Jumat, 12 April 2013

Eskalator: Emergency Stop Button

Hari ini dimulai dengan kelabakan!
Harus berangkat jam 7 pagi tet. Selain menyiapkan kepergian suami bekerja, saya pun harus berkemas untuk keperluan seharian saya+E-boy+nenek di jalan. Hari ini kami ada janji dengan dua dokter dan melihat pameran lukisan di Hotel Aria MOG (ceritanya ada di sini).

Arus lalu lintas yang padat (yah seperti biasanya lah) membuat kami sedikit terlambat di dokter yang pertama. Dokter kedua sih aman karena saya dapat antrian nomer tiga. Urusan periksa selesai. Masih sekitar jam 10 pagi, cukup pagi sebetulnya untuk bisa menghabiskan waktu di Hotel Aria MOG menikmati lukisan satu per satu.

Ternyata E-boy agak rewel. Saya sentuh dahinya dan terasa agak hangat. Waduh.... rencana belanja di MOG pun urung. Nenek dengan serta merta menggendong cucu tersayangnya. Kami buru-buru meninggalkan lokasi pameran. Menuju tempat parkir.

Kenapa bukan saya yang menggendong E-boy? Karena masih di bawah pengaruh obat bius *mewek*. Saat akan menaiki eskalator, ada firasat kecil. Kepala saya tertunduk mengamati tangga berjalan. Sekelebat "waduh rok panjang bisa tertarik/terjebak tangga berjalan nih". Kami menggunakan eskalator. Nenek tetap menggendong E-boy.

Lokasi Emergency Stop Button ada dua yaitu di awal dan di akhir eskalator (terletak di dekat lantai)

penampakan Emergency Stop Button

Kalau di awal saya merasa rok sayalah yang akan tersangkut, ternyata dugaan saya salah. Rok nenek yang tertarik. Memang sih ada satpam yang langsung membantu kami. Tetapi bantuannya tidak efektif. Hanya sebatas menarik-narik rok nenek yang semakin tersangkut.

Jujur saya memaki "goblok!!" melihat satpam itu. Tetapi untungnya gak sampai keluar dari mulut saya. Makian itu tertahan ada di dalam hati saja. Buru-buru saya mencapai anak tangga terakhir. Saya tekan tombol "STOP" dan akhirnya rok nenek bisa terlepas. Sungguh bersyukur saya mempelajari per-eskalator-an ini jauh-jauh hari.

Eskalator atau tangga berjalan biasanya didesain dengan tingkat keamanan yang cukup kok. Ada Emergency Stop Button di dua tempat, yaitu di bagian bawah (dekat lantai) permulaan dan ujung akhir eskalator. Tombol berwarna merah ini bila ditekan sewaktu-waktu akan bisa menghentikan eskalator. Bagi yang hobi nge-mall, ada baiknya suka mengamati eskalator dan menghafal letak Emergency Stop Button tersebut.

Jadi, kelak di kemudian hari bila Anda menyaksikan sesuatu yang bahaya di eskalator, misalnya sepatu/baju yang tertarik/terjepit di tangga berjalan, segera cari dan tekan tombol "STOP" yaaa.... Sehingga kecelakaan yang fatal bisa dicegah.

Selasa, 09 April 2013

Lene Marlin: Curhatan Mama Galau

Edisi ingin cuap-cuap mengeluarkan uneg-uneg. Di antara semrawutnya pikiran. Haaaaaa.... Jarang loh saya menuliskan hal-hal yang bersifat pribadi kek gini. Bisa dikatakan apa yang akan saya tulis ini adalah "nyampah"

So segera tutup aja kalau gak mau baca lebih lanjut.

Boleh lah saya dikategorikan galau. Tingkat akut! Betapa tidak,, dengan berbagai himpitan dan keterbatasan yang ada saat ini,, kondisi badan gampang sekali drop. Mulai dari kram perut, berganti dengan keluhan migrain. Disusul dengan sakit gigi. Dan terakhir ini dirasakan tidak lebih ringan: Carpal Tunnel Syndrome. Mau nenggak berapa butir pil lagi haaaa?

Seharian ini tangan sebelah kanan nyeri luar biasa. Mulai dari lengan atas sampai jari-jemari, terutama jempol dan telunjuk. Tersentuh sedikit saja sudah membuat meringis. Doh... rasanya seperti ditusuk-tusuk ribuan jarum. Cukup lelah menahan nyerinya. Memang seharian ini saya memutuskan tidak lagi menenggak pil anti nyeri itu! "kita putus! bye!

Sudah dielus-elus ringan suami tapi tak membaik. Akhirnya beliau tertidur setelah terjadi percakapan berikut: [S: suami, I: istri]
I: "duh sakitku ini nggak keren ya?"
S:"ya keren lah.. coba kalau kamu sakit panu pasti lebih tersiksa"
I: "lah kan panu gak terasa sakit, paling cuma gatal dikit aja"
S: "yo iso2 awakmu sakit mental gara-gara panu"
Ketawa garing deh saya... Baiklah ini penyakit keren deh, berangkat dari pemikiran tersebut maka dipaksa juga buat ngetik curhatan ini.

Eh tapi tau nggak? Sebelum ke dokter tadi pagi, saya nemu harta karun berupa mp3 player jaman tahun gak enak. Isinya luar biasa menakjubkan! Ada satu lagu nyempil, OST nya drama asia berjudul Twin Sisters. Judul lagunya Disguise. Enak banget!! banget!! banget!!

Lagu tersebut juga hasil pencarian suami di Jepang tahun 2008-an. Meraba-raba. Sulit juga mencarinya karena gak tahu judul lagunya, gak tahu siapa penyanyinya. Begitu menemukannya langsung dimasukkan ke mp3 player. Jaman itu dan jaman sebelum itu (saat dramanya diputar di tv) saya mengira lagu itu dinyanyikan orang asia. Gak nyangka kalau ternyata penyanyi aslinya adalah seorang bule bernama Lene Marlin.

Dari hasil berselancar barusan malah saya menemukan youtube-nya. Coba deh didengarkan:

dan liriknya adalah:

Have you ever felt some kind of emptiness inside
You will never measure up, to those people you
Must be strong, can't show them that you're weak
Have you ever told someone something
That's far from the truth
Let them know that you're okay
Just to make them stop
All the wondering, and questions they may have
I'm okay, I really am now
Just needed some time, to figure things out
Not telling lies, I'll be honest with you
Still we don't know what's yet to come
Have you ever seen your face,
In a mirror there's a smile
But inside you're just a mess,
You feel far from good
Need to hide, 'cos they'd never understand
Have you ever had this wish, of being
Somewhere else
To let go of your disguise, all your worries too
And from that moment, then you see things clear
I'm okay, I really am now
Just needed some time, to figure things out
Not telling lies, I'll be honest with you
Still we don't know what's yet to come
Are you waiting for the day
When your pain will disappear
When you know that it's not true
What they say about you
You could not care less about the things
Surrounding you
Ignoring all the voices from the walls
I'm okay, I really am now
Just needed some time, to figure things out
Not telling lies, I'll be honest with you
Still we don't know what's yet to come
I'm okay, I really am now
Just needed some time, to figure things out
Not telling lies, I'll be honest with you
Still we don't know what's yet to come
Still we don't know what's yet to come
Still we don't know what's yet to come

Penuh arti ya liriknya?! Lumayan membuat nyeri di tangan kanan mereda. Membuat perasaan saya membaik. Dan terlebih-lebih saya masih bersyukur kepada Allah SWT yang masih tetap sayang... di antara kekalutan ini masih saja banyak kebahagiaan dan rezeki yang saya terima... Ya... Anda-Anda semua yang setia membaca blog saya (juga blog ERDI tentunya) menjadi bagian terindah dari yang saya punya..

Terima Kasih dan Selamat Malam


Senin, 08 April 2013

Berpetualang di Galeri Raos Batu

Dikelillingi oleh lukisan-lukisan menjadi kebiasaan selama 6 tahun terakhir. Berbagai pameran lukisan sekitar Malang-Surabaya sudah dinikmati. Mulai dari acara pembukaan pameran lukisan yang biasa-biasa saja hingga acara yang rada ekstrem semacam mempertontonkan body painting dengan model perempuan telanjang adalah lumrah.

di depan galeri, susah berpotret di sini karena posisinya di pinggir jalan

Darah seni (terutama seni lukis) mau tak mau menurun juga pada E-boy. Belum genap tiga tahun, E-boy bermain-main dengan cat minyak. Menghasilkan beberapa lukisan dalam kanvas berukuran kecil. Rasanya tak genap bila tidak mengajak si ganteng E-boy ke sebuah pameran seni. Kebetulan ajakan ke pameran seni datang dari neneknya E-boy.

Tanggal 23 Maret - 6 April 2013 yang lalu kami mendatangi pameran seni di Galeri Raos yang terletak di Jl. Panglima Sudirman no.6 Batu. Gratis! Hanya perlu menyisihkan uang Rp. 5.000,- untuk membeli katalog. Berikut dokumentasi yang berhasil didapatkan:

suasana di dalam galeri, tenang ya (padahal ramai juga pengunjungnya)

E-boy dan lukisan berjudul "Melihat wajah sejarah"

"Cerita Payung"
Entah mengapa hasil jepretan suami tidak sebagus biasanya. Padahal kamera dalam kondisi fit. Hasil foto-foto beberapa menit sebelumya masih bagus dan sangat tajam. Saya berasumsi mungkin karena pencahayaan di ruangan galeri ini yang mempengaruhi hasil jepretan kamera.

Pertama kali memasuki galeri, pandangan mata saya jatuh ke seorang gadis berpayung. Segera saya meminta suami untuk memotretkan saya dan E-boy di depan gadis berpayung. Tidak menyangka hasilnya begitu seram. Gadis tersebut seperti penampakan ya?! Ternyata inilah yang disebut seni instalasi. Dari lukisan dua dimensi digabung dengan payung (benda tiga dimensi) menghasilkan sesuatu yang seolah-olah hidup. Bravo! Suka sekali dengan karya Mas Iwan Yusuf ini.

Saya kutip tulisan menarik dari katalog:
Rumah adalah tempat kita bernaung. Tempat berlindung dari terik matahari dan curah hujan. Namun tidak sekedar itu saja, rumah merupakan ruang untuk mempersatukan keluarga. Membangun sebuah suasana untuk saling menyatu dan berbagi. Sumringah dan buramnya rumah tergantung pula bagaimana si penghuni dalam 'mewarnainya'.
Apapun bentuk rumahnya, semua hanya mengacu pada satu titik, rumah itu selayaknya mampu membangun suasana yang menyenangkan dan menenangkan.

Yang jelas seharian itu bisa mengobati kerinduan saya akan sebuah pameran seni. Sudah hampir 4 tahun tidak bergentayangan di dunia ini. Karena proses kehamilan-melahirkan-menjadi ibu baru. Senang bisa kembali memulai berpetualang ke pameran seni lagi. Semoga beberapa hari ke depan bisa menuliskan tentang pameran lukisan di Gedung Kesenian Malang, dalam rangka hari ulang tahun Kota Malang (yang semakin sesak). Sangat ingin mengunjungi acara tersebut! Ada lukisan nenek E-boy loh. Berdoa saja agar kesehatan saya kembali membaik. Mohon Doa-nya yaa Teman...

[cerita lengkap seharian ini bisa diintip di Berlibur Sederhana dalam Bahagia]

Selasa, 02 April 2013

[DIY] Organizer Bag

Melihat tumpukan sampah setelah beberes rumah itu meninggalkan rasa bersalah. Tak ingin menambah jumlah sampah yang harus diurai bumi tercinta, saya akhirnya tidak melempar beberapa barang ke tong sampah. Barang tak terpakai seperti tas jaman kuliah dan tas spunbond diolah menjadi barang bermanfaat lainnya, yaitu sebuah organizer bag.

tas jaman kuliah yang sudah kusam dan tas spunbond gratis

Organizer bag?? Itu tuh tas yang punya banyak ruang untuk menyimpan aneka barang bawaan saat bepergian. Saya dulu tidak membawa banyak barang saat pergi. Tetapi ketika punya anak, ya Allah, kenapa ya membengkak tiada terkira?! Botol minum wajib dibawa. Dan botol minum rentan terguling kemudian isinya menggenangi tas kesayangan.

Mau mengeluarkan uang untuk membeli organizer bag juga malas. Maklum emak irit semacam saya ini bisa dikatakan pelit. Kalau bisa membuat sendiri ya buat sendiri aja. Ngapain harus beli?! Kita hanya perlu menyisihkan waktu beberapa menit saja kok (1-2 jam). Benar-benar tidak mengeluarkan biaya loh. Tetapi manfaat yang didapat luar biasa!

sederhana kan? ruang-ruang bisa dibuat sesuai kebutuhan

organizer bag yang terisi penuh dan siap diaplikasikan ke tas-tas kesayangan

Mudah saja membuat organizer bag sederhana seperti foto di atas. Alat yang dibutuhkan sekedar jarum, gunting, dan benang. Buang bagian pegangan pada masing-masing tas. Kemudian tas spunbond dipotong menjadi dua bagian yang sama besar. Dari masing-masing bagian tas spunbond dijahit menjadi beruang-ruang yang besar kecilnya ruang disesuaikan dengan kebutuhan.

Yang agak sulit adalah menjahit spunbond yang telah beruang-ruang ke dalam tas yang akan dijadikan organizer bag. Triknya adalah menggunakan double tape. Ketika sudah menempel, kita bisa menjahitnya dengan damai sentosa tanpa masalah (bergeser-geser). Saat yang paling menegangkan adalah ketika memasukkan semua bawaan ke dalam organizer bag.

Sungguh puas rasanya ketika semua barang masuk dengan sempurna. Tidak berantakan. Memudahkan saat mengambil dan mengembalikan barang ke dalam tas. Hati saya semakin sumringah saat mengaplikasikan organizer bag ini ke dalam tas kesayangan. Rapi jali. Tidak ada kesulitan saat mencari kunci rumah, hape, dompet, bolpen dll. Botol minum berdiri tegak tanpa insiden tumpah.

Love! Love it!