Tampilkan postingan dengan label Dapur Mini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dapur Mini. Tampilkan semua postingan

Minggu, 23 Juni 2013

Kue (se)Lapis: Kue Perdana Bikinan Sendiri

Ya... saya memang paling ogah menghabiskan banyak waktu di dapur. Paling malas membuat sesuatu yang ribet. Saat belanja bulanan saya mengambil tepung terigu satu kg. Niatnya sih untuk membuat dadar teri basah. Ternyata sisa tepung terigunya masih banyak. Sayang kan kalau tidak dimanfaatkan?

Tiba-tiba teringat kue lapis. Bahan mudah dan sederhana saja cara membuatnya. Dari beberapa hari yang lalu sebenarnya sudah ingin eksperimen. Apa daya selalu saja ada acara yang mengharuskan keluar rumah. Tadi saya mendapatkan waktu santai. Suami juga pulang cepat. Pas sekali toh?!

Bahan: 
cetakan pertama
cetakan kedua

200 ml santan 
8 sendok makan gula
6 sendok makan tepung terigu
1 sendok makan coklat bubuk
1 sendok teh garam
sedikit margarin untuk mengoles cetakan


Cara Membuat:
  • rebus air didalam panci kukus, tutup panci dibungkus dengan lap, biarkan hingga air mendidih, nantinya digunakan untuk mengukus kue lapis
  • tuang santan di dalam wadah besar, tambah gula dan garam, aduk hingga larut
  • tambahkan tepung terigu sedikit demi sedikit, aduk hingga rata
  • bagi adonan menjadi dua
  • tambahkan coklat bubuk pada satu bagian adonan, aduk rata
  • oles cetakan dengan margarin
  • tuang salah satu warna adonan, masukkan ke dalam panci kukus yang airnya telah mendidih selama 3-5 menit
  • tuang warna adonan lain, kukus selama 3-5 menit (lakukan hingga semua adonan habis)
  • kukus selama 20-25 menit (hingga matang)
  • angkat dan segera keluarkan dari cetakan
  • potong-potong dan siap dihidangkan

Seharusnya sih kue lapis ini berlapis-lapis. Dari eksperimen saya, kue lapis yang berlapis-lapis gagal terbentuk karena saya yang gak telaten membuat lapisan demi lapisannya. Eksperimen kedua pun berantakan. Harusnya warna putih berbentuk daun clover terbungkus oleh warna coklat. Nyatanya??? Lihat di foto aja yaa... *nyengir lebar*

Meski gak berbentuk, rasa kue (se)lapis ini enaaaaak sekali! Suami dan anak suka banget.. nge.. nget.. Cetakan pertama tandas tak bersisa jadi rebutan kami bertiga. Cetakan kedua hanya tersisa 4 potong saja. Pokoknya kue lapis berikutnya harus lebih rapi dari ini!! Janji deh!

Senin, 25 Maret 2013

Tumis Mandai

Kemarin saat berbelanja ke supermarket, kami menemukan buah cempedak. Sebenarnya tidak berniat membeli tetapi karena memerlukan bijinya sebagai bibit maka dibeli saja buah yang agak mahal ini. Buah cempedak mirip nangka. Sangat harum baunya. Rasanya manis legit. Ukuran 1,2 kg dibandrol sekitar Rp.37.000,-.

Tetapi buah cempedak ini ekonomis juga. Hampir semua bagiannya bisa dimanfaatkan. Buahnya bisa dimakan begitu saja sebagai buah segar atau dijadikan kolak atau sebagai isian es buah atau dibuat gorengan. Sedangkan bijinya bisa direbus dengan garam. Kali ini biji saya sisihkan semuanya sebagai bibit sesuai niat awal membeli buah cempedak.

Sedangkan kulitnya, bisa dimasak menjadi macam-macam masakan. Saya pernah memasak kulit cempedak goreng, seperti di tulisan ini. Kali ini saya ingin memasak sesuatu yang berbeda. Ya menumis kulit cempedak. Sebetulnya mandai adalah kulit cempedak bagian dalam yang sudah difermentasi di dalam larutan garam selama beberapa hari atau beberapa bulan.

Tumis Mandai
Boleh lah ya saya menyebut masakan saya ini sebagai tumis mandai. Karena saya sempat merendam kulit cempedak ini di larutan garam meski hanya selama lima jam. Cara membuat tumis mandai sebagai berikut:
  1. Kupas kulit bagian luar dari cempedak, ambil kulit yang berwana putih (kalau di buah nangka, yang disebut sebagai dami)
  2. Cuci bersih bagian dalam kulit cempedak (dami) dan potong kecil-kecil
  3. Rendam dalam larutan garam (terserah durasinya) dan di wadah tertutup, setelah tahap ini si mandai boleh dimasak dengan berbagai teknik: goreng, tumis, disayur bersantan dll.
  4. Siapkan bumbu: bawang putih dan bawang merah serta cabe, iris tipis semuanya
  5. Tumis bumbu sampai harum, tambahkan mandai dan sedikit terasi
  6. Aduk hingga mandai layu dan matang
  7. Tambahkan gula sesuai selera (dan garam bila kulit cempedaknya tidak melewati proses perendaman air garam)
  8. Siap dinikmati dengan sepiring nasi hangat
Bagaimana rasa tumis mandai?? Amat nikmat! Gurih, manis, pedas, asin, manis jadi satu. Tekstur mandai terasa lembut, kenyal seperti daging ikan. Saya aja sampai nambah dua kali. Suami juga suka dengan masakan ini. Dan berpendapat, meski agak mahal tetapi sisa sampahnya sedikit sekali. Sedangkan E-boy menolak makan tumis mandai karena saya yang memasaknya agak pedas menyengat. Silakan mencoba memasak tumis mandai di dapur masing-masing yaaa....

Senin, 11 Februari 2013

Cumi-Cumi Bumbu Hitam

Masakan ini sudah menjadi favorit saya sejak kecil. Tidak disangka, suami pun menyukainya juga (apa ya yang gak disukai suami?!). Biasanya saya memesan mama untuk memasakkan menu ini. Tapiiii... karena sekarang jarak tempuh ke rumah mama lumayan jauh. Maka, saya terpaksa menyingkirkan rasa enggan dan geli. Beberapa gram cumi-cumi pun mulai saya olah.

Bahan:
200 gram cumi-cumi segar
3 siung bawang putih
5 siung bawang merah
2 buah cabe rawit
2 ruas jari kunyit
3 cm laos
gula
garam
minyak untuk menumis




Cara Membuat
  • geprek laos dan kunyit, sisihkan
  • iris tipis bawang putih, bawang merah, dan cabe rawit
  • potong tomat seukuran dadu
  • cuci cumi-cumi segar (jangan terlalu bersih agar warna hitamnya tetap tersisa) dan iris sesuai selera
  • tumis bawang putih dan bawang merah hingga harum, masukkan cabe juga laos dan kunyit
  • tambahkan tomat, aduk hingga rata dan layu
  • masukkan potongan cumi-cumi segar
  • masak hingga cumi-cumi matang, tambahkan gula dan garam sesuai selera
  • siap disajikan
Begitu matang, masakan ini bisa langsung habis dikonsumsi. Tak perlu menunggu dua-tiga kali makan. Sekali makan aja bisa habis oleh kami bertiga. Terkadang supaya sedikit awet dan saya tak perlu masak beberapa kali sehari, saya suka menambahkan potongan kentang rebus (tips irit tenaga dan rupiah).
Selamat mencoba ...

Rabu, 19 Desember 2012

Jengkol Saos Tiram

Beberapa kali beli jengkol tetapi jengkol kali ini benar-benar menguras keringat. Tingkat kesabaran hampir jatuh ke level nol. Proses perendaman memakan waktu yang jauh lebih lama dari biasanya. Baunya pun menyengat. Hampir-hampir saya muntah saat mengganti air rendaman. Ketika melongok kulkas dan dapur, saya sedikit bingung, semua rempah pas habis. Itu artinya saya harus belanja mingguan. Dan karena sudah terlanjur menemukan jengkol di kulkas, mau tak mau harus dimasak juga. Pikir punya pikir, saya menemukan ide untuk membuat sebuah masakan yang sedikit berbeda: Jengkol Saos Tiram.

Bahan:
  • jengkol siap masak
  • jantung ayam yang sudah direbus
  • cabe keriting 
  • bawang bombay
  • bawang putih
  • lada hitam tumbuk kasar
  • saos tiram
  • kecap manis
  • gula
  • garam
  • margarine atau minyak untuk menumis
Cara Memasak:
  • tumis irisan bawang bombay, bawang putih, dan cabe keriting sampai harum
  • masukkan jantung ayam, aduk beberapa saat
  • masukkan jengkol siap masak, aduk hingga tercampur rata
  • tuangi sedikit air (kurang lebih 50 ml)
  • tambahkan saos tiram, kecap manis, lada hitam, aduk rata
  • tambahkan gula dan garam sesuai selera
  • masak hingga air berkurang volumenya
  • siap disajikan
Cukup mudah kan cara memasaknya? Kalau di awal tulisan saya sedikit mengeluh, itu karena proses mengolah jengkol menjadi jengkol siap masak lah  yang membutuhkan waktu agak lama. Jengkol harus direndam dulu hingga kulitnya bisa dikelupas dengan mudah (dengan jari-jemari tanpa alat bantu). Pengalaman yang lalu-lalu, sehari dua hari jengkol sudah siap dimasak. Tapi kali ini berbeda, hingga hari ketiga, jengkol masih amat berbau. Berkali-kali saya ganti air rendaman tetapi masih saja berbau cukup tajam. Sore tadi saya nekad merebus jengkol yang sudah direndam 3 hari. Cukup lama juga merebusnya, 30 menit. Tetapi ternyata masih kurang lunak jengkolnya. Proses paling menyebalkan buat saya adalah proses berikutnya: memukul-mukul jengkol rebus hingga pipih. Setelah proses yang menyebalkan inilah jengkolnya sudah bisa disebut sebagai jengkol siap masak. Ribet ya?? Tapi karena suami sudah keranjingan jengkol, dan saya pun juga tidak kapok memasaknya maka tunggu resep-resep berbau jengkol berikutnya yaaa Photobucket

Jumat, 07 Desember 2012

Ayam Lada Hitam Suka Suka

Jumat pagi dikejutkan dengan agenda suami yang musti berangkat pagi-pagi sekali (saya aja yang gak rajin ngecek via google calendar). Malam sebelumnya sudah rajin browsing tentang resep ayam lada hitam, tapi dari ke semuanya kok selalu dimulai dengan menggoreng ayam. Saya agak keberatan dengan acara goreng-menggoreng ini karena memang apa-apa yang digoreng itu kurang bagus kan buat kesehatan?! Akhirnya saya memutuskan memasak ayam lada hitam ala saya aja yang cepat kilat proses masaknya. Kira-kira 20-25 menit rampung. Yang perlu disiapkan adalah ayam, laos, serai, minyak untuk menumis, bawang bombay, bawang putih, lada hitam, saus tiram, kecap manis, gula, dan garam. Begini langkah kerjanya:
  • Memarkan laos seukuran 4 ruas jari dan 2 batang serai
  • Rebus air hingga mendidih, masukkan 1 kg ayam yang sudah dipotong dan sudah dicuci bersih bersama dengan laos dan serai. Masak hingga ayam matang dan lunak (kurang lebih 10 menit)
  • Sementara itu kupas-kupas dan iris tipis 3 bawang bombay ukuran mini dan 8 siung bawang putih lalu tumbuk kasar 2 sendok lada hitam
  • Tumis bawang bombay hingga harum, masukkan bawang putih. Tumis hingga layu.
  • Masukkan ayam yang sudah direbus ke dalam tumisan bawang putih dan bawang bombay. Tambahkan tumbukan kasar lada hitam. Siramkan saus tiram dan kecap manis sesuai selera. Aduk hingga rata.
  • Sebagai penyempurna rasa, tambahkan gula dan garam sesuai selera
  • Siap untuk disajikan

Selasa, 20 November 2012

Black Pepper Beef with Scrambled Eggs

Kali ini mau menuliskan resep masakan yang dibuat dengan kilat khusus, kurang lebih 15-20 menit (buru-buru masak karena pengen sayang-sayangan dengan suami yang baru saja pulang) . Resepnya nyontek dari salah satu buku resep yang saya punya. Tetapi sebetulnya ini untuk isian roti. Karena saya paling ogah bikin kue dan roti.... jadilah resep tersebut saya ambil sebagai lauk pendamping nasi. Tapi rasanya sangat enak. Besok-besok akan dipraktekkan lagi.

Bahan:
100 gram daging empal
3 butir telor
1/2 butir bawang bombay
3 siung bawang putih
1 sdm saos tiram
1/2 sdt lada hitam tumbuk kasar
kecap manis sesuai selera
garam sesuai selera
minyak untuk menumis

Cara Memasak
  • Buat telor orak arik di atas penggorengan anti lengket. Sisihkan
  • Tumis bawang bombay hingga layu, masukkan bawang putih, tumis lagi hingga aroma bawang putih keluar
  • Masukkan daging empal yang sudah dipotong kecil-kecil atau disuwar-suwir (agar cepat matang), aduk rata hingga berubah warna
  • Tambahkan lada hitam, saos tiram, kecap, dan garam. Masak hingga daging benar-benar empuk
  • Tambahkan telor orak-arik dan diaduk hingga bumbu tercampur rata
  • Siap disajikan
Masakan ini saya buat saat suami pulang. Jadi ketika masakan matang, langsung diserbu, tidak sempat membuat foto. Aromanya benar-benar wangi memenuhi seantero rumah (mini). Masih edisi kangen-kangenan jadi cara makannya juga unik. Satu piring dimakan bertiga. Yang nyuapi itu ya suami, siapa lagi coba??! Saya kan sudah masak hihihihihi..... Meski sepiring dimakan bertiga tapi nambahnya sebanyak tiga kali kok.... Ya iya lah wong penduduk rumahnya kan tiga orang :D

Selamat Mencoba Yaaa

Rabu, 15 Agustus 2012

Perkedel Talas

Hari rabu minggu yang lalu, suami ngiler talas. Bukannya tanpa sebab.. Karena tanaman talas ini tumbuh dengan sendirinya di kebun. Besar-besar, hijau, dan segar. Setelah mengitari beberapa titik, diputuskan untuk memanen talas yang umbinya paling besar. Segera saja dikeluarkan alat-alat berat semacam linggis dan parang. Dengan usaha yang lumayan, talas-talas diperoleh. Hmmm... dalam satu tanaman, diperoleh umbi yang cukup besar dan jumlahnya banyak. Sekitar 5-7 (ada bagian yang terbelah parang).

puas bener yak? kayak menimang adik bayi aja sih

Saya hanya mendokumentasikan proses memanen-nya saja. Berikutnya sudah disibukkan oleh E-boy yang kegirangan bermain di lingkungan berbatu dan banyak organisme. Semuanya diamati, riang gembira deh pokoknya. Umbi talas yang didapat dicuci bersih. Dikupas dan dikukus hingga empuk. Sebenarnya suami dan E-boy suka memakan umbi talas begitu saja. Tetapi hingga 3 hari, talasnya tidak kunjung habis.

Sabtu pagi tiba-tiba ada panggilan lagi ke kebun teh. Waduh cukup kebingungan dengan acara mendadak ini. Siang hari, dengan berat badan (terpaksa maksudnya) kami pun melaju naik ke kebun teh. Eh di sana tersedia perkedel talas. Rupanya bapak-ibuk pun bosan makan talas kukus he he he.. Dari satu piring perkedel talas, hanya tersedia tiga butir saja saat maghrib tiba. Jadi,,,, tidak ada foto perkedel talasnya ya teman-teman. Perkedel talas itu masuk ke perut E-boy yang memang belum berpuasa. Cara membuat perkedel talasnya cukup mudah kok:
  1. Haluskan talas yang sudah dikukus
  2. Tambahkan bumbu halus yang terdiri dari bawang merah, bawang putih, merica, garam, dan pala bubuk (pala yang diparut), aduk hingga tercampur rata
  3. Buat bulatan-bulatan atau bentuk yang lain dengan ukuran sesuka hati (boleh kotak, boleh oval, boleh bentuk bintang)
  4. Gulirkan ke dalam telor yang sudah dikocok
  5. Goreng hingga kecoklatan
  6. Siap disajikan 
 Selamat mencoba yaa...

Kelanjutan kisahnya bisa dibaca di Bolanglik-Bocah Petualang Cilik

Sabtu, 23 Juni 2012

Buah dari Keberanian

Kita bisa karena terpaksa, Kita menjadi ahli karena terbiasa

Akhir pekan ini kami terpaksa terkunci lagi di rumah. Selain tumpukan kertas yang harus dikoreksi, alat angkut juga sedang bermasalah. Agak susah juga tanpa alat angkut karena toko/warung dan pasar sedikit jauh. Mlijo kadang lewat atau kadang terlewat (aaiihh suka duka seorang ibu tanpa bantuan) karena saya yang sedang sibuk dengan E-boy di belakang. Beruntung tadi pagi ada penjual ayam potong lewat di depan rumah di saat kulkas hampir melompong. Bukan pilihan yang enak buat saya. Jujur selama ini saya tidak pernah mengolah daging ayam/sapi dan ikan. Jaman dulu ketika tempat tinggal saya dengan mama berdekatan, enak saja saya sms atau telp "mam, tolong masakkan kare ayam" atau "mam, mau rendang dong". Yang terbayang saat melihat daging-daging mentah adalah proses menderitanya hewan-hewan ini disembelih. Kalau ikan karena tidak tahan dengan bau amisnya.

Sekarang saya terpisah jauh dari mama dan ibuk. Tidak mungkin meminta tolong mengolahkan daging. Harus melewati satu jam perjalanan kalau mau ke mama, atau setengah jam perjalanan dengan jalan kelok-kelok dan menanjak kalau mau ke ibuk. Karena alat angkut tidak tersedia maka harus mandiri dan berani. Terpaksa saya bereksperimen dengan daging ayam yang memang harus dibeli karena tidak ada pilihan lain. Resep saya contek dari blog-nya mbak Desy. Sayang saya tidak punya daun jeruk dan serai. Tapi saya menemukan buah jeruk yang rasanya asam sekali di kulkas. Jadiii... saya manfaatkan jeruk tadi sebagai ganti daun jeruk. Semua rasa enggan dan jijik disingkarkan dulu. Kupas bawang putih dan kunyit, cuci bersih, kemudian haluskan bersama ketumbar dan garam. Potongan ayam direbus bersama bumbu yang sudah halus lalu ditambahkan air jeruk yang kecutnya selangit. Saya didihkan beberapa menit sampai bumbu meresap. Langkah selanjutnya adalah menggoreng garing. Goreng bagian ayam yang ada kulitnya terlebih dahulu selama 3 menit kemudian balik dan goreng lagi selama 3 menit. Hasilnya adalah kuning keemasan.

Yang membuat saya terharu hingga berkaca-kaca adalah E-boy yang lahap sekali memakan ayam goreng milik suami. Loh?? Biasanya E-boy ini sulit sekali makan daging. Bisa satu jam baru selesai. Malah kadang minta dilepeh karena susah mengunyah. Karena hal itu, saya hanya menggoreng dua potong ayam. Untuk saya dan untuk suami. Tiba-tiba E-boy datang dan meminta suap. Berkali-kali. Jatah saya habis oleh perut kecil E-boy. Merasa sangat enak, lembut dan tidak liat,, E-boy minta tambah. Jatah suami pun dimakan hingga habis. Saat saya ingatkan kalau potongan ayam yang satu lagi adalah punya ayah, E-boy hanya menimpali "Enak bunda. Ayah makan sayur aja". Beberapa saat kemudian E-boy minta makan lagi. Tentu pilihannya adalah ayam goreng buatan bunda. Dua potong ayam kembali digoreng. Kali ini suami kebagian jatah. Setelah E-boy memakan ayam gorengnya dengan sepiring nasi, ia pun tertidur dengan nyaman. Hmmmm... Kalau tidak salah hitung, anak ganteng ini sudah makan 5 kali. Ya.. inilah buah dari keberanian saya mengolah ayam. E-boy jadi makin sadis menandaskan isi piring dan isi kulkas.

Sekian cerita saya dan selamat berakhir pekan bersama keluarga Tuzki Bunny Emoticon

Rabu, 13 Juni 2012

Jejayam Manis nan Eksotis

Kali ini edisi menuliskan pengalaman mengolah dan memasak jengkol. Jengkol yang nama latinnya adalah Archidendron pauciflorum mungkin menjadi menu primadona buat kebanyakan orang. Sayangnya saya dan suami tidak suka dengan pete apalagi jengkol. Loh??!! Padahal kami ini tidak pernah sekalipun makan jengkol. Ya karena sudah tau bagaimana baunya si pete sehingga kami udah ogah aja kalau mendengar yang namanya jengkol. Suatu hari, ibuk memasak sesuatu yang seperti sambal goreng. Sekilas lihat sih seperti sambal goreng kentang biasa. Saya makan. Ohh.. rasanya kok berbeda dari kentang, ada kenyalnya sedikit, mirip daging. Dan tidak ada bau pete atau bau tidak sedap lainnya.

Setelah saya tanya ke ibuk, barulah saya tahu kalau itu sebenarnya masakan jengkol yang dibumbu rendang. Bumbunya pakai bumbu instan yang ditambah bawang merah, bawang putih, dan lombok yang banyak. Enak!! Minggu lalu saat belanja ke sebuah supermarket, saya menemukan jengkol. Saya coba beli dan memasaknya. Memang jengkol ini berbeda sekali dengan pete. Saat saya keluarkan dari bungkus plastiknya, tidak ada aroma yang menyengat. Sebenarnya saya ragu, takut kalau masakan jengkol ini harus dibuang (kami gak doyan pete, takut aromanya yang menyengat luar biasa). Saya bertanya di fb, dan saran dari teman-teman saya rangkum. Ada yang menyarankan direndam semalaman, dan ada yang menyarankan untuk merebus jengkol dengan beberapa bahan lain. Di antaranya: daun melinjo atau daun jambu atau kopi atau abu gosok tradisional tanpa pewangi (yang berasal dari arang kayu) plus sedikit garam. Saya pilih yang mendekati cara ibuk mengolah jengkol. Pada akhirnya saya memasak jengkol dengan tuntunan ibuk (duh, berasa kayak bayi belajar jalan).

 Cara mengolah jengkol sebagai berikut:

rendam jengkol 24-48 jam hingga kulitnya mudah dikupas

buang dan ganti air rendaman jengkol setelah 24 jam karena baunya menyengat, jengkol mulai pecah di sepanjang tepinya

semakin lama proses perendaman jengkol, akan semakin menghilangkan bau menyengat jengkol (kulit jengkol mulai retak-retak setelah 15 jam)

kupas kulit jengkol (dikelupas dengan kuku juga bisa loh)

rebus jengkol sampai lunak, sekitar 20-30 menit

potong menjadi 4 bagian kemudian pukul-pukul hingga bentuknya pipih 

Bila jengkol sudah pipih berarti siap dimasak sesuai selera. Saya tidak bisa menggunakan bumbu instan karena akan dikonsumsi oleh anak tersayang. Jadi bumbu yang saya gunakan adalah: bawang merah, bawang putih, pala, kayu manis, tomat, jeruk nipis, kecap manis, dan garam. Masakan ini cukup sederhana kok. Hanya tinggal menumis irisan bawang putih dan bawang merah, kemudian ditambah air yang agak banyak. Masukkan jengkol yang sudah pipih dan jantung ayam yang sudah direbus setengah matang. Masukkan pala dan kayu manis serta tomat yang telah dipotong dadu. Setelah mendidih, tambahkan kecap manis, air jeruk nipis dan garam sesuai selera. Saya masak hingga air berkurang setengahnya, yaitu sampai bumbu merasuk ke dalam jengkol dan jantung ayam.

Jejayam Manis nan eksotis siap dinikmati
Tau bagaimana komentar suami?? Yang jelas sih dipuja-puji setinggi langit. Entah karena menghibur saya atau memang benar-benar enak. Tidak rugi jari saya sampai terluka saat memasak jengkol ini, sungguh senang saat suami dan anak lahap menyantap masakan saya. Bahkan kata suami sih bisa laku kalau dijual di luar negeri. Ah ini sih saya gak percaya, wong saya ini bukan ratunya dapur. Memasak hanya karena keterpaksaan demi sebuah penghematan. Selamat mencoba kawan!




Catatan kecil: tambahan merica dan cabe mungkin semakin menambah sedap resep saya yang satu ini.

Minggu, 04 Maret 2012

Cempedak Muda Diapakan Nih??

Beginilah kalau orang lagi banyak urusan plus masalah sedang berbelanja.. Kilat khusus dan berujung pada kesalahan (sedikit) fatal. Diburu-buru waktu dan ditunggu orang membuat saya asal ambil barang belanja sesuai daftar yang saya buat. Sore itu saya memutuskan membeli buah cempedak yang notabene tidak ada dalam daftar belanjaan. Harumnya menggoda iman sih (saya pernah mencicipi sekali). Saya ambil ukuran yang paling kecil. Bayar dan menyelesaikan urusan lain.

Cempedak mungil itu tersimpan cukup manis di kulkas selama beberapa hari. Kemarin baru teringat, saya belah, dan sakit hati lah saya. Ternyata buahnya masih sangat muda cenderung mentah. Aroma yang tercium saat di toko adalah aroma buah cempedak di sekitarnya yang sudah matang dan berukuran lebih besar dari yang saya ambil. Huhuhu menyesal saya... Masa iya mau dibuang? Kok kesannya membuang-buang sumber daya. Mana harganya lumayan mahal juga.

Akhirnya tanya-tanya teman yang berasal dari Kalimantan. Lumayan banyak informasi cara mengolah cempedak yang saya peroleh. Dan saya mencoba yang paling mudah (tipe pemalas), persis kayak goreng tempe. Cara membuat cempedak muda goreng yang saya praktekkan seperti di bawah ini:



goreng hingga kering dan berwarna kecoklatan, sajikan dengan sambal

Alhamdulilah sekali, cempedak muda goreng ini sangat enak. Laris manis. Rasanya gurih. Selain rasa bawang putih yang dominan, manisnya si buah cempedak muda juga ada loh. Saya kira teksturnya alot, ternyata lembut, kenyal, tidak ada rasa pahit sedikitpun. Gak rugi beli buah cempedak.. buah matang, setengah matang, maupun matang sekali juga bisa diolah kok. Mulai dari asinan, manisan, dibuat kolak dll. Kulit hingga bijinya bisa dimanfaatkan (jangan dibuang).

Sepintas, buah cempedak ini sangat mirip dengan nangka. Tampilan buahnya pun hampir sama baik dari segi bentuk dan warna. Namun tekstur buah dan rasanya berbeda. Tekstur buah cempedak lembut dan lumer di mulut seperti buah durian. Aroma buah cempedak yang matang sangat wangi. Informasi lebih jelas bisa dibaca di wikipedia aja ya... Hmmm saya jadi ingin makan buah cempedak matang lagi....

Yang berkaitan dengan cempedak: Tumis Mandai

Sabtu, 11 Februari 2012

Schotel Mie Super Hampa

Masih edisi mencoba-coba fry pan kepala winnie the pooh dan belum belanja mingguan (kulkas kosong melompong).... Jadi resepnya pun sesuka hati dan jauh dari apa yang disebut sehat,,, sekadar mengganjal perut aja dan menjadi cemilan di sore hari *big grin* E-boy merengek minta. Awalnya saya dan suami setuju kalau schotel mie ini hanya untuk orang dewasa, E-boy boleh menghabiskan agar-agar yang saya buatkan tadi pagi. Ternyata kami tidak tega..... E-boy makan sesuap dua suap schotel mie super hampa ini.... Daaaaaaaaaan...,,, stop. Kata E-boy "emoh". Hore!!! Tuzki Bunny Emoticon Moga-moga gaya hidup sehat dan pola makan sehat yang terbentuk pada E-boy terbawa sampai dewasa kelak yaaa.... Resep dan cara membuat schotel mie super hampa ada di bawah (walau sangat yakin gak akan ada yang mau nyontek he he he...)


Bahan:

2 bungkus mie instan
2 butir telor
1 siung bawang putih diiris tipis
kecap
saus sambal
margarine atau minyak goreng

Cara Membuat:
  • Rebus mie instant 2-3 menit, tiriskan
  • Campurkan semua bumbu mie instant ke dalam mangkuk, tambah dengan bawang putih dan telor plus kecap dan saus sambal sesuka hati, aduk
  • Masukkan mie instant yang sudah ditiriskan ke dalam mangkuk bumbu, aduk rata
  • Panaskan fry pan, oles dengan margarine atau minyak goreng
  • Tuang mie berbumbu ke dalam fry pan, tunggu sampai keluar sedikit asap, balik, angkat schotel mie-nya
  • Hias sesuka hati

[Andaikan ditambah sosis atau daging giling atau ikan atau keju parut pasti tambah syedap]

Senin, 06 Februari 2012

Koki Amatir

Memasak dan sibuk di dapur awalnya adalah sebuah keterpaksaan. Demi menghemat uang belanja tentunya. Tapi seru juga. Cocok buat saya yang suka bereksperimen dan mudah bosan. Meski saya masih koki amatiran tapi saya punya fans berat. Suami dan anak. Yang tanpa mereka, masakan saya tak akan ada yang menghabiskan. Termasuk urusan menghias makanan versi Jepang yang lucu dan imut-imut itu, saya lakoni juga.. Foto-foto yang saya posting di sini adalah beberapa bentuk yang sempat difoto sebelum masuk perut (sebagian besar lupa difoto, langsung dicomot suami dan anak).

Meski capek pun tetap membuat makanan kok buat keluarga. Apreasiasinya itu loh yang bikin ketagihan. Mencandu dan bikin sakaw! Seperti sabtu yang lalu, kami menyelesaikan urusan pajak dan membayar tagihan bulanan. Kemudian mampir ke book fair. Lumayan dapat buku murah buat suami dan E-boy. Pulangnya sih yang pasti teler berat. Kena macet dan puanas terik matahari yang menyengat. Istirahat sebentar kemudian saya mencoba fry pan pooh yang baru saja sampai sehari sebelumnya. Saya membeli secara online karena memang fry pan yang saya punya sudah rusak (dirusakkan suami tepatnya). Kebetulan saja bentuknya winnie the pooh. Harganya terjangkau lah! Karena saya masih amatir dan ingin mencoba fry pan baru, maka saya memakai pancake mix. Ternyata pan fry ini tidak seperti punya saya yang dulu, yang anti lengketnya tidak berfungsi. Puas sekali dengan hasil coba-coba pertama ini. Pancake bentuk kepala poohnya cakep bener, saya olesi dengan madu dan ditaburi gula halus. Saya langsung teriak "difoto dulu!!".


Fry pan saya yang dulu itu lengket, saya kesulitan membalik pancake. Hasilnya gak bagus sama sekali. Sedikit gosong dan tepi pancakenya jadi tidak rata *kecewa*. Akhirnya fry pan yang lama itu teronggok begitu saja dan digunakan suami untuk melelehkan lilin. Lelehan lilin panas dimasukkan ke dalam pieces rubik (kebayang gak?). Dengan sedikit kesabaran,,, saya mendapatkan fry pan baru dengan bentuk kepala winnie the pooh, anti lengket betulan pula hihihihi....


Foto di bawah ini adalah koleksi lama. Jauh sebelum E-boy lahir. Jadi jangan ditanya yaa bagaimana resepnya. Lupa total. Yang diingat hanyalah pujian enak dari suami dan piring yang bersih tanpa sisa pancake sedikitpun. Padahal sedikit pahit di bagian yang gosong.


Sedikit demi sedikit bento tools yang saya punya itu banyak juga. Kebanyakan beli karena tidak sengaja melihat di mall. Salah satunya ya di bawah ini. Maksud membelinya adalah untuk menggantikan fry pan lama yang lengket itu. Saya coba untuk membuat telor ceplok sebagai permintaan maaf kepada suami karena telah membuat rubik 7x7x7 menjadi serpihan kecil-kecil. Untung rubiknya bisa dirakit kembali (sepertinya dalam waktu dua jam). Tapi saya belum pernah mencobanya untuk membuat pancake. Kapan-kapan deh saya coba.


Bagian paling mengerikan sekaligus menyenangkan adalah saat mempelajari teknik memotong. Saya ini kan takut sekali dengan pisau. Jadi belajar bikin bentuk sosis yang lucu-lucu begini untuk menghilangkan ketakutan saya akan pisau. Sumpah belum hilang!! Berkurang aja sih kadarnya dan tetap tidak berani pakai pisau yang tajam sekali. Walau saya punya pisau winnie the pooh dengan gagang berwarna kuning, tetap saja sehari-hari memakai pisau ukuran mini dengan ketajaman di bawah standar.

Bikin sosis seperti foto di atas itu gampang loh. Hanya perlu kesabaran aja di awalnya. Sekali lagi karena punya fans berat dan fanatik. Bentuk-bentuk tersebut belum sempurna disusun sebagai bento tapi sudah musnah duluan masuk perut suami dan anak. Indahnya menjadi koki amatir...

Senin, 12 Desember 2011

Secangkir Teh Kapulaga

Sudah lama saya ingin membeli teh kapulaga di salah satu toko kebab. Murah meriah, Rp. 3.000, - saja untuk satu gelas teh kapulaga. Tapiiiiii.... saya tak pernah punya waktu untuk keluar rumah. Waktu saya banyak tersita di dalam rumah. Di depan komputer. Hingga awal bulan lalu saat belanja bulanan, saya sempatkan membeli satu bungkus kapulaga. Harganya Rp. 2.300,-. Waaaahhh bisa jadi berapa gelas ya ini??


Saya hampir lupa kalau punya kapulaga. Saat beres-beres di dapur, selain menemukan kapulaga, saya juga menemukan kayu manis. Bingung juga bagaimana resepnya. Saya buka internet.. Saya cari yang kira-kira praktis. Gak ada yang sreg nih.. Ribet caranya.. Modifikasi aja yuukk...

Bahan:
  • dua cangkir air
  • 4 butir kapulaga
  • 1 cm kayu manis
  • 1 lembar teh celup
  • gula secukupunya

Cara:
Rebus air hingga mendidih, masukkan kapulaga dan kayu manis. Didihkan sampai harum (kapulaga ditekan-tekan sampai pecah dan bijinya keluar). Teh dicelup-celupkan hingga berwarna merah. Masukkan gula, aduk hingga larut. Angkat dari api, hidangkan bersama kapulaga.


Akhirnya jadi juga teh kapulaga idaman saya. Rasanya hampir sama dengan yang biasa saya beli di toko kebab. Cocok sekali diminum saat hujan seperti ini. E-boy pun suka dengan teh kapulaga buatan saya. Cangkir belum juga dingin tapi isinya tandas dengan cepat. Si bocah ganteng menghabiskan tanpa ampun. Saya dan suami hanya bisa memandangi dengan ikhlas. Lain kali perlu membuat dalam ukuran jumbo biar tidak berebut lagi.