Jumat, 21 September 2012

Tebak-tebakan

Bertemu lagi dengan yang namanya akhir pekan. Tapi,,, kali ini kelabu. Dari jumat pagi suami sudah berangkat. Pagi sekali! Saya sih memang sehari-hari berduaan saja dengan E-boy. Sepanjang pagi hingga menjelang tidur siang tidak ada sesuatu yang luar biasa. Tenang dan damai. Pokoknya ada berbagai sajian yang bisa dikunyah E-boy itu artinya saya bisa mengerjakan perkejaan rumah dengan lancar. Hingga siang-siang. Di waktu-waktu mengantuk mau tidur, E-boy mulai merengek gak jelas.

"bunda,,, Erdi mau lihat pus yang ada topinya, yang pakai sepatu, ada pedangnya, juga ada pistolnya"

Saya mencoba mengingat dan mencari tahu film apa yang diinginnkannya. Tom and Jerry bukan jawaban sempurna. Lalu saya putus asa. Dan sedikit bersikap keras.

"sudah, Erdi ini ngantuk. Bobo' sana. Nanti tanya ayah aja filmnya di mana"

Dan akhirnya E-boy menurut. Tertidur setelah saya peluk. Bangun tidur pun si bocah ganteng ini kembali meminta aneka sajian. Okelah tidak masalah. Sudah saya sediakan berbagai panganan sebagai senjata di akhir minggu kelabu besok. Sore menjelang pun adegan tadi siang kembali berulang. Tebak-tebakan gak jelas itu kembali membayangi saya. Hingga ayahnya pulang pun, kami masih belum tau apa yang diminta. Akhirnya ayahnya berkata "mungkin Puss in Boots".

Segera saya tunjukkan gambar Puss in Boots di internet. Dan E-boy pun segera menggangguk! Walah.... film ini kan sudah ditonton sebulan yang lalu. DVD-nya juga sudah dikembalikan ke rental. Terpaksa bunda mengunduh.. Semoga besok tidak rewel lagi dan sabtu saya tidak semakin kelabu!

Senin, 17 September 2012

Akhir Pekan Sempurna (catatan kegiatan bersih desa, sebuah usaha pelestarian budaya)

Woooooww!!!

Akhir pekan lalu merupakan salah satu akhir pekan spesial yang hadir dalam kehidupan kami. Hari sabtu kemarin kami punya agenda yang sangat panjang:
1. mengantar bapak ibuk manasik haji
2. ke Batu dengan acara
  • ngecek kondisi kebun
  • silaturahmi ke rumah pengelola kebun plus salah satu perangkat desa
  • kopdar dengan salah satu sahabat di alun-alun (playground) Batu
3. ke kampus untuk melakukan penjurian lomba foto
4. mampir ke mergosono

Ternyata tidak semua agenda bisa diwujudkan. Tidak jadi kopdar di alun-alun Batu karena ternyata bayi cantik sahabat saya sedang pilek (dagh dagh ke mbak Yo) dan kami kehabisan waktu. Sejak jam 8.30 pagi, kami sudah ada di Batu. Ternyata sedang ada acara bersih desa (kebetulan yang indah bukan?!). Saya yang lahir dan besar di kota, tidak pernah tau apa itu kegiatan bersih desa. Kunjungan pertama saya adalah ke rumah Pak Tomo, sudah seperti keluarga sebenarnya. Bapak ini adalah yang mengelola kebun. Yang ditanam selalu berganti-ganti antara jagung, bawang merah, strawberi, dan jambu merah.

pemandangan yang segar,, pohon jambu merah di belakang sana (belum terlalu banyak)

Rupanya kebun saat ini ditanami jambu merah dan strawberi. Keunikan ini pernah diliput oleh salah satu stasiun swasta, sebut saja R*TI. Mengapa unik? Karena hanya satu-satunya kebun jambu merah yang di antara pohon-pohon jambu tersebut terdapat ratusan polibag yang ditanami strawberi. Melihat betapa segarnya tanaman tersebut, mata saya berbinar-binar bahagia. Langsung saja saya berselancar di kebun, mengganti wedges dengan sandal japit (pinjam tentunya ya he he he).. Di depan kebun ada tanah punden, tempat diadakannya acara bersih desa.

pengalaman pedana E-boy memetik strawberi

kami beruntung bisa berfoto sebelum acara dimulai

Tak seberapa lama, bunyi kentongan bambu/kayu terdengar... Takjub saya mendengarnya!! Suara yang indah, suara yang tidak pernah saya dengar sebelumnya (di kota sih kentongan-nya dari besi). Oooo itu adalah tanda bahwa acara bersih desa segera dimulai. Penduduk berduyun-duyun menyunggi (membawa barang yang diletakkan di atas kepala) sebuah kotak semacam tampah yang ditutup dengan dun pisang. Senang sekali! Ramai..! Mereka semua menuju tanah punden di depan kami. Segera kami berbaur dengan penduduk desa ini.

Agak malu juga karena hampir semua orang mengamati kami yang tampak asing. Tetapi mau tak mau dan merasa menjadi penduduk desa ini, kami akhirnya mencoba untuk beramah tamah dengan beberapa orang. Setidaknya setiap mata yang mengamati kami, dijamin mendapatkan senyuman manis dari bibir saya, tidak tua-tidak muda, tidak lelaki-tidak perempuan, tanpa kecuali. Rentetan peristiwa pagi itu terekam dalam gambar dan video berikut. Silakan larut dalam acara bersih desa yaa....

masyarakat mulai berdatangan dengan menyunggi tampah berisi nasi dan lauk yang ditutup dengan daun pisang

                        semua sudah berkumpul, mulai ada kata pembuka

mercon dan kembang api sebagai tanda rangkaian acara bersih desa telah resmi dibuka
(kalau malam pasti terlihat lebih cantik)

sesepuh desa (yang dilingkari) memimpin acara, kemenyan dibakar
(rela deh berpusing-pusing ria dan sesak nafas)

sinden mulai bernyanyi tembang jawa diiringi gamelan

selain nyanyian jawa, ternyata ada tarian jawa

Benar dugaan saya, di acara bersih desa tersebut saya bisa bertemu dengan beberapa perangkat desa. Setelah acara bersih desa ditutup, kami mengobrol dengan beberapa perangkat desa. Sampai-sampai Pak Tomo mencari kami. Karena strawberi sekeranjang kecil sudah disiapkan (saat pulang sekantung penuh jambu merah menjadi buah tangan tambahan). Juga diwajibkan makan. Hmmmm.... nasi dengan lauk lengkap tersebut begitu menggoda. Enak banget.. nget.. nget.. Bukan saja karena gratis tetapi juga karena itu adalah makanan yang telah didoakan di punden (saat acara bersih desa).

jambu biji merah dan strawberi yang menjadi buah tangan
dalam satu pohon jambu biji merah terdapat dua bentuk buah dengan perbedaan ukuran dan tingkat kematangan yang berbeda

Di rumah Pak Tomo, juga ramai dengan anak-anak berumur 4 tahun. Teman dari cucu laki-lakinya. Kalau anak balita pasti juga ada ibunya. Sungguh sabtu kemarin itu saya mendapatkan banyak sekali pelajaran berharga. Suami yang ngobrol dengan Pak Tomo dan saya pada akhirnya harus menemani Erdi bermain dengan balita lain. Rupanya budaya mengancam, berteriak, dan berkata-kata kotor pada anak itu sudah sangat mendarah daging. Agak kaget sih tapi bagaimana pun juga saya adalah tamu. Tidak heran kalau balita-balita ini menjadi gampang menangis dan punya perilaku yang tidak jauh berbeda dari ibunya.

Saat bertamu ke rumah perangkat desa, Pak Dulaziz namanya, yang rumahnya tak jauh dari Pak tomo, saya sekali lagi bertemu dengan tipe ibu yang sedkikit menampar pipi saya. Gadis 5 tahun itu dibiarkan sendirian. Si ibu asyik chit-chat dan fb-an di kompie-nya. Sesekali memerintah. Ya Allah ini merupakan teguran halus! Indi, gadis cantik bermata bulat dan berkulit putih ini sangat menyentuh saya. Dia masih menjadi anak tunggal. Di matanya begitu hampa. Perintah demi perintah dialamatkan padanya.

Karena diperintah tanpa kata "tolong"-tanpa ucapan "terima kasih", terkadang Indi tidak melaksanakan perintah ibunya. Begitu tidak patuh, bentakan membahana. Refleks saya berkata "Mbak Indi, tolong mama diambilkan tissue ya sayang". Indi menatap saya takjub dan langsung beraksi mengambil apa yang diminta mamanya. Si mama memandang saya. Antara heran dan sedikit bingung. Saya hanya bisa tersenyum manis. Sungguh saya berjanji di dalam hati bahwa saya akan menjadi teman bermain buat Erdi, mengurangi jatah waktu online!

Rangkaian acara bersih desa rupanya masih panjang. Sayang arloji sudah menunjukkan pukul 11.30 siang. Pasti mahasiswa sudah menanti. Karnaval akan diadakan jam dua siang. Sayang seribu sayang kami tidak bisa menyaksikannya. Karnaval yang biasa saya lihat adalah karnaval yang dipenuhi dengan dandanan aneka rupa, aneka kreasi. Tapi karnaval pada acara bersih beda ini sangat berbeda. Dari informasi yang saya dapatkan, karnaval bersih desa ini hanya mengarak tumpeng raksasa ke seluruh desa dan ada beberapa pemuda yang berpenampilan dan memakai baju seperti punakawan.

Sesaat sebelum saya balik ke Malang, saya melihat ada seseorang yang saya yakini sebagai polisi. Lengkap dengan senjata api dibalik jaket yang dikenakannya (saya yakin ada dan terselip rapi!). Agenda setelah karnaval adalah tayuban. Di tayuban selalu disertai minuman keras. Bisa dipastikan banyak yang mabuk. Saya penasaran seperti apa sih tayuban ini. Tarian apa yang dibawakan. Bagaimana alunan musiknya. Dan bagaimana sih suasana tayuban. Kalau banyak yang mabuk, sangat dimungkinkan ada keributan dan masalah. Itu sebabnya hadir polisi siang itu. Apa dikata waktu tak bisa diajak kompromi.

gaya tidur siang E-boy selama di perjalanan

Tidak lama di kampus. Sekitar satu jam saja. Suami menyelesaikan urusan dan kembali kepada saya dan Erdi dengan begitu banyak makanan dan minuman. Oh! Rezeki berlipat ganda! Sore menjelang di rumah mama, saya masih santai-santai di kasur. Leyeh-leyeh gak jelas antara pening dan kelelahan. Suami sedang pergi menyelesaikan sebuah urusan. Terdengar bunyi tetabuhan ajaib. Berisik luar biasa. Segera saya, mama-papa, dan Erdi berlari ke teras. Waaaaooowww ini sih tandak bedhes alias pertunjukkan monyet (monyet dilatih untuk melakukan beberapa kegiatan manusia, misalnya bersepeda, menari, dll).

E-boy tertawa gembira menyaksikan pertunjukkan ini

Terbesit keinginan untuk mengajak monyet dan Erdi berfoto bersama. Tetapi sekilas saya melihat sedikit rasa marah di mata monyet itu. Jari mama dipegang dan ditekan agak dalam. Untung kuku si monyet sudah dipotong, kalau tidak tentu jari mama terluka. Batal deh mendekatkan Erdi dengan monyet itu! Sungguh melayang ke langit ketujuh ketika kita melihat anak kita tertawa dan bahagia. Seharian itu banyak hal luar biasa yang disaksikan kami bertiga. Alhamdulilah :)

Selasa, 04 September 2012

Uniknya Mudik dan Lebaran 2012

Tahun ini menjadi mudik kelima buat saya. Dari Malang menuju Surabaya. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, kami mudik selalu beberapa jam sebelum sholat ied. Karena memiliki anak di usia batita, kebutuhan yang saya persiapkan jauh lebih banyak. Sekitar lima tas. Satu tas untuk makanan dan minuman, satu tas untuk mainan E-boy, satu tas untuk persiapan sholat ied, satu tas untuk baju-baju ganti, dan satu tas tangan yang memuat segala keperluan mendadaknya E-boy. Dua hari sebelum 1 syawal, saya sudah melakukan banyak persiapan.

Ketika pemerintah mengumumkan kapan datangnya 1 syawal, segera saya melakukan tahap akhir perbekalan dan memasukkan ke dalam jeep. Sepanjang malam itu saya tidak bisa tidur, antara kelelahan dan mengingat apa-apa lagi yang harus dibawa. Hanya terlelap dua jam saja. Kemudian buru-buru bangun dan mandi. Berasa banget ya mandi jam 2 malam... (membeku rasanya). Di menit-menit terakhir menjelang keberangkatan, E-boy masih tidur. Tidak tega rasanya membangunkan. Akhirnya hanya dibangunkan sebentar untuk dipindahkan ke car seat. Inilah salah satu keuntungan punya car seat khusus buat balita. Car seat itu bisa diatur hingga menjadi tempat tidur mini. Cukup nyaman dan aman buat E-boy. Sepanjang jalan, E-boy tidur pulas berselimutkan selembar sarung.

E-boy sudah jadi santri cilik

penjaga gardu cilik
posisi car seat diatur kemiringan-nya











 
Tujuan utama untuk melaksanakan sholat ied adalah Surau Nurul Amin. Jangan tanya di mana alamat tepatnya. Saya tidak pernah berhasil menengok nama jalan yang tertera di depan surau. Lagipula kami memasuki area parkir masih cenderung gelap. Sekitar jam setengah lima atau jam lima pagi. Yang unik adalah bagunan surau ini yang sangat Indonesia. Tidak ada kubah sama sekali. Cenderung perpaduan antara bangunan Jawa dan Sumatra. Menunggu E-boy bangun cukup lama juga. Sudah lumayan terang langitnya. Akhirnya bangun dengan sendirinya. Saya gantikan pakaian tidurnya dengan baju khusus sholat, sarung+baju koko+kopyah. Kata nenek, E-boy berubah dari penjaga gardu ke santri cilik. Memasuki area sholat, lebih unik lagi loh. Banyak sekali balon yang terpasang. Tidak hanya balon tapi juga hiasan-hiasan berbentuk ketupat. Sungguh meriah dan sangat menyenangkan buat anak-anak.

Bentuk bangunan Surau Nurul Amin di sampul sekotak kardus berbentuk unik dengan isi beberapa butir buah kurma
Semua orang mengambil shaf, saya memutuskan di belakang saja dan di tepi bagian luar. Menjaga E-boy tidak melakukan hal-hal yang membuat orang lain terganggu. Juga menjaga agar E-boy tidak hilang dari pandangan mata. Sadar diri sih, di surau itu saya sangat asing, tempat berkumpulnya banyak orang dari berbagai daerah. Cukup was-was sebenarnya. Keunikan lain adalah adanya makanan dan minuman yang dibagikan setelah sholat ied (antri dulu). Sekotak kecil berisi kurma (wadahnya berbentuk lucu, dengan desain foto surau di bagian depan dan bunga matahari di bagian samping). Sekotak berisi ketupat yang sudah dipotong-potong lengkap dengan lauknya (semacam gulai). Sekotak lagi berisi pisang dan ketela rebus. Tak lupa apapun makanannya, minumannya adalah teh botol s*sro.. he he he...


Agenda setelah sholat ied adalah berkunjung ke sesepuh. E-boy punya dua buyut di Surabaya. Mendapatkan angpao (galak gampil istilah jawanya) adalah hal biasa, tetapi mendapatkan goodie bag di hari raya idul fitri adalah sesuatu yang seru. E-boy dapat double malah! Ini sih karena salah satu sesepuh sangat gemas luar biasa dengan kelincahan dan kelucuan E-boy, si balita bersarung dan berkopyah. Saya itu di rumah mbah buyut sangat cemas. Mbah buyut kan sudah sepuh sekali, jalan saja sudah sulit, begitu itu E-boy suka mencium-cium dan beraktivitas di sekitar tempat duduk mbahyut. Takut mbahyut terluka karena keaktifan E-boy yang sungguh-sungguh. Berkunjung ke mbah buyut satunya juga tak kalah hebohnya. E-boy bisa bermain seru-seruan dengan om-nya yang lebih tua 5 tahun. Meski kelelahan luar biasa, bisa dikatakan lebaran tahun ini sangat menyenangkan.

Cerita versi E-boy ada di Lebaran di Tahun 2012

Minggu, 02 September 2012

Sebuah Kekonyolan yang Harus Disyukuri

Pagi di 6 Juli 2012, saya melihat kondisi hamster dan kura-kura sesaat setelah bangun tidur. Memberi makan dan minum dan melihat apakah perlu mengganti serutan kayu. Kucing menjadi hak asuh suami, kecuali bagian memandikan dan menyisir rambut Dodo. Ada rasa tidak enak saat melihat kandang hamster yang berisi dua ekor: Hamora dan Hambaba. Saya memutuskan untuk mengganti serutan kayu untuk semua hamster. Saat itu total hamster adalah 5 ekor. Bukan jumlah yang banyak sebenarnya. Saat mengganti serutan kayu, saya melihat ada beberapa daerah yang lebih basah dan berwarna merah segar. Saya tidak terlalu curiga, tidak berfikir bahwa itu adalah darah.

Sejak awal saya sudah percaya diri (sok kepedean kayaknya) kalau Hamora dan Hambaba itu sama-sama jantan. Dan tidak cek ricek lagi. Dibiarkan aja keduanya dalam satu kandang hingga pagi itu suami protes "eh ini kok gendut banget ya??". Wuaaaahhh langsung panik nih dan memang iya itu perut gedeee banget. Saya segera cari wadah krupuk bekas lagi. Saya siapkan tempat yang cukup nyaman. Jam 12 siang, lahirlah 7 ekor bayi hamster seukuran kuku jempol. Kepala keliyengan, membayangkan rumah ini akan dipenuhi 12 hamster. Tetapi nyawa haruslah dipertahankan. Kekonyolan dalam menentukan jenis kelamin di awal kelahiran Hamleta harus disyukuri.

Berbekal pengalaman kalau peluang hidup bayi hamster itu berkisar 70 persen, maka kali itu saya benar-benar super telaten dalam merawat 7 bayi yang baru lahir. Dua kali merawat bayi-bayi hamster, jumlah hamster yang mati adalah 30 persen dan biasanya karena albino. Bayi-bayi hamster yang lahir di bulan juli itu pun ada kemungkinan albino. Sejak awal saya sudah membuat suasana gelap (hamster sensitif terhadap cahaya dan termasuk hewan nocturnal/aktif di malam hari). Kandang Hambaba saya selubungi dengan sarung warna gelap. Minuman dan makanan saya buat berlimpah. Tidak sekalipun saya mengganggu, hanya sesekali melihat dan menghitung jumlah bayi hamster yang ada.

5 bayi hamster yang bertahan
(yang dilingkari adalah Hamunthil, paling mini)
Sampai hari ke-5, jumlah bayi hamster masih utuh 7 ekor dan saya pun segera sadar bahwa 3 ekor yang albino. Saya takut ketiganya mati begitu saja. Tidak ada yang bisa saya lakukan, semua hamster masih belum bisa dipisah. Hari ke-7, satu dari bayi albino mati. Sedih sekali rasanya. Hari ke-9, saya memutuskan untuk menggilir waktu menyusu. Bayi-bayi albino saya tempatkan terpisah dengan bayi-bayi normal. Kalau sebelumnya, saya memulangkan bayi-bayi albino kepada induk dan bayi-bayi lainnya, tapi tidak untuk yang kali ini. Justru induknya yang saya pindah-pindah kandang per 2-3 jam.

Sayangnya cara saya ini tidak sepenuhnya berhasil. Hari ke-11, satu bayi albino mati lagi. Hanya tinggal seekor saja tapi saya tetap konsisten memisah kandang dan tetap dalam suasana gelap. Hari ke-15, saya paksa bayi-bayi hamster normal untuk mandiri tanpa air susu induknya. Hari ke-18 ketika saya yakin si bayi albino berhasil hidup (mata sudah terbuka dan mampu mencerna makanan padat),, semuanya saya pertemukan dalam satu kandang. Deg-deg ser jantung saya selama merawat hamster albino ini karena sempat perutnya buncit sekali, seolah terjadi masalah pencernaan.

Hamunthil, si leucism
Alhamdulilah sekarang semuanya sehat. Meski si albino itu berukuran paling kecil. Dari 7 ekor bisa saya pertahankan 5 ekor. Berhasil dapat satu albino pula. Senaaaaaannnggggg bukan main. Tapi kok mata albino tidak berwarna merah? Akhirnya saya tanya ke teman-teman sesama penyuka hamster. Ternyata hamster putih saya ini mengalami kelainan genetis yang disebut leucism. Yaitu suatu kelainan yang menyebabkan pigmen tidak bekerja. Sekarang total hamster saya ada 10. Namanya: Hamurabi, Hambulang, Hamora, Hambaba, Hamunthil, Hamburtam, Hamantik, Hamcola, Hambuwi, dan Hamleta. Setiap malam berisik dengan suara cicit hamster. Membuat suasana rumah menjadi lebih ramai.

Tidak ingin mengulangi kekonyolan yang sama, 5 bayi hamster yang berhasil bertahan hidup saya cek berkali-kali jenis kelaminnya. Ternyata saya hanya punya 3 betina yaitu: Hambaba, Hamleta, dan Hamunthil. Semoga saja jumlah hamster tidak lagi bertambah secara ajaib. Untuk sementara, rumah ini sudah sangat ramai dengan seekor kucing dan 10 hamster. Meski berbeda jenis, hamster dan kucing yang saya rawat bisa hidup berdampingan dengan rukun. Bahagiiiaaaaanya :)