Cerita penemuan kalajengking pernah saya tulis di
Piyo Piyo TongTong.
Dulu kami mengira kalajengking ini masih kecil dan bisa berkembang
dengan tubuh yang berukuran lebih besar. Panjang Piyo Piyo sedikit lebih
besar bila dibandingkan dengan diameter tutup botol minuman ringan.
Hingga kini pun ukurannya tetap. Setelah kami temukan dan kami putuskan
untuk memeliharanya, Piyo Piyo pernah kelihatan sangat gendut. Bagaimana
tidak?? Dalam sehari dia bisa menghabiskan 6 ulat hongkong. Sangat
lahap lah untuk ukuran binatang sekecil itu.
|
rumah baru Piyo Piyo |
|
gendut sekali ya?! |
|
|
Ketika suami melakukan perjalanan keliling Jateng-Jabar, praktis
semua hewan hanya saya yang mengurus. Termasuk si Piyo Piyo. Saya
dibuatnya frustasi. Setiap ulat hongkong yang saya berikan, tidak
disentuhnya. Bahkan saya menyuapi Piyo Piyo, pun tidak dimakan yang
namanya ulat hongkong itu. Sebal, jengkel, kuatir jadi satu. Hanya
tetesan-tetesan air saja yang rutin saya berikan selama satu minggu
kepergian suami ke luar kota. Dua hari setelah suami pulang (dan dia mau
makan setelah suami memberi seekor ulat hongkong), Piyo Piyo kelihatan
seperti kalajengking sekarat. Di bagian tepi tubuhnya kiri dan kanan
terdapat serabut-serabut berwarna putih susu. Suami yang pertama kali
tahu langsung komplain ke saya. Justru saya langsung lonjak-lonjak
ngeri. Antara merasa bersalah dan jijik. Takut aja hewan satu ini sudah
mati dan mungkin keluar belatungnya, mengingat selama satu minggu tak
mau makan. Mana suami komplain-nya kek nuduh saya gak kasih makan.
Sekarang kalau saya ingat itu menjadi dongkol. Piyo Piyo mau makan hanya
jika dari tangan suami.. huuuuu.. manja bener nih hewan betina!
Perlahan-lahan
suami akhirnya menyadari kalau Piyo Piyo sudah punya anak. Hitungan
sekilas sih 9 ekor. Esoknya, ketika ukuran belatung itu sudah sedikit
mengalami perubahan, jumlahnya menjadi sekitar 11 ekor. Dan di detik
ini, kami mengetahui jenis kalajengking apa yang telah kami pelihara. Yaitu dari golongan
Euscorpius, mungkin
Euscorpius flavicaudis,
bila dicocokkan dengan ukuran dan warna tubuh Piyo Piyo. Masa gestasi
(bahasa gaulnya: bunting) antara 10-14 bulan dengan jumlah anak maksimal 30 ekor. Jadiiii,,, ketika saya temukan,,, mestinya si Piyo
Piyo sedang bunting. Tuhan melakukan banyak cara unik untuk melindungi
makhluknya yang akan beranak-pinak. Digerakkan-Nya hati saya untuk mau
memberi tempat tinggal dan makanan.
Jangan harap menemukan scorpling (anak kalajengking) seperti di
sini dan
sini.
Itu gambar cakep bener. Jauh dari kata mengerikan. Di beberapa forum
malah ada gambar induk kalajengking yang menggendong anak-anaknya. Piyo
Piyo ini tidak! Sejak awal saya curiga, sepanjang perutnya bagian bawah
memutih. Seminggu kemudian muncul serabut halus berwarna putih susu di
bagian punggung dan di antara kaki-kakinya. Semakin hari serabut
tersebut semakin membulat dan bertambah panjang. Kami tidak berani
terlalu sering melihat, jadi di fase-fase ini tidak ada dokumentasinya. Takut sifat kanibalisme Piyo Piyo muncul. Kami
tambahkan kertas yang agak besar sebagai naungan tempat bersembunyi.
Jujur saya masih agak ngeri untuk melihat apa yang tersembunyi di balik
kertas. Tapi demi janji kepada seorang teman, saya kumpulkan keberanian
dalam diri. Dan ini foto bayinya Piyo Piyo yang ternyata berjumlah 14
ekor.
|
Piyo Piyo kembali langsing tapi sedikit agresif |
|
bayi Piyo Piyo yang sudah lucu, tidak mengerikan lagi |
Punya peliharaan yang sedikit ekstrim ini memang menuntut kita untuk banyak membaca forum. Mengetahui dengan pasti bagaimana handling-nya, resikonya, dan juga karakternya. Kita takut justru karena kita tidak banyak tahu. Akhirnya saya tahu sendiri bagaimana karakter kalajengking sesungguhnya. Dia tergolong hewan yang pemalu sebenarnya. Lebih suka bernaung, bersembunyi dan bukan jenis binatang yang akan menyerang kita. Memang ada yang berbahaya karena sengatannya mematikan. Dan ada banyak juga yang seperti Piyo Piyo, dalam artian racunnya tidak berbahaya. Sengatannya seperti digigit nyamuk (deskripsi di wikipedia). Tetapi alam menyajikan banyak ciri unik untuk menyatakan seekor binatang itu berbahaya atau tidak. Secara umum bila hewan itu berwarna mencolok pastilah beracun (contohnya katak dan ular). Bentuk kepala juga menandai hewan itu beracun mematikan atau tidak (contohnya ular yang kepalanya berbentuk segitiga - sebut saja ular derik). Dan, untuk kalajengking, dia bisa diketahui mematikan tidaknya dari perbandingan stinger (ujung ekor) dan capitnya. Bila stinger lebih kecil dari capitnya (seperti Piyo Piyo) bisa dipastikan kalajengking itu memiliki racun yang lemah, tidak berbahaya sama sekali. Bila sebaliknya, stinger lebih besar dari capit maka kalajengking tersebut sangat berbahaya dan sebaiknya tidak dipelihara. Masih takut memelihara kalajengking?? Semoga tidak ya...
Satu lagi yang perlu diluruskan. Kalajengking ini menyukai lingkungan yang lembab. Untuk beranak pinak membutuhkan kelembaban yang pas. Terlalu kering bisa mati, terlalu lembab juga tidak akan berhasil beranak pinak. Repot kan? Dan ajaibnya si Piyo Piyo ini berhasil punya anak yang jumlahnya cukup banyak..