Jumat, 20 Desember 2013

Q&A Smart Parents for Healthy Children (Bab 1C)

Ini adalah usaha kedua saya dalam membuat rangkuman buku Q & A Smart Parents for Healthy children. Kemarin lusa entah mengapa ketikan saya hilang begitu saja. Membuat saya dongkol setengah mati. Baiklah mari berusaha lagi... Rangkuman ini buat diri sendiri... Semoga juga bermanfaat buat siapapun yang kesulitan mencari buku satu ini...


3. BATUK PILEK
  • Batuk adalah refleks tubuh untuk membersihkan jalan napas, untuk membuang semua hal (termasuk dahak) yang mengganggu atau menyumbat saluran napas. Jadi, batuk BUKAN penyakit dan batuk bukan “momok”. Batuk merupakan refleks untuk melindungi saluran napas.
  • Batuk bukan penyakit melainkan "alarm". Oleh karena itu, pikirkan apa penyebabnya. Pada bayi dan anak kecil, umumnya disebabkan infeksi virus. Tahunya? Keluar ingus!
  • Prinsip penanganan batuk adalah watchful waiting, yaitu diobservasi sambil memperhatikan keadaan umum lainnya. Bukan langsung merogoh obat.
  • Pengencer dahak terbaik adalah air hangat.
  • Batuk pada anak usia sekolah umumnya disebabkan oleh infeksi virus kecuali bila berkepanjangan lebih dari empat minggu, bisa alergi, bisa kuman. Gejala batuk biasanya akan disertai gejala lain misalnya demam, pilek, atau sesak, kecuali pada alergi. 
  • Jangan berikan obat untuk menghilangkan batuk (menekan refleks batuk ) seperti dekstometorfan atau kodein. Mengapa? Saat anak terkena infeksi virus, terjadi peningkatan produksi lendir di saluran napas sehinggga anak pun “harus” batuk dalam rangka membuang dahak serta membuang kuman/virus penyebab batuknya. Batuk menyebabkan dahak keluar dari jalan napas dan di/tertelan.
  • Pemberian antibiotik pada batuk pilek sama sekali tidak berguna bahkan merugikan karena ia justru akan membunuh bakteri baik di tubuh kita. Efek sampingnya antara lain radang usus besar (kolitis), reaksi alergi, dan munculnya bakteri yang kebal tehadap antibiotik.
  • Muntah pada batuk pilek membantu mengeluarkan lendir. Muntah tidak berbahaya, yang berbahaya kalau dehidrasi akibat muntah. Jangan berikan obat antimuntah karena racun atau zat-zat lain yang membahayakan tidak bisa dikeluarkan bahkan tetap tersimpan di dalam tubuh dan menjadi lebih bahaya. Muntah justru diperlukan.
  • Obat antimuntah akan menyebabkan kita kehilangan jejak atau misleading, di mana bila ada masalah yang lebih berat bisa tidak terdeteksi karena gejala yang ada dihilangkan (dan kita pikir dia sudah sembuh).
  • Asma sama dengan alergi dan pengobatannya adalah HINDARI, HINDARI, dan HINDARI pencetus alergi. Asma tidak bisa diobati dengan antibiotik. Kalau memang anak terkena serangan asma, obat yang paling manjur adalah obat bronkodilator dan steroid (misalnya deksametason) hirup untuk membuka jalan napas.
  • Alergi, asma biasanya ditandai oleh batuk pilek yang tidak terus-menerus, muncul pada saat-saat tertentu saja (misalnya malam hari) serta ada pencetusnya (udara dingin, debu, tungau rumah. Polusi, makanan). Manifestasi alergi lainnya adalah eksem, rinitis alergi (bersin-bersin/ingus di pagi hari, udara dingin atau terpapar debu), atau konjungtivitis alergi (mata merah berair). Jadi, HINDARI pencetusnya dan pelajari cara mengatasinya.
  • Obat-obatan yang tidak perlu saat asma:
  1. sedatif/”obat tidur” (diazepam; luminal), atau yang bisa menimbulkan efek samping sedatif (misalnya CTM)
  2. pengencer dahak (ambroksol, bromheksin) karena dapat memperparah batuk
  3. antibiotik
  • Anak asma butuh kortikosteroid. Tapi anak yang sakit batuk pilek karena infeksi virus JANGAN diberi kortikosteroid. Efek sampingnya mengerikan, antara lain: hipertensi, keropos tulang, diabetes, gangguan pertumbuhan tulang (anak pendek), rambut tumbuh berlebihan (hirsutisme), moon face (muka bengkak), serta perdarahan saluran cerna.
  • Berdasarkan berlangsungnya, batuk dibedakan menjadi:
  1. batuk akut: bila berlangsung kurang dari 8 minggu
  2. batuk kronik: bila berlangsung lebih dari 8 minggu
  • Batuk akut pada anak umumnya disebabkan infeksi virus. Tidak perlu obat-obat khusus apalagi antibiotik dan kortikosteroid. Cukup berikan banyak cairan. Batuk akut memerlukan penanganan serius apabila disertai gejala berikut:
  1. dehidrasi berat. Anak benar-benar menolak minum atau muntah-muntah hebat
  2. penurunan kesadaran
  3. sesak napas
  4. kejang lama atau kejang berulang
  5. demam tinggi (hiperpireksia, suhu diatas 40,5 DC)
  6. muntah-muntah berwarna hijau
  7. perdarahan saluran cerna atau organ dalam lainnya 
  • Tanda-tanda sesak napas:
    1. frekuensi napas lebih dari:
    40 kali/menit (usia 0-2 bulan)
    30 kali/menit (usia 3-12 bulan)
    24 kali/menit (usia 1-6 tahun)
    20 kali/menit (usia 7-13 tahun)
    16 kali/menit (usia di atas 13 tahun)
    2. ada tarikan otot-otot bantu napas (terlihat cekungan di bawah leher, di dada, di bawah tulang rusuk)
    3. napas cuping hidung (cuping hidung tampak kembang-kempis)
    4. napas terengah-engah, susah bicara
  • Batuk pilek pada bayi kecil umumnya menyertai penyakit bronkiolitis. Bronkiolitis adalah peradangan pada bronkiolus (cabang-cabang saluran napas kecil yang menghubungkan bronkus/cabang tenggorok dengan paru-paru). Umumnya bronkiolitis disebabkan oleh infeksi virus antara lain RSV, adenovirus, dan parainfluenza. 
  • Gejala awal sama dengan gejala salesma seperti ingus meler, bersin, batuk ringan, demam (atau sebaliknya, badan lebih dingin dari biasanya), rewel, cengeng. Dalam dua-tiga hari batuk menjadi-jadi dan dapat disertai mengi. Bila memberat, bisa timbul sesak.
  • Bronkiolitis dapat digolongkan menjadi:
  1. bronkiolitis ringan: keadaan umum cukup baik, masih mau minum dan tidak sesak napas. Tidak memerlukan penanganan khusus, tidak perlu terapi uap dan antibiotk. Jika demam tinggi/sangat rewel, berikan parasetamol. Berikan ASI sesering mungkin saja
  2. bronkiolitis sedang: anak agak sesak. Napas disertai tarikan otot-otot bantu napas (sekitar dada dan perut) dan mulai bernapas menggunakan cuping hidung, mulai sulit untuk diberi makan, bisa terjadi dehidrasi ringan, napas pendek saat menyusu atau makan, atau terdapat beberapa periodettidak bernapas (apne)
  3. bronkiolitis berat: anak sangat lemah, tidak mau minum/makan, sesak (tarikan otot bantu pernapasan, napas cuping hidung, dan grunting), tampak lelah untuk bernapas, dehidrasi berat, dan sering terdapat periode tidak bernapas yang waktunya cukup panjang. Anak dengan bonkiolitis sedang-berat segera bawa ke rumah sakit. Ia butuh terapi inhalasi dengan larutan hypersaline.
  • Meski bronkiolitis dapat mengenai semua bayi, umumnya yang terkena adalah bayi kecil yang sering berada di luar rumah, sering terpapar rokok, dan bayi yang mendapat susu formula. Oleh karena itu, jangan lupa ASI eksklusif ya.
  • Batuk lama (kronik) tidak berbahaya. Penyebab tersering adalah kondisi lingkungan (polusi, lembab, asap rokok). Penyebab lainnya adalah infeksi virus berulang yang menyebabkan bronkitis (radang di saluran napas cabang tenggorokan). Pada anak kecil, infeksi virus dapat terjadi berulang kali, sehingga batuk terkesan menetap.
  • Penyebab lain batuk lama (kronik) adalah alergi, asma atau gangguan THT seperti sinusitis, post nasal drip (lendir dari rongga hidung yang masuk ke dalam rongga mulut), dan otitis media. Atau refluks (aliran balik) asam lambung. Pada usia sekolah ada pula yang dinamakan batuk psiko-genik, yaitu batuk kering yang terjadi tanpa ada bukti kondisi medis yang mendasari, tapi lebih berhubungan dengan keadaan emosi anak.
  • Batuk kronik butuh penanganan serius apabila:
    1. munculnya batuk pada awal kelahiran bayi, hal ini dapat menunjukkan: 
    • kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan makan dan menimbulkan aspirasi (tersedak), kelainan anatomi jalan napas.
    • Gangguan pada fungsi silia termasuk fibrosis kistik
    • adanya pneumonia virus kronik (misal oleh CMV) yang dialami selama dalam kandungan atau mendekati waktu persalinan
    2. batuk kronik disertai dahak yang kental dan purulen (bernanah)
    3. batuk menetap setelah anak tersedak
    4. batuk terjadi setelah atau selama pemberian makanan
    5. anak tampak sakit dan mengalami gangguan tumbuh kembang
  • Saat mengalami infeksi saluran napas, termasuk flu, bisa ditemukan gambaran perselubungan atau “bercak” putih di foto rontgen paru. Gambaran ini sering disalah-kaprahkan dengan istilah flek paru yang sebenarnya merupakan penghalusan (eufimisme) istilah tuberkulosis paru (TBC paru). Padahal, mendiagnosis TBC paru pada anak ibarat menyusun sekuntum bunga. Tidak bisa hanya mengandalkan pada satu kelopak saja, tidak bisa hanya berdasarkan rontgen.

[rangkumam lain bisa dilihat di label Buku QnA]

Jumat, 06 Desember 2013

Arti Sebuah Perpisahan

Kali kedua melepaskan si sulung pergi menginap di rumah nenek dalam kurun waktu satu bulan.. Terasa sekali perihnya..

Kali pertama E-boy pergi ketika sehat dan sangat ceria. Waktu itu terlintas di benak saya "oke, merawat bayi satu pasti mudah... aku dan hunny bisa sedikit pacaran". Rupanya pemikiran itu naif sekali. Ketika malam datang... E-baby berubah menjadi sosok bayi yang sangat tidak kami kenali. Tangisannya begitu memilukan. Menjerit-jerit, muka memerah. Disusui pun tidak menghentikan tangisannya. Berusaha berontak dan tidak mau tidur. Saat mata akan terpejam, sontak ia menggelengkan kepalanya. Horor tangisan pun kembali dimulai. Begitu itu sepanjang malam.

Saya dan suami kehabisan cara membuatnya tenang. White noise yang kami putar tak meredakan tangisannya. Pagi menjelang, saya meminta nenek memulangkan E-boy. Begitu E-boy pulang, E-baby takhluk dalam kantuk. Tidur nyenyak. Saya hanya bergerak berdasarkan naluri. Saya merasa anak bungsu ini mencari kakaknya. Tidak genap bila tidak ada kakak yang selalu ramai. Kakak yang menyanyanginya, menciuminya, mengajaknya bicara, menjaganya, memeluknya...

Kali kedua E-boy menginap pergi adalah sebuah keterpaksaan. Dalam kondisi sakit dan sedih. Belum sempat kami memberikan hadiah ulang tahun ke-4 kepada E-boy, hadiah berupa penyakit mumps/parotitis/gondongan datang menghadang. Malam setelah kami merayakan ulang tahun E-boy, kira-kira pukul setengah satu dini hari, E-boy terbangun. Saya sedikit curiga saat E-boy memeluk erat ayahnya. Tidak biasanya ia manja begitu. Setelah buang air kecil, E-boy menjatuhkan badannya ke saya.

Menempel erat minta peluk. Saya tanya "kenapa sayang?". Dan E-boy menjawab "sakit bunda". Investigasi singkat saya lakukan. Bagian yang sakit adalah pipi bagian kanan dekat dengan telinga bawah. Asumsi pertama saya mungkin karena sakit gigi. Maklum kue ulang tahunnya kan rasa manis, berwarna coklat. Ayahnya sadis! E-boy disuruh membuka lebar mulut, geraham kiri kanan E-boy ditekan kuat-kuat. Sontak E-boy menangis dan menjerit. Saya tidak bisa protes. Tidak ada pilihan lain... Saya dekap E-baby agar tidak terbangun.

Sekilas saya melihat pipi kanan E-boy yang dirasakannya sakit. Kok tiba-tiba membesar. Membengkak dengan cepat. Nenek masih saja berargumen, mungkin ini mungkin itu. Kepanikan di malam hari ini membuat saya menjerit tegas "ini gondongen deh. ambil paracetamol sirup, takar 5 ml". Kira-kira dua kali kalimat itu saya ulang. Suami cukup mengerti kapan saya tidak bisa dibantah. E-boy sempat tak mau meminum obatnya. Ya! Karena obatnya berasa ajaib. Rasa mint dengan warna hijau apel. Kami membujuknya untuk meminum habis paracetamol tersebut.

Sepanjang malam saya tidak bisa tidur. Saya browsing sampai kepala dan mata terasa hampir lepas dari posisinya. Benar saja. Keesokan harinya, bengkak di pipi E-boy makin besar. Saya takut adiknya, E-baby, tertular juga. E-boy sedih sekali. Bukan karena sakitnya tetapi karena tidak boleh dekat-dekat dengan adik. Dengan bujukan ringan, E-boy pergi menginap di rumah nenek selama dua hari. Sungguh pilu hati saya. Menyesal lantaran tidak memberikan imunisasi MMR kepada E-boy. Saya memang ceroboh dan menyepelekan penyakit ini.

Pesan saya kepada nenek adalah: "Paracetamol diminumkan kalau panas sekali atau Erdi rewel akibat rasa sakit. Makanan dan minuman yang rasanya kecut harus dihindari". Dari pagi hingga sore, E-baby masih tenang. Saat saya dan suami menelpon E-boy (tentu suaranya dikeraskan), E-baby seakan mencari sumber suara. Tengok ke kanan dan ke kiri, tetapi bayangan mas-nya tidak ditemukan. Malam harinya? Episode nangis jejeritan semalam suntuk kembali hadir. Parah! Lebih parah dari pengalaman sebelumnya.

Keesokan harinya, perasaan saya makin limbung. Tidur kurang. Akhirnya saya membaca-baca dan menemukan sebuah istilah attachment theory. Rupanya bagi E-baby, satu paket itu artinya ayah-bunda-mas Erdi. Di malam kedua, saya punya trik tersendiri mengakali E-baby yang kehilangan E-boy. Apakah itu? Yaitu dengan menidurkan E-baby di tempat mas-nya biasa tidur. Menggunakan bantal-guling mas-nya. Dan malam itu pun saya dan suami bisa tidur.

Ketika E-boy pulang, E-baby tampak gembira. Sungguh hati saya masih sedikit perih. Penyesalan dan rasa tak berdaya menggelanyut. Menyesal karena tidak memberikan imunisasi MMR. Tak berdaya karena tak bisa merawat anak yang sedang sakit. Lega dan sedikit tak ikhlas ketika E-boy pulang, yang pertama dipeluk dan dicium adalah adiknya... Sedangkan saya menjadi urutan kedua. Duuuhh.... Bunda pun sangat rindu Nak... Betapa berartinya kesehatan dan kebersamaan. Perpisahan ini mengajarkan saya untuk lebih bijaksana dan berpikir dua kali sebelum memutuskan sesuatu...