Tampilkan postingan dengan label My Pets. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label My Pets. Tampilkan semua postingan

Senin, 15 Juli 2013

Si Lolo yang Seram


Lolo adalah (mantan) peliharaan kami. Seekor lipan yang saya temukan di dapur. Sebetulnya saya ngeri sekali dengan hewan berbisa satu ini. Eh Suami dan anak saya malah sangat bersemangat untuk memeliharanya. Dengan menahan kengerian, saya berusaha menerima keberadaan Lolo. Dinamakan Lolo karena untuk mempermudah saja, berasal dari nama ilmiah hewan ini, yaitu: Scolopendra. Alasan suami adalah untuk mengajarkan kepada anak kalau lipan sangat berbahaya. Jenis peliharaan yang hanya bisa dilihat dan diamati dari jarak tertentu tanpa boleh menyentuhnya. Hal-hal rasional semacam inilah yang perlu ditekankan. Kita tidak boleh takut pada sesuatu hal yang tidak jelas alasannya. Banyak hewan yang aman untuk dipegang kok tetapi ada beberapa yang penanganannya perlu hati-hati. Pada akhirnya E-boy bisa mengetahui perbedaan antara keluwing dan kelabang (lipan) serta mana yang aman disentuh di antara keduanya.

Setelah memelihara cukup lama, saya memahami bahwa lipan ini tidak agresif. Cenderung mudah stres bila kandangnya tidak diberi air dan sesuatu untuk bersembunyi. Kami menambahkan serutan kayu agak banyak di dalam kandangnya. Tujuannya sih agar Lolo bisa mengubur badannya di dalam serutan kayu. Kalau ditempatkan di kandang begitu saja tanpa serutan kayu maka si Lolo akan berlarian dengan agresif. Antenanya akan bergoyang ke kiri dan ke kanan. Kasihan sekali melihatnya. Pakan Lolo sangat mudah. Hanya beberapa ekor ulat hongkong untuk jangka waktu yang lama (kira-kira satu minggu). Suami sempat dinas ke luar kota selama satu minggu. Dan saya pun mau tak mau merawat Lolo. Ngerriiiiiiiiiii............! Tugas saya hanya memberi beberapa tetes tapi sudah membuat bulu kuduk berdiri. Tidak sekali suami pergi dinas luar, seminggu kemudian pergi dinas luar lagi. Aduuuuuhhh..... Seraaaamm.... Mau dibiarkan begitu saja kok ya kasihan....

Kurang lebih karakter lipan ini seperti kalajengking (kalajengking peliharaan kami habis dimakan semut), bukan hewan yang offensive tapi hewan yang defensive. Lebih suka bersembunyi dan menghindari manusia. Akhirnya daripada saya bingung lagi ketika suami dinas luar..., maka kami memutuskan untuk melepaskan Lolo ke alam liar. Selama dua bulan kami memelihara Lolo, tanpa terluka, tanpa terkena racun. Lolo dalam kondisi sehat dan utuh. Pelepasan ini tentu kami diskusikan juga dengan anak. E-boy dengan lapang dada merelakan peliharaannya bebas di alam liar. Setiap kali kami melewati daerah di mana Lolo dilepas, pasti E-boy berkata "Lolo nya cari makan ya...". Tidak ada raut wajah sedih. Mungkin ini kali terakhir kami memelihara aneka hewan, cukup dengan kucing dan landak mini saja. Tetapi semoga ada tambahan anggota keluarga baru... Doakan yaa....

Minggu, 02 September 2012

Sebuah Kekonyolan yang Harus Disyukuri

Pagi di 6 Juli 2012, saya melihat kondisi hamster dan kura-kura sesaat setelah bangun tidur. Memberi makan dan minum dan melihat apakah perlu mengganti serutan kayu. Kucing menjadi hak asuh suami, kecuali bagian memandikan dan menyisir rambut Dodo. Ada rasa tidak enak saat melihat kandang hamster yang berisi dua ekor: Hamora dan Hambaba. Saya memutuskan untuk mengganti serutan kayu untuk semua hamster. Saat itu total hamster adalah 5 ekor. Bukan jumlah yang banyak sebenarnya. Saat mengganti serutan kayu, saya melihat ada beberapa daerah yang lebih basah dan berwarna merah segar. Saya tidak terlalu curiga, tidak berfikir bahwa itu adalah darah.

Sejak awal saya sudah percaya diri (sok kepedean kayaknya) kalau Hamora dan Hambaba itu sama-sama jantan. Dan tidak cek ricek lagi. Dibiarkan aja keduanya dalam satu kandang hingga pagi itu suami protes "eh ini kok gendut banget ya??". Wuaaaahhh langsung panik nih dan memang iya itu perut gedeee banget. Saya segera cari wadah krupuk bekas lagi. Saya siapkan tempat yang cukup nyaman. Jam 12 siang, lahirlah 7 ekor bayi hamster seukuran kuku jempol. Kepala keliyengan, membayangkan rumah ini akan dipenuhi 12 hamster. Tetapi nyawa haruslah dipertahankan. Kekonyolan dalam menentukan jenis kelamin di awal kelahiran Hamleta harus disyukuri.

Berbekal pengalaman kalau peluang hidup bayi hamster itu berkisar 70 persen, maka kali itu saya benar-benar super telaten dalam merawat 7 bayi yang baru lahir. Dua kali merawat bayi-bayi hamster, jumlah hamster yang mati adalah 30 persen dan biasanya karena albino. Bayi-bayi hamster yang lahir di bulan juli itu pun ada kemungkinan albino. Sejak awal saya sudah membuat suasana gelap (hamster sensitif terhadap cahaya dan termasuk hewan nocturnal/aktif di malam hari). Kandang Hambaba saya selubungi dengan sarung warna gelap. Minuman dan makanan saya buat berlimpah. Tidak sekalipun saya mengganggu, hanya sesekali melihat dan menghitung jumlah bayi hamster yang ada.

5 bayi hamster yang bertahan
(yang dilingkari adalah Hamunthil, paling mini)
Sampai hari ke-5, jumlah bayi hamster masih utuh 7 ekor dan saya pun segera sadar bahwa 3 ekor yang albino. Saya takut ketiganya mati begitu saja. Tidak ada yang bisa saya lakukan, semua hamster masih belum bisa dipisah. Hari ke-7, satu dari bayi albino mati. Sedih sekali rasanya. Hari ke-9, saya memutuskan untuk menggilir waktu menyusu. Bayi-bayi albino saya tempatkan terpisah dengan bayi-bayi normal. Kalau sebelumnya, saya memulangkan bayi-bayi albino kepada induk dan bayi-bayi lainnya, tapi tidak untuk yang kali ini. Justru induknya yang saya pindah-pindah kandang per 2-3 jam.

Sayangnya cara saya ini tidak sepenuhnya berhasil. Hari ke-11, satu bayi albino mati lagi. Hanya tinggal seekor saja tapi saya tetap konsisten memisah kandang dan tetap dalam suasana gelap. Hari ke-15, saya paksa bayi-bayi hamster normal untuk mandiri tanpa air susu induknya. Hari ke-18 ketika saya yakin si bayi albino berhasil hidup (mata sudah terbuka dan mampu mencerna makanan padat),, semuanya saya pertemukan dalam satu kandang. Deg-deg ser jantung saya selama merawat hamster albino ini karena sempat perutnya buncit sekali, seolah terjadi masalah pencernaan.

Hamunthil, si leucism
Alhamdulilah sekarang semuanya sehat. Meski si albino itu berukuran paling kecil. Dari 7 ekor bisa saya pertahankan 5 ekor. Berhasil dapat satu albino pula. Senaaaaaannnggggg bukan main. Tapi kok mata albino tidak berwarna merah? Akhirnya saya tanya ke teman-teman sesama penyuka hamster. Ternyata hamster putih saya ini mengalami kelainan genetis yang disebut leucism. Yaitu suatu kelainan yang menyebabkan pigmen tidak bekerja. Sekarang total hamster saya ada 10. Namanya: Hamurabi, Hambulang, Hamora, Hambaba, Hamunthil, Hamburtam, Hamantik, Hamcola, Hambuwi, dan Hamleta. Setiap malam berisik dengan suara cicit hamster. Membuat suasana rumah menjadi lebih ramai.

Tidak ingin mengulangi kekonyolan yang sama, 5 bayi hamster yang berhasil bertahan hidup saya cek berkali-kali jenis kelaminnya. Ternyata saya hanya punya 3 betina yaitu: Hambaba, Hamleta, dan Hamunthil. Semoga saja jumlah hamster tidak lagi bertambah secara ajaib. Untuk sementara, rumah ini sudah sangat ramai dengan seekor kucing dan 10 hamster. Meski berbeda jenis, hamster dan kucing yang saya rawat bisa hidup berdampingan dengan rukun. Bahagiiiaaaaanya :)

Jumat, 08 Juni 2012

Bayinya Piyo Piyo TongTong

Cerita penemuan kalajengking pernah saya tulis di Piyo Piyo TongTong.  Dulu kami mengira kalajengking ini masih kecil dan bisa berkembang dengan tubuh yang berukuran lebih besar. Panjang Piyo Piyo sedikit lebih besar bila dibandingkan dengan diameter tutup botol minuman ringan. Hingga kini pun ukurannya tetap. Setelah kami temukan dan kami putuskan untuk memeliharanya, Piyo Piyo pernah kelihatan sangat gendut. Bagaimana tidak?? Dalam sehari dia bisa menghabiskan 6 ulat hongkong. Sangat lahap lah untuk ukuran binatang sekecil itu.

rumah baru Piyo Piyo

gendut sekali ya?!


Ketika suami melakukan perjalanan keliling Jateng-Jabar, praktis semua hewan hanya saya yang mengurus. Termasuk si Piyo Piyo. Saya dibuatnya frustasi. Setiap ulat hongkong yang saya berikan, tidak disentuhnya. Bahkan saya menyuapi Piyo Piyo, pun tidak dimakan yang namanya ulat hongkong itu. Sebal, jengkel, kuatir jadi satu. Hanya tetesan-tetesan air saja yang rutin saya berikan selama satu minggu kepergian suami ke luar kota. Dua hari setelah suami pulang (dan dia mau makan setelah suami memberi seekor ulat hongkong), Piyo Piyo kelihatan seperti kalajengking sekarat. Di bagian tepi tubuhnya kiri dan kanan terdapat serabut-serabut berwarna putih susu. Suami yang pertama kali tahu langsung komplain ke saya. Justru saya langsung lonjak-lonjak ngeri. Antara merasa bersalah dan jijik. Takut aja hewan satu ini sudah mati dan mungkin keluar belatungnya, mengingat selama satu minggu tak mau makan. Mana suami komplain-nya kek nuduh saya gak kasih makan. Sekarang kalau saya ingat itu menjadi dongkol. Piyo Piyo mau makan hanya jika dari tangan suami.. huuuuu.. manja bener nih hewan betina!

Perlahan-lahan suami akhirnya menyadari kalau Piyo Piyo sudah punya anak. Hitungan sekilas sih 9 ekor. Esoknya, ketika ukuran belatung itu sudah sedikit mengalami perubahan, jumlahnya menjadi sekitar 11 ekor. Dan di detik ini, kami mengetahui jenis kalajengking apa yang telah kami pelihara. Yaitu dari golongan Euscorpius, mungkin Euscorpius flavicaudis, bila dicocokkan dengan ukuran dan warna tubuh Piyo Piyo. Masa gestasi (bahasa gaulnya: bunting) antara 10-14 bulan dengan jumlah anak maksimal 30 ekor. Jadiiii,,, ketika saya temukan,,, mestinya si Piyo Piyo sedang bunting. Tuhan melakukan banyak cara unik untuk melindungi makhluknya yang akan beranak-pinak. Digerakkan-Nya hati saya untuk mau memberi tempat tinggal dan makanan.

Jangan harap menemukan scorpling (anak kalajengking) seperti di sini dan sini. Itu gambar cakep bener. Jauh dari kata mengerikan. Di beberapa forum malah ada gambar induk kalajengking yang menggendong anak-anaknya. Piyo Piyo ini tidak! Sejak awal saya curiga, sepanjang perutnya bagian bawah memutih. Seminggu kemudian muncul serabut halus berwarna putih susu di bagian punggung dan di antara kaki-kakinya. Semakin hari serabut tersebut semakin membulat dan bertambah panjang. Kami tidak berani terlalu sering melihat, jadi di fase-fase ini tidak ada dokumentasinya. Takut sifat kanibalisme Piyo Piyo muncul. Kami tambahkan kertas yang agak besar sebagai naungan tempat bersembunyi. Jujur saya masih agak ngeri untuk melihat apa yang tersembunyi di balik kertas. Tapi demi janji kepada seorang teman, saya kumpulkan keberanian dalam diri. Dan ini foto bayinya Piyo Piyo yang ternyata berjumlah 14 ekor.

Piyo Piyo kembali langsing tapi sedikit agresif

bayi Piyo Piyo yang sudah lucu, tidak mengerikan lagi
Punya peliharaan yang sedikit ekstrim ini memang menuntut kita untuk banyak membaca forum. Mengetahui dengan pasti bagaimana handling-nya, resikonya, dan juga karakternya. Kita takut justru karena kita tidak banyak tahu. Akhirnya saya tahu sendiri bagaimana karakter kalajengking sesungguhnya. Dia tergolong hewan yang pemalu sebenarnya. Lebih suka bernaung, bersembunyi dan bukan jenis binatang yang akan menyerang kita. Memang ada yang berbahaya karena sengatannya mematikan. Dan ada banyak juga yang seperti Piyo Piyo, dalam artian racunnya tidak berbahaya. Sengatannya seperti digigit nyamuk (deskripsi di wikipedia). Tetapi alam menyajikan banyak ciri unik untuk menyatakan seekor binatang itu berbahaya atau tidak. Secara umum bila hewan itu berwarna mencolok pastilah beracun (contohnya katak dan ular). Bentuk kepala juga menandai hewan itu beracun mematikan atau tidak (contohnya ular yang kepalanya berbentuk segitiga - sebut saja ular derik). Dan, untuk kalajengking, dia bisa diketahui mematikan tidaknya dari perbandingan stinger (ujung ekor) dan capitnya. Bila stinger lebih kecil dari capitnya (seperti Piyo Piyo) bisa dipastikan kalajengking itu memiliki racun yang lemah, tidak berbahaya sama sekali. Bila sebaliknya, stinger lebih besar dari capit maka kalajengking tersebut sangat berbahaya dan sebaiknya tidak dipelihara. Masih takut memelihara kalajengking?? Semoga tidak ya...

Satu lagi yang perlu diluruskan. Kalajengking ini menyukai lingkungan yang lembab. Untuk beranak pinak membutuhkan kelembaban yang pas. Terlalu kering bisa mati, terlalu lembab juga tidak akan berhasil beranak pinak. Repot kan? Dan ajaibnya si Piyo Piyo ini berhasil punya anak yang jumlahnya cukup banyak..

Minggu, 20 Mei 2012

Catatan Hari ke-13

Hamleta ketahuan hamil justru beberapa jam sebelum melahirkan. Saya berkesempatan memindahkannya ke tempat yang jauh lebih luas dan memberinya serutan kayu yang banyak. Enam ekor bayi hamster lahir dengan selamat. Namun sayang dua ekor mati setengah hari setelah dilahirkan. Asumsi saya sih karena tidak mendapat jatah susu. Maklum Hamleta masih indukan yang pertama kali melahirkan. Masih belum tahu apa yang harus dilakukan. Tidak tahu bagaimana menempatkan bayi-bayi hamster di puting-putingnya secara adil. Saya pun tidak berani berbuat apa-apa. Takut bayi-bayi ini malah dimakan induknya.

Kanibal?
Benar! Hamster adalah binatang yang bisa memakan sesamanya. Kondisi induk hamster yang membunuh anaknya sendiri hampir sama dengan kondisi postpartum deppression (PPD) pada manusia. Kondisi yang tenang, cukup makan, jauh dari gangguan adalah hal-hal yang sangat dibutuhkan induk hamster. Kembali ke cerita bayi-bayi hamster di atas. Tinggal empat ekor bayi hamster. Tiga belas hari ini saya memastikan Hamleta oke. Saya beri makan yang sangat berlimpah. Sesekali saya intip. Setelah itu saya berpura-pura tidak peduli pada mereka.


Hari ke-8, badan bayi-bayi hamster seukuran. Tetapi saya mulai merasa curiga dengan corak warna rambutnya. Ada dua yang putih mulus. Ini pasti albino. Pengalaman sebelumnya (bayi albino Hami Hami Maou Chan mati di hari ke-13) membuat saya menaruh perhatian khusus ke dua bayi albino ini. Hari ke-10 mulai terlihat perbedaan yang sangat signifikan. Akhirnya dengan berat hati saya memisahkan dua bayi yang normal dari Hamleta. Per beberapa jam saya kembalikan untuk menyusu. Itu pun dalam pengawasan ketat agar bayi albino tidak terinjak oleh bayi normal. Setelah menyusu, kedua bayi hamster sehat kembali ke dalam pengasuhan saya (seru juga loh).

Dengan perawatan yang saya lakukan tersebut. Tidak memperpanjang nyawa bayi hamster albino. Saya amati tidak ada perubahan sedikit pun. Bahkan mata yang seharusnya mulai terbuka di hari ke-10 tidak terjadi pada dua bayi hamster albino ini. Sedih sekali! Mata itu tampak cekung. Tak ada bola matanya. Hari ke-11, menjadi hari terakhir buat satu bayi albino. Saya mulai mencari informasi di beberapa forum. Ternyata memang benar kalau bayi hamster albino ini sangat rentan dan mudah sekali mati (sangat rentan terhadap cahaya). Saya masih sangat berharap pada bayi albino yang lainnya. Mungkin dengan perhatian Hamleta pada satu bayi akan bisa membuatnya hidup, meski buta.

Dua bayi hamster yang normal semakin gendut. Tingkahnya semakin lucu. Suka berkelahi sesamanya. Berebut kwaci atau makanan lain yang saya berikan (apel/milet/timun). Sungguh lucu melihat pipinya semakin menggembung berisi cadangan makanan. Bayi albino yang tinggal satu tampak lincah. Berlarian ke sana ke mari. Mulai berusaha makan apel. Saya sedikit lega karena bayi albino terlihat aktif. Sungguh di luar dugaan kalau sore ini (hari ke-13) dia mati. Padahal sebelumnya masih makan apel dengan lahap. Masih mau menyusu induknya.

Dan akhirnya dua bayi hamster normal telah kembali ke dekapan Hamleta seutuhnya. Gak pakai acara dipisah-pisah lagi. Banyak pelajaran berharga dari hamster. Dari caranya menyiapkan diri menuju proses melahirkan hingga bagaimana menyusun tempat tinggal yang sesuai dengan kebutuhannya selama menyusui. Sungguh tertampar rasanya kalau kita mengeluh capek, pegal, linu saat menyusui 3-4 jam. Padahal si Hamleta bisa menyusui bayi-bayinya nonstop 4 hari tanpa jeda. Dia makan dan minum saat menyusui. Pipi digembungkan maksimum dengan makanan. Gundukan makanan lain disimpan tak jauh dari sumber air dan tempat menyusui. Makan dan minum sambil menyusui. Yang jadi misteri adalah gimana urusan ke kamar mandi yak???

Selasa, 10 April 2012

Cinta Segitiga

Hampir satu bulan terakhir menjadi periode transisi buat kami semua. Perubahan secara besar-besaran. Sama-sama belajar mandiri untuk semua pihak. Hiburan satu-satunya buat kami adalah hewan peliharaan. Kehadiran Hami Hami Maou Chan dan anak-anaknya juga Piyo Piyo TongTong membawa suasana baru. Menyingkirkan sejenak kepenatan jiwa. Mengusir sesaat beban-beban dan tanggung jawab berat yang menggantung.

Akhirnya kami bisa juga merawat bayi-bayi hamster menjadi hamster remaja. Usianya saat ini sudah satu bulan. Dari seminggu yang lalu saya sudah bisa memastikan jenis kelamin dua anak Hami Hami tersebut. Semuanya jantan. Hamurabi dan Hambulang adalah nama yang kami berikan kepada dua anak hamster lucu itu. Perangai keduanya berbeda 180 derajat. Yang satu cerewet tapi cukup manis. Yang satunya tampak manis tapi usilnya luar biasa. Karena berbeda jenis kelamin dari induknya maka segera dipisah kandang antara induk dan anak sejak umur 3 minggu (ketika induknya tak mau menyusui anaknya lagi) yang lalu. Kehebohan segera terjadi ketika saya membelikan ibuk seekor hamster baru berwarna hitam dan putih. Hamleta namanya. Hamster betina yang harusnya ditempatkan satu kandang dengan Hami Hami. Apa daya karakter Hami Hami memang sangat soliter. Tak mau diganggu gugat dengan kedatangan hamster lain. Apalagi ukuran Hami Hami yang jauh lebih besar (baca: obesitas) dari Hamleta. Bisa-bisa Hamleta mati dihajar oleh Hami Hami.


Belum punya wadah krupuk bekas lain yang bisa dijadikan kandang buat Hamleta.... Terpaksa Hamleta dijadikan satu dengan Hamurabi dan Hambulang. Tidak mengapa kalau Hamleta nantinya bunting. Memang niat ibuk adalah memperbanyak hamster dengan corak warna yang bervariasi. Tentu menyatukan tiga hamster ini tidak mudah. Harus melewati proses aklimatisasi yang membutuhkan perhatian khusus. Pertarungan segera terjadi antara Hambulang dan Hamleta. Mengerikan! Hamurabi segera mendekat. Sebelum terjadi pertarungan yang lebih sengit lagi, saya ambil Hamurabi. Sekitar satu jam saya amati betul bagaimana Hamleta dan Hambulang berinteraksi. Hambulang meski lebih bulat ternyata kalah oleh si cantik Hamleta. Keduanya rukun dengan cepat. Ketika saya masukkan Hamurabi, ketegangan terjadi lagi. Hamurabi merayap terus mengejar Hamleta. Keduanya bertempur. Hamleta terluka di bagian perut sedangkan Hamurabi terluka di bagian kaki. Mata dan tangan saya tidak bisa lepas dari ketiga hamster ini. Kalau pertempuran terlalu seru, Hamurabi segara diambil. Kadang saya gemas dengan perangai Hamurabi yang agak galak ini. Saya colek-colek (sentil ringan) kepala Hamurabi. Ketika malam hari, saya pisahkan Hamurabi dari Hamleta dengan potongan kardus. Memberi kesempatan mereka untuk saling mengenal dari bau dan suara. Terkadang salah satu dari mereka lolos. Kalau sudah begitu pasti bertempur lagi.


Dua puluh empat jam kemudian keduanya sudah setengah akur. Saat tidur, saya ambil potongan kardusnya. Lama-lama Hamurabi bosan menyerang Hamleta. Hamleta pun sudah kelihatan lebih rileks. Tidak waspada lagi. Tidak bersikap penuh permusuhan seperti sebelumnya. Semakin diamati semakin lucu saja ketiga hamster kecil ini. Makin kocak. Dari waktu ke waktu semakin akur. Tampaknya Hambulang jatuh cinta pada Hamleta. Tetapi Hamleta lebih suka pada Hamurabi. Nah, si Hamurabi ogah ama Hamleta. Ribet dah kalau melihat ke kandang mereka. Kejar-kejaran gak juntrung. Cinta segitiga ini cukup menarik untuk diamati terus. Perilaku setiap hamster sangat unik dan kocak. Tanpa sadar bisa ketawa sendiri.

Dan bagaimana nasib Hami Hami yang obesitas? Jawabannya adalah DIET! Tidak ada lagi menu biji bunga matahari sejak dua hari yang lalu. Pakan hanya diberikan pada pagi hari (dari normalnya dua kali sehari). Saya buat lebih sibuk. Gerak terus... Salto terus...

Jumat, 06 April 2012

Piyo Piyo TongTong



Hasil dari beres-beres hari ini adalah seekor bayi kalajengking nan imut. Tiba-tiba dia ada di tembok. Suami segera menangkapnya dengan botol. Tidak lama kemudian..., kami menamainya dengan Piyo Piyo. E-boy berseru Piyo TongTong. Okelah... nama bayi kalajengking ini menjadi Piyo Piyo TongTong. Ini kali kedua kami menemukan seekor kalajengking. Kali ini reaksi kami berbeda dengan yang dulu. Waktu itu seekor kalajengking yang kami temukan segera kami bunuh karena ukurannya yang cukup besar. Lagipula saat itu E-boy masih sangat bayi, tingkat proteksi kami sedang ketat-ketatnya. Foto kalajengking dulu itu bisa dilihat di fb suami. Setelah dibunuh langsung menyesal...

Memelihara kalajengking berbeda dengan memelihara kucing atau hamster. Tidak bisa dielus-elus!! Hanya bisa ditengok-tengok saja dari jauh... Sepertinya untuk memelihara kalajengking juga perlu memelihara jangkrik. Loh apa hubungannya? Karena kalajengking bersifat karnivora. Ya.. hanya jangkrik dan ulat/larva kumbang yang dirasa aman sebagai pakan kalajengking. Semoga bayi kalajengking imut ini bisa tumbuh menjadi kalajengking dewasa...

[kelanjutan kisahnya ada di Bayinya Piyo Piyo TongTong]

Senin, 26 Maret 2012

Duka di Pagi Hari

Anak-anak Hami Hami tumbuh dengan sangat cepat. Di hari ke-10 dan ke-11 mata anak hamster terbuka, satu persatu. Tetapi hingga hari ke-12 ini, mata anak hamster yang berwarna putih polos tidak kunjung terbuka. Badannya paling kecil bila dibandingkan dengan yang lainnya. Pagi tadi saya mendapatkan laporan suami kalau anak hamster putih sudah lemas. Saya tengok, saya angkat, saya letakkan di telapak tangan. Memang iya. Lemas. Detak jantung lambat. Saya kembalikan ke induknya. Dengan harapan, hanya Hami Hami lah yang bisa merawatnya dengan cara yang tepat. Karena kondisi yang seperti itu, saya pindahkan kandang ke area yang sepi. Hami Hami dan ketiga anaknya berkumpul. Sepertinya damai sekali.

E-boy menemani saya memasak, kemudian saya minta E-boy memberi makan hamster dengan sepotong kacang panjang. Tiba-tiba terdengar suara berisik. Ternyata dua anak hamster yang sehat berebut makan kacang panjang. Saya ketawa gemas. Kacang panjangnya cukup untuk dimakan berempat, saya potongkan dengan ukuran yang lumayan. Gitu kok ya berebut toh... Berebut memang asyik ya?! Eh saya kok curiga, anak hamster putih tidak tampak. Gundukan serutan kayu yang biasanya keliatan bergerak. Ini sama sekali tak ada pergerakan. Tak ada kehidupan selain Hami Hami dan kedua anaknya. Saya bongkar-bongkar seluruh serutan kayu. Dan apa yang saya temukan??

anak hamster putih mati

Sedih sekali harus kehilangan satu anak hamster di pagi ini. Mudah-mudahan dua yang lain bisa terus bertahan sampai usia maksimum. Untuk mengobati duka di pagi hari ini, saya suka melihat video anak-anak hamster yang berebut kacang panjang. Berkali-kali sambil tertawa geli. Selamat menonton juga ya..


Tetap harus semangat melakukan banyak pekerjaan di minggu ini!

Kamis, 22 Maret 2012

Kau Ku takhluk-kan dengan Indah

Apa yang kita baca dan apa yang kita dengar belum tentu sesuai dengan kenyataan. Kebenaran tidak bersifat mutlak. Sering saya membaca kalau karakter hamster campbell itu galak dan suka menggigit. Memang beberapa hari setelah membawanya pulang, ada gelagat suka menggigit. E-boy juga menjadi korban. Tetapi saya tidak menyerah begitu saja. Bagaimana kita tahu peringai seekor hewan kalau kita tidak berkawan secara instensif. Sampai akhirnya Hami Hami beranak, 3 ekor bayi yang sangat lucu. Di berbagai forum saya membaca, bahkan ditulis dengan warna merah, kalau tidak boleh menyentuh hamster dan bayinya sampai usia 2 minggu. Apa dikata insting saya mengatakan... "Ini hamster tidak galak. Dia induk yang sangat hebat". Hari-hari pertama, saya memberikan pakan dalam jumlah sangat melimpah. Saya pindahkan kandang ke area rumah yang relatif sepi dan jarang dilalui. Setelah berumur satu minggu, saya tidak lagi tahan dengan kondisi serutan kayu yang mulai berbau dan sangat kotor (biasanya saya ganti tiap 3 hari sekali). Suami masih saja sangat protektif terhadap Hami Hami dan anaknya. Hari ke-8, saya pun nekad. Saya ganti serutan kayu dengan yang baru. Serutan lama saya ambil dengan mangkuk plastik kecil, kemudian saya taburkan serutan kayu baru yang banyak. Tak lupa memberi makan dalam jumlah sangat banyak. Hami Hami sepertinya lebih banyak punya me time. Tingkahnya salto ke belakang kembali ditekuni. Saya gemas, kuatir anak-anaknya terinjak dan terluka. Siang tadi, ke-imut-an anak hamster memukau. Tangan saya reflek mengambilnya (kalau ada suami pasti tidak bisa melakukannya, omelannya bikin telinga sakit). Seekor. Usianya baru 9 hari, gerakan sangat lincah, mata belum terbuka, tetapi sudah mulai makan apel dan milet yang saya sediakan buat Hami Hami. Luar biasa ajaib (Perkembangan hamster dari hari ke hari bisa diintip di sini dan sini yaa). Agak bergetar hati saya ketika menggembalikan anak hamster yang saya culik tadi... ternyata Hami Hami menyambutnya gembira, langsung disusui. Waaah saya makin besar kepala! Satu persatu anak hamster itu berada di telapak tangan saya. Bergantian! Barusan ini saya menyadari kalau si campbell milik saya tidak segalak pemikiran dan pengalaman orang. Perilaku suka menggigitnya sudah tak ada lagi. Saya bisa leluasa mengambilnya dari kandang tanpa mangkuk plastik. Demikian pula dengan anak-anak hamster, saya bisa mengambilnya tanpa sungkan. Mungkin Hami Hami sudah dalam kondisi sangat rileks. Perilaku suka menggigitnya di awal kedatangan bisa disebabkan oleh stres lingkungan dan juga sedang bunting. Jangan mudah percaya perkataan dan tulisan orang, buktikan dulu. Setidaknya analisa dengan kepala dingin dan hati nurani yang jernih...

Selasa, 13 Maret 2012

Hami Hami Maou Chan Beranak!

"Haaaa..... punya anak??!!", begitu jawab saya setengah sadar dengan muka bengong beberapa jam yang lalu. Pasalnya suami membangunkan saya di tengah malam... "Ve.. Ve.. Hami Hami punya anak!". Bagaimana saya tidak bengong,, kami itu belum membelikan pejantan! Saya langsung menengok Hami Hami dan memang benar ada bayi hamster yang masih merah!! Ada satu. Berarti saya membeli hamster yang sedang hamil!! Tak lama kemudian terlihat ada gerakan di bawah gundukan serutan kayu. Saya menduga ada dua bayi hamster. Kuatir juga dengan kondisi satu bayi hamster yang diabaikan oleh Hami Hami tapi saya dan suami tak bisa melakukan apa-apa. Hamster binatang soliter dan sangat teritorial. Bila stres atau kekurangan makan bisa-bisa memakan anaknya sendiri. Dia juga tahu mana anak yang sehat/bisa bertahan hidup dengan yang cacat/akan mati. Kami menemani Hami Hami cukup lama. Saya jadi tahu sendiri bagaimana Hami Hami melahirkan bayi ketiganya.


Sekitar empat hari belakangan saya memang curiga dengan kegiatan nesting alias nyarang yang dilakukan Hami Hami. Dia tampak lebih sibuk. Selalu membuat gundukan serutan kayu di tempat tertentu. Suka sekali menyimpan makanan dalam jumlah besar di gundukan serutan kayu lain. Dan perutnya menggendut luar biasa. Gitu itu saya masih suka iseng. Suka memporak-porandakan hasil kerja Hami Hami. Dan sangat suka mencolek-colek perut gendutnya dengan pensil. Semakin dia marah semakin puas saya menggodanya (jangan ditiru loh ya). Bahkan sehari kemarin saya masih berfoto-foto dengan si Hami Hami.

Hami Hami sehari sebelum melahirkan

Kemarin malam pun masih saya ajak bermain heboh. Jatuh berkali-kali dari tangan saya. Untungnya saya dalam posisi duduk jadi si Hami Hami tidak sampai jatuh fatal. Bagian perutnya masih suka saya pencet-pencet dengan gemas. Saya jadi merasa sangat bersalah. Saat saya tinggalkan kemarin malam, hanya dua bayi saja yang dirawat Hami Hami. Saya tak berharap banyak pada bayi hamster yang ditinggalkan sendirian tertutup serutan kayu, saya bahkan tak tahu apakah dia cacat atau sempurna. Tetapi pagi ini saya mendapatkan ketiganya berada di dalam dekapan Hami Hami, kelihatan segar. Suara cicitannya terdengar keras. Semoga bayi-bayi hamster ini bisa bertahan sampai besar nanti ya... Hmmm.... saya akan mendapatkan anak-anak hamster dengan corak warna yang seperti apa ya??

Minggu, 26 Februari 2012

Hami Hami Maou Chan

Siapa itu???


Hami Hami Maou Chan adalah penghuni rumah kami yang baru. Hamster betina yang lucu, imut, dan sangat aktif. Niat semula hanya jalan-jalan aja di pasar burung untuk memperkenalkan aneka satwa yang belum pernah dilihat E-boy. Beberapa kali menjumpai pejual hamster. Tak sedikitpun menarik minat kami. Hingga tidak sengaja melihat seekor hamster dengan corak yang lucu dan atraktif sekali. Hamster itu suka kayang (salto ke belakang). Suami langsung mengamati dan mencoba menggoda. Eh tetap lincah, tak ada rasa takut sedikitpun. E-boy girang bukan kepayang sampai-sampai hampir terjatuh ke dalam akuarium besar, rumahnya puluhan hamster (kalau sampai terjatuh,, berapa duit harus dikeluarkan sebagai biaya ganti kerusakan ya?!). Harga per ekor hamster murah, sepuluh ribu rupiah saja (malas nawar dah). Tak tega kan kalau menolak keinginan anak? Apalagi kami melihatnya sebagai peluang emas untuk mengajarkan tanggung jawab dan konsep cinta tanpa pamrih. Beli seekor dulu karena kami tidak yakin bisa merawatnya. Kalau memang gampang perawatannya, bolehlah nanti dibelikan seekor pejantan...

Setelah 24 jam.....
Masih saja berkutat membangun kandang yang te o pe. Agak menyesal juga kenapa kemarin tidak sekalian membeli kandang hamster beserta botol minumnya. Ternyata botol minum yang kami punya (bekas salah seekor kucing kami) sudah rusak. Sekatnya tidak berfungsi lagi sehingga air akan menetes hingga menggenangi dasar kandang Hami Hami. Sedih... Takut mati...

heboh membangun kandang Hami Hami

Kandang seperti foto di atas ternyata kekecilan! Hami Hami tidak bisa bergerak lincah. Setelah diperbaiki model apapun si botol minum tetap tidak bisa bekerja sempurna. Terpaksa kami menggunakan kardus mie instan dan menempatkan lempengan plastik mungil tepat di bawah botol minum. Sebenarnya cukup luas tetapi tidak aman. Subuh tadi ada beberapa tempat yang rusak/lubang. Hmmm... putar otak lagi.


Karena tidak bisa keluar lagi,, besok jadwal yang menanti sudah sangat padat akhirnya menempatkan Hami Hami di dalam wadah krupuk hehehe... Semoga bisa hidup terus... *belajar perawatan hamster dari eyang gugel*