hari kemudian, suami saya sudah berwajah ganteng dengan frame kacamata plus lensa baru (senang!). Horrreeeee solusi hemat dan murah buat orang yang tidak punya waktu seperti kami...


Semoga informasinya bermanfaat ya... Tapi hanya area Malang Raya saja ^_^

Sabtu, 08 Desember 2012

Kelelawar Bikin Panik

Baru-baru ini musim mangga. Yang pasti, tanaman mangga di teras berbuah sangat lebat. Sayang beribu sayang, saya tak pandai memanjat pohon untuk panen. Saya biarkan begitu saja buah mangga di pohonnya. Mengharap sang angin menjatuhkan beberapa mangga ke halaman rumah. Buah mangga yang jatuh itu lah yang saya kumpulkan dan kami nikmati di rumah. Meski ada beberapa area buah yang harus dibuang karena: buahnya tidak mulus lagi dan terkena tanah atau karena bekas gigitan kelelawar. Tetap saja rasanya luar biasa nikmat!

seekor kelelawar yang berhasil ditangkap suami
Menyinggung tentang kelelawar, pada akhirnya rumah kami disatroni beberapa kelelawar yang masuk dari lubang di atas sana. Entah bagaimana lewatnya. Sekitar 2-3 malam rumah kami berisik dengan kelelawar. Pada malam pertama seekor kelelawar berhasil masuk rumah, suami menangkapnya dengan selembar sarung bekas. Setelah berhasil ditangkap, kelelawar tersebut dilepaskan di luar rumah. Tetapi dianya tak mau pergi, malah kembali ke rumah kami. Untunglah tidak sampai masuk rumah, hanya bergelantungan di sebuah paku yang ada di garasi. Entah juga kalau tengah malam si kelelawar itu kembali masuk ke dalam rumah.

tetap tak mau beranjak dari area rumah kami,
hasil jepretan suami, gemuk dan imut ya mukanya?!


Keesokan malamnya, kelelawar kembali datang. Kali ini agak banyak. Saya hitung, sekitar 4-5 ekor. Sepanjang malam tidak bisa tidur nyenyak karena suara berisiknya kelelawar-kelelawar tersebut. Belum lagi kepakan-kepakan sayapnya yang serasa mengintimidasi. Suami sudah pasrah, tak mau beraksi mengingat malam sebelumnya si kelelawar benar-benar kepala batu tak mau beringsut pergi. Ketika bangun tidur, badan saya tidak enak. Segera saya browsing. Beberapa tips saya dapatkan. Ternyata tidak harus semua tips dilakukan. Hanya tinggal menunggu waktu mungkin yaaa..... Yang saya lakukan adalah:
  • mengganti semua lampu yang rusak dengan lampu yang amat benderang
  • setiap senja segera nyalakan semua lampu yang ada di setiap ruang
  • setiap hari membuka semua jendela dan pintu agar bau kelelawar terusir
  • menunggu mangga yang ada di pohon habis atau berubah rasa (semakin tinggi volume air hujan maka semakin hambar rasa buah mangga)
numpang kawin!! gak sopan amat!
(hasil jepretan suami yang rela naik-naik kursi sambil jinjit)
Ada satu tips yang belum saya lakukan (kelelawarnya keburu kabur) yaitu menggantung kepingan-kepingan vcd/dvd rusak di seantero langit-langit rumah. Sonar yang diirimkan kelelawar akan memantul di gantungan kepingan vcd/dvd sehingga membuat kelelawar bingung dan mengasumsikan ruangan yang ditempatinya teramat sempit. Sekarang setelah introspeksi, ternyata hal-hal di bawah ini yang mungkin mengundang kelelawar datang (bahkan numpang kawin):
  • terlalu sering meninggalkan rumah, jadi rumahnya gak bau manusia lagi
  • malas mengganti lampu yang rusak di beberapa area rumah demi alasan penghematan listrik 
  • rasa lelah sangat berpengaruh terhadap kebiasaan bersih-bersih rumah
  • semua hal di atas ditambah makanan (mangga) yang sedang melimpah maka jadilah sarang yang cocok buat kelelawar
Sekian pengalaman saya dengan kelelawar. Semoga besok-besok rumah kami tidak lagi disatroni kelelawar. Jangan sampai kelelawar beranak pinak di rumah kami!

Jumat, 07 Desember 2012

Ayam Lada Hitam Suka Suka

Jumat pagi dikejutkan dengan agenda suami yang musti berangkat pagi-pagi sekali (saya aja yang gak rajin ngecek via google calendar). Malam sebelumnya sudah rajin browsing tentang resep ayam lada hitam, tapi dari ke semuanya kok selalu dimulai dengan menggoreng ayam. Saya agak keberatan dengan acara goreng-menggoreng ini karena memang apa-apa yang digoreng itu kurang bagus kan buat kesehatan?! Akhirnya saya memutuskan memasak ayam lada hitam ala saya aja yang cepat kilat proses masaknya. Kira-kira 20-25 menit rampung. Yang perlu disiapkan adalah ayam, laos, serai, minyak untuk menumis, bawang bombay, bawang putih, lada hitam, saus tiram, kecap manis, gula, dan garam. Begini langkah kerjanya:
  • Memarkan laos seukuran 4 ruas jari dan 2 batang serai
  • Rebus air hingga mendidih, masukkan 1 kg ayam yang sudah dipotong dan sudah dicuci bersih bersama dengan laos dan serai. Masak hingga ayam matang dan lunak (kurang lebih 10 menit)
  • Sementara itu kupas-kupas dan iris tipis 3 bawang bombay ukuran mini dan 8 siung bawang putih lalu tumbuk kasar 2 sendok lada hitam
  • Tumis bawang bombay hingga harum, masukkan bawang putih. Tumis hingga layu.
  • Masukkan ayam yang sudah direbus ke dalam tumisan bawang putih dan bawang bombay. Tambahkan tumbukan kasar lada hitam. Siramkan saus tiram dan kecap manis sesuai selera. Aduk hingga rata.
  • Sebagai penyempurna rasa, tambahkan gula dan garam sesuai selera
  • Siap untuk disajikan