Jumat, 20 Desember 2013

Q&A Smart Parents for Healthy Children (Bab 1C)

Ini adalah usaha kedua saya dalam membuat rangkuman buku Q & A Smart Parents for Healthy children. Kemarin lusa entah mengapa ketikan saya hilang begitu saja. Membuat saya dongkol setengah mati. Baiklah mari berusaha lagi... Rangkuman ini buat diri sendiri... Semoga juga bermanfaat buat siapapun yang kesulitan mencari buku satu ini...


3. BATUK PILEK
  • Batuk adalah refleks tubuh untuk membersihkan jalan napas, untuk membuang semua hal (termasuk dahak) yang mengganggu atau menyumbat saluran napas. Jadi, batuk BUKAN penyakit dan batuk bukan “momok”. Batuk merupakan refleks untuk melindungi saluran napas.
  • Batuk bukan penyakit melainkan "alarm". Oleh karena itu, pikirkan apa penyebabnya. Pada bayi dan anak kecil, umumnya disebabkan infeksi virus. Tahunya? Keluar ingus!
  • Prinsip penanganan batuk adalah watchful waiting, yaitu diobservasi sambil memperhatikan keadaan umum lainnya. Bukan langsung merogoh obat.
  • Pengencer dahak terbaik adalah air hangat.
  • Batuk pada anak usia sekolah umumnya disebabkan oleh infeksi virus kecuali bila berkepanjangan lebih dari empat minggu, bisa alergi, bisa kuman. Gejala batuk biasanya akan disertai gejala lain misalnya demam, pilek, atau sesak, kecuali pada alergi. 
  • Jangan berikan obat untuk menghilangkan batuk (menekan refleks batuk ) seperti dekstometorfan atau kodein. Mengapa? Saat anak terkena infeksi virus, terjadi peningkatan produksi lendir di saluran napas sehinggga anak pun “harus” batuk dalam rangka membuang dahak serta membuang kuman/virus penyebab batuknya. Batuk menyebabkan dahak keluar dari jalan napas dan di/tertelan.
  • Pemberian antibiotik pada batuk pilek sama sekali tidak berguna bahkan merugikan karena ia justru akan membunuh bakteri baik di tubuh kita. Efek sampingnya antara lain radang usus besar (kolitis), reaksi alergi, dan munculnya bakteri yang kebal tehadap antibiotik.
  • Muntah pada batuk pilek membantu mengeluarkan lendir. Muntah tidak berbahaya, yang berbahaya kalau dehidrasi akibat muntah. Jangan berikan obat antimuntah karena racun atau zat-zat lain yang membahayakan tidak bisa dikeluarkan bahkan tetap tersimpan di dalam tubuh dan menjadi lebih bahaya. Muntah justru diperlukan.
  • Obat antimuntah akan menyebabkan kita kehilangan jejak atau misleading, di mana bila ada masalah yang lebih berat bisa tidak terdeteksi karena gejala yang ada dihilangkan (dan kita pikir dia sudah sembuh).
  • Asma sama dengan alergi dan pengobatannya adalah HINDARI, HINDARI, dan HINDARI pencetus alergi. Asma tidak bisa diobati dengan antibiotik. Kalau memang anak terkena serangan asma, obat yang paling manjur adalah obat bronkodilator dan steroid (misalnya deksametason) hirup untuk membuka jalan napas.
  • Alergi, asma biasanya ditandai oleh batuk pilek yang tidak terus-menerus, muncul pada saat-saat tertentu saja (misalnya malam hari) serta ada pencetusnya (udara dingin, debu, tungau rumah. Polusi, makanan). Manifestasi alergi lainnya adalah eksem, rinitis alergi (bersin-bersin/ingus di pagi hari, udara dingin atau terpapar debu), atau konjungtivitis alergi (mata merah berair). Jadi, HINDARI pencetusnya dan pelajari cara mengatasinya.
  • Obat-obatan yang tidak perlu saat asma:
  1. sedatif/”obat tidur” (diazepam; luminal), atau yang bisa menimbulkan efek samping sedatif (misalnya CTM)
  2. pengencer dahak (ambroksol, bromheksin) karena dapat memperparah batuk
  3. antibiotik
  • Anak asma butuh kortikosteroid. Tapi anak yang sakit batuk pilek karena infeksi virus JANGAN diberi kortikosteroid. Efek sampingnya mengerikan, antara lain: hipertensi, keropos tulang, diabetes, gangguan pertumbuhan tulang (anak pendek), rambut tumbuh berlebihan (hirsutisme), moon face (muka bengkak), serta perdarahan saluran cerna.
  • Berdasarkan berlangsungnya, batuk dibedakan menjadi:
  1. batuk akut: bila berlangsung kurang dari 8 minggu
  2. batuk kronik: bila berlangsung lebih dari 8 minggu
  • Batuk akut pada anak umumnya disebabkan infeksi virus. Tidak perlu obat-obat khusus apalagi antibiotik dan kortikosteroid. Cukup berikan banyak cairan. Batuk akut memerlukan penanganan serius apabila disertai gejala berikut:
  1. dehidrasi berat. Anak benar-benar menolak minum atau muntah-muntah hebat
  2. penurunan kesadaran
  3. sesak napas
  4. kejang lama atau kejang berulang
  5. demam tinggi (hiperpireksia, suhu diatas 40,5 DC)
  6. muntah-muntah berwarna hijau
  7. perdarahan saluran cerna atau organ dalam lainnya 
  • Tanda-tanda sesak napas:
    1. frekuensi napas lebih dari:
    40 kali/menit (usia 0-2 bulan)
    30 kali/menit (usia 3-12 bulan)
    24 kali/menit (usia 1-6 tahun)
    20 kali/menit (usia 7-13 tahun)
    16 kali/menit (usia di atas 13 tahun)
    2. ada tarikan otot-otot bantu napas (terlihat cekungan di bawah leher, di dada, di bawah tulang rusuk)
    3. napas cuping hidung (cuping hidung tampak kembang-kempis)
    4. napas terengah-engah, susah bicara
  • Batuk pilek pada bayi kecil umumnya menyertai penyakit bronkiolitis. Bronkiolitis adalah peradangan pada bronkiolus (cabang-cabang saluran napas kecil yang menghubungkan bronkus/cabang tenggorok dengan paru-paru). Umumnya bronkiolitis disebabkan oleh infeksi virus antara lain RSV, adenovirus, dan parainfluenza. 
  • Gejala awal sama dengan gejala salesma seperti ingus meler, bersin, batuk ringan, demam (atau sebaliknya, badan lebih dingin dari biasanya), rewel, cengeng. Dalam dua-tiga hari batuk menjadi-jadi dan dapat disertai mengi. Bila memberat, bisa timbul sesak.
  • Bronkiolitis dapat digolongkan menjadi:
  1. bronkiolitis ringan: keadaan umum cukup baik, masih mau minum dan tidak sesak napas. Tidak memerlukan penanganan khusus, tidak perlu terapi uap dan antibiotk. Jika demam tinggi/sangat rewel, berikan parasetamol. Berikan ASI sesering mungkin saja
  2. bronkiolitis sedang: anak agak sesak. Napas disertai tarikan otot-otot bantu napas (sekitar dada dan perut) dan mulai bernapas menggunakan cuping hidung, mulai sulit untuk diberi makan, bisa terjadi dehidrasi ringan, napas pendek saat menyusu atau makan, atau terdapat beberapa periodettidak bernapas (apne)
  3. bronkiolitis berat: anak sangat lemah, tidak mau minum/makan, sesak (tarikan otot bantu pernapasan, napas cuping hidung, dan grunting), tampak lelah untuk bernapas, dehidrasi berat, dan sering terdapat periode tidak bernapas yang waktunya cukup panjang. Anak dengan bonkiolitis sedang-berat segera bawa ke rumah sakit. Ia butuh terapi inhalasi dengan larutan hypersaline.
  • Meski bronkiolitis dapat mengenai semua bayi, umumnya yang terkena adalah bayi kecil yang sering berada di luar rumah, sering terpapar rokok, dan bayi yang mendapat susu formula. Oleh karena itu, jangan lupa ASI eksklusif ya.
  • Batuk lama (kronik) tidak berbahaya. Penyebab tersering adalah kondisi lingkungan (polusi, lembab, asap rokok). Penyebab lainnya adalah infeksi virus berulang yang menyebabkan bronkitis (radang di saluran napas cabang tenggorokan). Pada anak kecil, infeksi virus dapat terjadi berulang kali, sehingga batuk terkesan menetap.
  • Penyebab lain batuk lama (kronik) adalah alergi, asma atau gangguan THT seperti sinusitis, post nasal drip (lendir dari rongga hidung yang masuk ke dalam rongga mulut), dan otitis media. Atau refluks (aliran balik) asam lambung. Pada usia sekolah ada pula yang dinamakan batuk psiko-genik, yaitu batuk kering yang terjadi tanpa ada bukti kondisi medis yang mendasari, tapi lebih berhubungan dengan keadaan emosi anak.
  • Batuk kronik butuh penanganan serius apabila:
    1. munculnya batuk pada awal kelahiran bayi, hal ini dapat menunjukkan: 
    • kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan makan dan menimbulkan aspirasi (tersedak), kelainan anatomi jalan napas.
    • Gangguan pada fungsi silia termasuk fibrosis kistik
    • adanya pneumonia virus kronik (misal oleh CMV) yang dialami selama dalam kandungan atau mendekati waktu persalinan
    2. batuk kronik disertai dahak yang kental dan purulen (bernanah)
    3. batuk menetap setelah anak tersedak
    4. batuk terjadi setelah atau selama pemberian makanan
    5. anak tampak sakit dan mengalami gangguan tumbuh kembang
  • Saat mengalami infeksi saluran napas, termasuk flu, bisa ditemukan gambaran perselubungan atau “bercak” putih di foto rontgen paru. Gambaran ini sering disalah-kaprahkan dengan istilah flek paru yang sebenarnya merupakan penghalusan (eufimisme) istilah tuberkulosis paru (TBC paru). Padahal, mendiagnosis TBC paru pada anak ibarat menyusun sekuntum bunga. Tidak bisa hanya mengandalkan pada satu kelopak saja, tidak bisa hanya berdasarkan rontgen.

[rangkumam lain bisa dilihat di label Buku QnA]

Jumat, 06 Desember 2013

Arti Sebuah Perpisahan

Kali kedua melepaskan si sulung pergi menginap di rumah nenek dalam kurun waktu satu bulan.. Terasa sekali perihnya..

Kali pertama E-boy pergi ketika sehat dan sangat ceria. Waktu itu terlintas di benak saya "oke, merawat bayi satu pasti mudah... aku dan hunny bisa sedikit pacaran". Rupanya pemikiran itu naif sekali. Ketika malam datang... E-baby berubah menjadi sosok bayi yang sangat tidak kami kenali. Tangisannya begitu memilukan. Menjerit-jerit, muka memerah. Disusui pun tidak menghentikan tangisannya. Berusaha berontak dan tidak mau tidur. Saat mata akan terpejam, sontak ia menggelengkan kepalanya. Horor tangisan pun kembali dimulai. Begitu itu sepanjang malam.

Saya dan suami kehabisan cara membuatnya tenang. White noise yang kami putar tak meredakan tangisannya. Pagi menjelang, saya meminta nenek memulangkan E-boy. Begitu E-boy pulang, E-baby takhluk dalam kantuk. Tidur nyenyak. Saya hanya bergerak berdasarkan naluri. Saya merasa anak bungsu ini mencari kakaknya. Tidak genap bila tidak ada kakak yang selalu ramai. Kakak yang menyanyanginya, menciuminya, mengajaknya bicara, menjaganya, memeluknya...

Kali kedua E-boy menginap pergi adalah sebuah keterpaksaan. Dalam kondisi sakit dan sedih. Belum sempat kami memberikan hadiah ulang tahun ke-4 kepada E-boy, hadiah berupa penyakit mumps/parotitis/gondongan datang menghadang. Malam setelah kami merayakan ulang tahun E-boy, kira-kira pukul setengah satu dini hari, E-boy terbangun. Saya sedikit curiga saat E-boy memeluk erat ayahnya. Tidak biasanya ia manja begitu. Setelah buang air kecil, E-boy menjatuhkan badannya ke saya.

Menempel erat minta peluk. Saya tanya "kenapa sayang?". Dan E-boy menjawab "sakit bunda". Investigasi singkat saya lakukan. Bagian yang sakit adalah pipi bagian kanan dekat dengan telinga bawah. Asumsi pertama saya mungkin karena sakit gigi. Maklum kue ulang tahunnya kan rasa manis, berwarna coklat. Ayahnya sadis! E-boy disuruh membuka lebar mulut, geraham kiri kanan E-boy ditekan kuat-kuat. Sontak E-boy menangis dan menjerit. Saya tidak bisa protes. Tidak ada pilihan lain... Saya dekap E-baby agar tidak terbangun.

Sekilas saya melihat pipi kanan E-boy yang dirasakannya sakit. Kok tiba-tiba membesar. Membengkak dengan cepat. Nenek masih saja berargumen, mungkin ini mungkin itu. Kepanikan di malam hari ini membuat saya menjerit tegas "ini gondongen deh. ambil paracetamol sirup, takar 5 ml". Kira-kira dua kali kalimat itu saya ulang. Suami cukup mengerti kapan saya tidak bisa dibantah. E-boy sempat tak mau meminum obatnya. Ya! Karena obatnya berasa ajaib. Rasa mint dengan warna hijau apel. Kami membujuknya untuk meminum habis paracetamol tersebut.

Sepanjang malam saya tidak bisa tidur. Saya browsing sampai kepala dan mata terasa hampir lepas dari posisinya. Benar saja. Keesokan harinya, bengkak di pipi E-boy makin besar. Saya takut adiknya, E-baby, tertular juga. E-boy sedih sekali. Bukan karena sakitnya tetapi karena tidak boleh dekat-dekat dengan adik. Dengan bujukan ringan, E-boy pergi menginap di rumah nenek selama dua hari. Sungguh pilu hati saya. Menyesal lantaran tidak memberikan imunisasi MMR kepada E-boy. Saya memang ceroboh dan menyepelekan penyakit ini.

Pesan saya kepada nenek adalah: "Paracetamol diminumkan kalau panas sekali atau Erdi rewel akibat rasa sakit. Makanan dan minuman yang rasanya kecut harus dihindari". Dari pagi hingga sore, E-baby masih tenang. Saat saya dan suami menelpon E-boy (tentu suaranya dikeraskan), E-baby seakan mencari sumber suara. Tengok ke kanan dan ke kiri, tetapi bayangan mas-nya tidak ditemukan. Malam harinya? Episode nangis jejeritan semalam suntuk kembali hadir. Parah! Lebih parah dari pengalaman sebelumnya.

Keesokan harinya, perasaan saya makin limbung. Tidur kurang. Akhirnya saya membaca-baca dan menemukan sebuah istilah attachment theory. Rupanya bagi E-baby, satu paket itu artinya ayah-bunda-mas Erdi. Di malam kedua, saya punya trik tersendiri mengakali E-baby yang kehilangan E-boy. Apakah itu? Yaitu dengan menidurkan E-baby di tempat mas-nya biasa tidur. Menggunakan bantal-guling mas-nya. Dan malam itu pun saya dan suami bisa tidur.

Ketika E-boy pulang, E-baby tampak gembira. Sungguh hati saya masih sedikit perih. Penyesalan dan rasa tak berdaya menggelanyut. Menyesal karena tidak memberikan imunisasi MMR. Tak berdaya karena tak bisa merawat anak yang sedang sakit. Lega dan sedikit tak ikhlas ketika E-boy pulang, yang pertama dipeluk dan dicium adalah adiknya... Sedangkan saya menjadi urutan kedua. Duuuhh.... Bunda pun sangat rindu Nak... Betapa berartinya kesehatan dan kebersamaan. Perpisahan ini mengajarkan saya untuk lebih bijaksana dan berpikir dua kali sebelum memutuskan sesuatu...

Selasa, 19 November 2013

Berubah? Itu Pasti!

Sebulan belakangan saya wira-wiri ke banyak dokter. Dokter kandungan, dokter gigi, dokter anak, dan dokter THT. Dokter kandungan untuk saya seorang, memeriksakan kondisi rahim saya setelah proses bersalin yang lalu. Pergi ke dokter gigi untuk proses menambal gigi ibuk dan menambal gigi E-boy yang bermasalah (dua gigi berlubang). E-boy memang belum sakit gigi tapi mulai sering mengeluh "bunda, seliliten" (seliliten artinya ada makanan terselip di gigi).

Yang ingin saya bagi di sini adalah pengalaman ke dokter THT dan ke dokter anak. Sekitar dua minggu yang lalu saya dikejutkan dengan peringatan dari mama "Nduk, telinga kiri anakmu berdarah loh. Erdi ngeluh gatal dan korek-korek telinga". Haduh hati saya langsung dag dig dug. Suami segera mengusulkan untuk pergi ke dokter THT di RSU. Sebenarnya saya paling ogah ke RSU. Antrinya bikin patah hati.

Tetapi karena saya tak punya pilihan lain. Tidak tahu dokter THT yang praktek swasta dan karena memang suami sudah rutin periksa telinga ke RSU, jadilah saya menguatkan hati dan niat (jadi ibu itu wajib LEBIH kuat, lebih tabah, lebih segala-galanya). Rencana berangkat jam 6.30 pagi. Lagi-lagi telat. Dengan dua anak, kami baru bisa berangkat jam 7.30. Dapat antrian no 21 dan 22 untuk E-boy dan ayahnya. Sabaaaaaaaaaaaaaaar... Maklum berangkatnya sudah siang.

Akhirnya E-boy dipanggil juga. Masuk ruang periksa saya senyum lega. Kenapa? Karena saya ditemani suami berhadapan dengan dokter THT yang ramah. Juga saya puas melihat kinerja dokter ini. Di depan saya, dokter tersebut masih sibuk membersihkan alat-alat periksa bekas pasien sebelumnya dengan alkohol. Kemudian menatap E-boy dan percakapan berikut terjadi (d= dokter, s= saya, su=suami):
d: "selamat pagi, saya dokter A, anaknya kenapa bu?"
s: "pagi dok! telinga kiri anak saya berdarah dokter. tolong diperiksa"
d: "awalnya kenapa?"
s: "seperti gatal dokter, tetapi memang serumen telinga kiri dan kanan anak saya berbeda. yang satu keras membatu, yang satunya lunak dan sedikit basah"
d: "mulai kapan bu?"
s: (mulai ragu, menatap ke suami) "mulai kapan hun? sebulan? sejak Ecio lahir?"
su: "sepertinya seminggu-dua minggu terakhir dok, agak lama kok"
d: "ada demam?"
s: "gak"
d: "batuk?"
s: "gak"
d: "pilek?"
s: "enggak dok"

Sampai sini ekspresi dokter di awal yang agak-agak gimana gitu menangani bocah 4 tahun menjadi sumringah. Dan sepertinya beban berat buat menjelaskan banyak hal tidak perlu muncul, karena kami termasuk pasien yang datang ke ruang periksa dengan bekal informasi. Tidak dengan pengetahuan kosong. "Baik bu, saya periksa dulu anaknya", begitu kata dokter. Segera saya menyiapkan E-boy. "Sayang, kalau sakit bilang ya Nak".

Dan beruntungnya E-boy ini penurut. Setiap arahan dokter THT, E-boy menurut. Setelah diperiksa bagian tenggorokan, dan telinga kiri-kanan, ternyata hanya ada kotoran. Di telinga kiri yang berdarah itu berasal dari luka gores di bagian dinding luar (tidak sampai ke bagian-bagian telinga lebih dalam). Kami tidak tahu dari mana luka gores itu. Saya pun puas karena keluar dari ruang periksa tanpa membawa resep. Telinga E-boy sudah dibersihkan oleh dokter.

Pesan dari dokter kepada E-boy "telinganya jangan dikorek ya, tidak boleh dimasukkan benda apapun termasuk jari". Sekarang E-boy jadi lebih penurut lagi terhadap perkataan saya. Kalau telinganya gatal selalu laporan dan saya bisa menentukan apakah perlu dibersihkan sendiri atau pergi ke dokter THT. Memang mencegah lebih baik daripada mengobati http://eemoticons.net

Seminggu kemudian kami pergi ke dokter anak. Kali ini untuk mengimunisasikan E-baby. Tidak ada ekspektasi apa-apa ketika berangkat. Bahkan saya pun bersiap untuk mendengarkan saran penambahan susu formula dari dokter anak. Karena kami menggunakan jasa dokter yang sama dengan dokternya E-boy. Dan pada waktu dulu itu dokter tersebut menyarankan susu formula merk X dan mengatakan kalau hanya memerah ASI saja tanpa disusukan langsung maka ASI saya akan cepat kering.

Ah saya memang keras kepala dari dulu. Saran dokter tentang susu formula merk X hanya lewat saja. Kegiatan perah memerah ASI terbukti lancar hingga dua tahun. Begitu juga kali ini, saat saya memeriksakan E-baby. Saya juga harus sama keras kepalanya. Eh tak dinyana dokter tersebut berkata seperti berikut setelah memeriksa kondisi E-baby: "bu, ini putra ibu grok-grok... ada kemungkinan alergi. ASI nya diteruskan ya jangan ditambah apa-apa lagi".

 http://eemoticons.net Saya sempat bengong beberapa saat. Haaaaaaa..... kejutan!! Dokter ini sekarang pro ASI toh?! Alhamdulilah.... Percakapan berikutnya membuat saya lebih terbuka. Kami banyak berbicara dalam bahasa medis. Dan senangnya saya ketika permintaan saya tentang spuit sisa imunisasi dikabulkan. Spuit imut-lucu terbuat dari kaca pun saya miliki dengan pesan "disterilisasi dulu ya bu". Sekarang menjadi barang koleksi baru di rumah.

Setiap orang pasti berubah! Mau ke arah positif atau ke arah negatif itu urusan personal dan tergantung sudut pandang yang dianut. Keberhasilan RUM (rational use of medicine) harus dimulai dari diri sendiri. Percuma berburu dokter yang RUM kalau kita sendiri tidak pro aktif, tidak memberi sinyal pada dokter bahwa pasien-pasien sekarang bisa diajak diskusi dan punya kedudukan setara. Dokter tidak lebih superior daripada pasien kok.

Salam ASI dan RUM, say no to PUYER!

Senin, 28 Oktober 2013

Apa yang Saya Syukuri Pagi ini

Bagai mimpi bisa mengurus dua anak seorang diri tanpa bantuan, entah itu orang tua/mertua/asisten rumah tangga/baby sitter. Di saat suami harus berangkat lebih pagi dan pulang lebih malam (bukan sekedar pulang lebih sore), tentu jungkir baliknya terasa. Sangat terasa malah. Lelah dan stres-nya bagai di ubun-ubun. Ini lah yang dinamakan ujian kesabaran.

Pagi ini begitu damai, tidak ada E-boy yang mengikuti saya di dapur. Cukup aneh sebenarnya. Hening yang harus diwaspadai. Lalu saya pun teringat E-baby yang saya tidurkan di kamar, tidak di baby crib. Ingatan itu cukup membuat saya berlari ke kamar. Ketakutan sesuatu terjadi pada E-baby jelas ada. Dan apa yang saya temui??

tidur ya dek... jangan menangis...

memandang dengan penuh kasih sayang

Air mata segera menyeruak saat saya mendapati pemandangan seperti foto di atas. Saat saya tanya "Erdi sedang apa?". Jawabannya sederhana namun sangat mengharu biru. "Jaga adek, adeknya kasihan gak bisa apa-apa". Hiiiiiksss... rasa syukur kepada Allah tiada henti. Betapa banyak kemudahan yang kami rasakan sejak awal kehamilan.

Semoga saja kakak-adek ini selalu rukun. Saling membantu, saling menjaga, tidak merepotkan dan memusingkan orang tuanya. Terlebih-lebih bunda-nya ini. Mari bekerja sama Nak-Kanak... Mari menciptakan lingkungan yang penuh kebahagiaan.

Kamis, 24 Oktober 2013

Sabar yaaaa Nak!

Budayakan antri!

Mengajarkan anak untuk antri memang tidak mudah. Antri berkaitan dengan kesabaran seseorang. Minggu yang lalu saya harus periksa kandungan. Niat awal adalah berangkat jam 8 pagi agar antrian tidak terlalu lama dan E-baby tidak kepanasan di kendaraan. Sayangnya karena kesibukan seorang diri (suami kerja), menyiapkan dua anak untuk bepergian itu tidak bisa seperti menjentikkan jari.

Mulai dari memandikan dan menyiapkan bekal, ternyata lama juga. Akhirnya kami baru bisa berangkat jam 9 pagi. Saya bersyukur hari itu ada ibuk yang mengantar dan bisa menjaga E-baby di kendaraan (masih karantina, sesedikit mungkin terpapar dengan manusia lain). E-boy ikut saya ke RS. Saat mengambil no antrian, sedikit kaget. Saya mendapat no 18. Sebenarnya saya sudah ragu. Sanggup ataukah tidak mengantri sepanjang itu...

Tetapi mengingat saya sudah terlambat dua minggu dari jadwal kontrol dan jadwal-jadwal ke depan masih padat, hanya ada satu kata: nekad! Antri di bagian admistrasi hampir membuat frustasi. Panas mentari cukup menyiksa. Orang-orang berjubel. Tempat duduk terbatas. E-boy bahkan berdiri. Saya tidak tega hati sebenarnya.

Dari tiga petugas yang ada, hanya satu yang bekerja sangat efisien. Seorang perempuan muda yang cekatan. Saya emosi saat itu melihat dua petugas lainnya: seorang laki-laki dan seorang perempuan paruh baya. Mengapa? Yang perempuan paruh baya selalu asyik dengan hp-nya, yang laki-laki selalu berpura-pura menjadi dokter. Kenapa saya bisa bekesimpulan demikian?

Pendek cerita berkas saya pernah dibawa ke poli umum oleh petugas laki-laki itu. Hanya karena keluhan saya nyeri/kram di bagian perut. Saat itu saya sudah meminta untuk periksa ke poli kandungan. Itu cerita dulu. Semenjak peristiwa itu yang antri di bagian administrasi selalu suami. Nah kemarin, saya harus mandiri dan menghadapi semuanya sendiri.

Sekitar satu jam saya mengantri. E-boy mulai tampak lelah, berkeringat, wajahnya memerah. Sampai akhirnya saya melihat kursi kosong. Buru-buru saya dudukkan E-boy di sana. Saya? Tetap berdiri. E-boy mengeluh "bunda, Erdi lapar". Duh saya bingung harus bagaimana, tetap mengantri atau menuju toko. Akhirnya saya putuskan menunggu sebentar lagi.

Hanya kalimat "sabar ya Nak, bentar lagi bunda dipanggil". E-boy kasihan sekali. Tidak sedikit pun ia rewel. Duduk manis sambil diam. Sesekali saya peluk dan berujar sekali lagi "sabaaar yaaaa Nak". Sekali lagi. Sekali lagi. Dan entah berapa kali saya berujar demikian. Yang jelas level emosi saya sampai turun karenanya. Padahal semula saya ingin menendang-nendang apa yang ada.

Begitu urusan administrasi selesai, segera saya membawa E-boy ke toko. Yang diminta olehnya hanyalah sebuah bakpao dan sebotol minuman. Ternyata antri menunggu panggilan dokter tidak lama. Hanya 10-15 menit. Ya Allah, sebal sekali saya hari itu dengan bagian administrasi. Tetapi saya berterima kasih kepada E-boy.

Berterima kasih karena kesabarannya telah mengajarkan banyak hal buat bunda-nya. Berterima kasih atas sikap manisnya (meski sempat sedikit berulah di ruang periksa). Dan berterima kasih karena telah menjadi anaknya bunda. Bunda belajar tiada henti karenamu Nak...

Minggu, 20 Oktober 2013

Cerewet yang Positif

Saya membuat pengakuan!
Semakin bertambahnya usia saya, ternyata makin cerewet. Terlebih-lebih ketika E-baby lahir. Bukan berarti saya menjadi orang yang menyebalkan (entahlah bagi orang lain). Setidaknya saya berusaha cerewet dengan cara santun. Kecerewetan saya ini dimulai ketika proses melahirkan dimulai sebulan yang lalu. Ketika itu di rumah sakit, kecerewetan saya bermula di ruang pemulihan. Sedikit-sedikit tetapi rinci dan berulang-ulang.

Tanggal 10 yang lalu, kami sudah membuat jadwal dengan dokter anak. Berencana imunisasi BCG, polio dan hepatitis B. Jangan tanya mengapa jadwalnya acak adul. Satu hal ini sempat terlupa oleh kami. Dan begitu sadar, ada imunisasi yang terlambat, segera kami membuat janji dengan dokter anak sambil mengaduk-aduk informasi dari internet, juga membaca ulang buku Q&A. Akhirnya saya mendapat sebuah pemahaman (teringat kembali) kalau vaksin hidup dan vaksin hidup minimal berjarak 4 minggu.

Berbekal dari informasi tersebut, kami membawa E-baby ke RSIA. Sehingga jadwal yang terlambat tidak mengakibatkan keterlambatan yang lebih terlambat (halah bahasanya.....). Intinya di bulan kedua besok, imunisasi E-baby bisa sesuai jadwal IDAI (ini tiap tahun kok berubah terus yak?!). Datang sebelum jam praktek dokternya, dan sudah mendapat antrian no 8. Hmmmm.... semakin siang semakin banyak antrian yang ada.

Banyaknya anak-anak dan bayi yang mengantri di dokter pasti membuat siapa saja berkurang konsentrasinya. Saat di dalam ruang praktek, kami dibuat panik oleh E-boy. Suster sampai tidak sengaja memencet vaksin BCG dalam suntikan. Terbuang percuma sudahlah satu dosis itu. Setelah pemeriksaan kesehatan, ketahuan muncul granuloma di bagian pusar E-baby (nanti saja membahas satu kata ini ya). Yang membuat saya suka dengan dokter anak pilihan kami adalah selalu memberikan diagnosa dalam bahasa medis.
.
Keluar dari ruang praktek, saya sudah senyum-senyum riang. Saat di kasir, kecerewetan saya kembali muncul. "Sayang, tadi adek dapat berapa suntikan dan berapa tetesan?". Tanya saya kepada suami hanya mendapatkan sebuah jawaban: "cuma suntikan BCG dan hepatitis B". Saya berusaha meyakinkan suami dan diri sendiri apakah benar vaksin polio belum diberikan. Dan ternyata kami sama-sama tidak ingat.

Kemudian saya meminta suami untuk menanyakan suster. Kami pun menunggu sampai pintu ruang praktek terbuka. Dan memang iya, suster dan dokter belum memberikan vaksin polio. Suster senyum-senyum dan meminta maaf keteledorannya pagi itu. Saya tidak bisa membayangkan apa jadinya bila saat itu langsung pulang ketika urusan pembayaran selesai. Keterlambatan jadwal imunisasi bisa menjadi keterlambatan yang lebih terlambat. Atau bahkan tidak lengkap imunisasinya.

Dan akhirnya saya bersyukur dianugerahi kecerewetan ini. Kecerewetan dalam tanda positif selalu menyelamatkan kita dari penyesalan kok. Selamat pagi, selamat berhari minggu, dan selamat mempersiapkan kesibukan buat minggu depan. Semanggaaaaaaaaaaaaaaaat ^_^

Jumat, 04 Oktober 2013

Trauma dan Proses Penyembuhannya

Saya tidak pernah menyadari sebelumnya. Pemisahan ibu dan bayi yang saya alami tahun 2009 lalu ternyata meninggalkan trauma yang cukup besar. Trauma itu mengendap dalam alam bawah sadar. Proses kelahiran yang diluar rencana. Rasa sakit yang luar biasa. Dan saya sebagai seorang ibu adalah orang terakhir yang tahu wajah bayi saya.... Ya... itu adalah awal mula rasa trauma itu. Pada perjalanan selanjutnya trauma yang tidak saya sadari itu berkembang menjadi baby blues syndrome (bisa menjadi postpartum depression).

Enggan rasanya merawat bayi. Dukungan suami dan ibu untuk tetap berusaha menyusui saya rasakan sebagai tekanan. Hingga akhirnya bayi yang bingung puting itu pun selamanya mendapatkan ASI via botol. Ya! Saya menyerah dalam usaha menyusui langsung. Baby blues syndrome tidak terlalu lama bercokol. Minggu demi minggu berikutnya saya berhasil melakukan ikatan batin dengan bayi saya. Tetapi rasa gagal sebagai ibu (gagal menyusui) selalu menjadi momok. Menyebabkan rasa rendah diri dan berakhir dengan macetnya produksi asi (selain karena faktor kelelahan dan bebas stres lainnya).

Keberhasilan meningkatkan produksi ASI membuat rasa percaya diri kembali pulih. Trauma itu sembuh? Kalau kita tidak tahu apa penyakit kita,,, apa lantas kita bisa mengobatinya?? Trauma itu hanya ditidurkan di alam bawah sadar. Cerita selanjutnya meloncat ke proses kelahiran anak kedua. Selama di RS, trauma itu perlahan-lahan muncul. Melihat si sulung yang begitu manis, pengertian, penurut, tidak rewel, dan mau bekerja sama dengan nenek di rumah... membuat saya trenyuh.

Air mata demi air mata mengalir begitu saja selama di RS. Duh... mengapa harus mengalami perpisahan lagi dengan anak sulung?? Air mata kembali berlanjut ketika sampai di rumah. Saat si sulung rewel minta dimandikan bundanya. Waktu itu saya baru saja mandi dan mencuci rambut. Rambut saya masih basah. Setelah si sulung rapi dan wangi, tiba-tiba dia mengambil sisir dan hair dyer yang saya pegang.

"Bunda, Erdi aja yang ngeringkan. Rambut bunda panjang... Bunda suka ya rambut panjang?". Saya biarkan si sulung bermonolog sambil menyisir kemudian mengeringkan rambut saya bak penata rambut profesional. Saya menangis sejadi-jadinya. Tak ada yang tahu. Menangis adalah salah satu bentuk terapi penyembuhan jiwa. Semua memori asal muasal trauma itu kembali terpampang. Lama saya menangis, sampai rambut saya kering oleh hair dryer. Setelah tangisan itu reda... rasa lega luar biasa! Saya peluk hangat tubuh si sulung sambil berbisik "maafkan bunda ya Nak, maafkan untuk setiap keterbatasan yang bunda punya".

Minggu, 22 September 2013

Nursing Bracelet

Nursing Bracelet (NB) berfungsi sebagai penanda kapan terakhir bayi menyusu kepada ibu. Sebenarnya gelang ini sudah saya ketahui sejak kelahiran E-boy (2009) tetapi pada saat itu rasanya tidak memerlukannya karena status saya yang pada akhirnya sebagai seorang e-ping mom. Saat hamil anak kedua, saya berniat membuat sebuah NB. Sayang sungguh sayang niat itu selalu terkalahkan oleh kegiatan lain dan rasa lelah.

Sampai hari persalinan tiba, NB hanya sekadar memenuhi relung pemikiran. Kemarin lusa kami kedatangan ibu-ibu PKK. Tidak main-main jumlahnya sampai belasan-dua puluhan orang (tidak menghitung oey) dan waktunya mendekati maghrib pula. Kontan saya kelelahan. Karena menggampangkan "kan asip di kulkas banyak, saya tidur aja lah".

Malam itu memang saya tidur nyenyak. Hanya sekali saja menyusui E-baby. Selebihnya suami dan ibuk yang memberikan asip dengan media spuit 10 ml. E-baby rewel luar biasa malam itu. Mungkin juga kelelahan kedatangan tamu yang gak kira-kira jumlahnya. Esok paginya... kagetlah saya!! Pipi E-baby mulai menguning. Panik? Jelas iya!

NB harus segera dibuat nih. Saya pun membongkar kotak penyimpanan berbagai aksesoris dan menemukan bahan dan alat. Saya racik saja sekenanya. Yang penting jadi dan saya bisa disiplin menyusui per 2-3 jam. Bahannya sederhana kok: tali senar yang bisa melar, aneka manik-manik. Alat: gunting dan tang.

proses meracik NB, waktu terakhir menyusu jam 3.15

hasil jadi
A menunjukkan menit, B menunjukkan jam, C sebagai penanda

saat dipakai, kepala tigger hilang setelah dipinjam E-boy

Manik-manik bulat emas menunjukkan menit. Ada tigbuah, yang masing-masing mewakili 15 menit. Sedangkan manik-manik mutiara dan bentuk bintang untuk mewakili jam, jumlahnya 12. Manik-manik berbentuk pipa merupakan awalan, yaitu menunjukkan jam 1. Cukup mudah bukan membuatnya?

Sekarang saya otomatis memindahkan penanda ketika menyusui E-baby. Jadi tidak ada lagi lupa dan mengira-ngira kapan menyusui terakhir. Ketika E-baby keasyikan tidur pun saya bisa membangunkannya untuk menyusu. E-baby ini paling doyan tidur. Agak sulit dibangunkan dan suka marah-marah kalau dibangunkan dari tidur nyenyaknya.

Dicium, dipeluk, dielus, ditepuk-tepuk halus tidak mempan untuk membangunkan E-baby. Cara yang paling ampuh adalah dengan menggelitiki telapak kakinya yang mungil itu. Ah.. perjuangan menyusui masih panjang. Masih banyak tantangan yang perlu ditakhlukkan. Dan saya sangat berharap tidak bertemu dengan yang namanya nursing strike.

Jumat, 20 September 2013

Berita Bahagia

Setelah melalui 39 minggu kehamilan yang mendebarkan, bahagia, dan banyak keluhan.... Akhirnya proses persalinan yang alhamdulilah dilancarkan dan dimudahkan oleh Allah SWT, putra kedua kami lahir ke dunia..

Nama: Zosimos Ecio Riverdi
TTL: Malang, 13-9-'13
Jam: 14.20 WIB
Berat: 3000 g
Panjang: 50 cm
Lingkar Kepala: 35 cm
Apgar Score: 8/9
ASI: YA



Selamat datang Adik Ecio (baca: Esio)... Terima kasih telah menjadi bayi yang luar biasa. Membawa banyak kebahagiaan buat kami semua. Saat ini saya masih mencari ritme harian. Masih adaptasi dengan semua perubahan ini. Cerita saat persalinan dan selama di RS (pengalaman rawat gabung, dll) akan dituliskan kemudian.

Salam,
Vera

Senin, 02 September 2013

Satu Mimpi yang Menjadi Nyata

Pagi ini cukup cerah dan seperti biasa burung-burung di pohon yang ada di teras bernyanyi gembira. Saya tak kurang gembiranya. Karena saya sedang menanti suami menghaluskan bumbu (ketawa renyah), E-boy juga sibuk tuh sama ayahnya menuang-nuang gula-garam ke dalam cobek... Lucu! Mereka kompak...

mengabadikan keindahan temaram senja
Berbicara mengenai mimpi, ini bukan mimpi semalam dua malam. Ada sebuah ucapan, doa, mantra, keinginan atau apapun itu istilahnya di jaman saya masih kecil (heiiii tulisan ini untuk menggenapi janji kepada seorang kawan). Waktu itu pertama kalinya saya berwisata ke tempat adem nan apik, Kebun Teh Wonosari Lawang.

Mengagumi keindahannya dan udaranya yang sejuk, dengan polosnya saya kecil berkata "suatu saat nanti pasti punya tempat tinggal di sini". Dan tahukah apa yang terjadi sekian belas tahun kemudian?! Saya akhirnya hampir tiap minggu ke Wonosari. Bukan tempat tinggal saya dan suami sih tetapi tempat tinggalnya ibuk-bapak.

Baru-baru ini saya tersadar... apa-apa yang menjadi impian kita, haruslah kita yakini. Jangan remehkan itu. Sekonyol-semustahil apapun. Suatu saat nanti pasti satu persatu akan mewujud nyata. Percayalah!

Minggu, 01 September 2013

Petualangan Hebat

Hai.. Hai..
Rasanya sulit sekali mendapatkan waktu duduk santai tak terinterupsi sepanjang 2-3 bulan ini. Bukan karena sok sibuk atau sok jadwal padat atau sok banyak kegiatan. Tapiiii..... ini dia alasannya:

A Grand Adventure is about to Begin. -Winnie The Pooh

Setiap kali mencoba duduk santai dan menulis beberapa kata, ada yang protes dari dalam diri sehingga hanya jadi kerangka tulisan saja. Fokus yang terbelah-belah juga mempengaruhi konsentrasi menulis. Seru... petualangan untuk menjadi ibu dari dua anak ini sangat hebat. Semoga di lain hari saya menemukan kesempatan untuk menuangkan semuanya.

Doakan Kami Ya...

Jumat, 23 Agustus 2013

Pengalaman Luar Biasa (Mengajarkan Puasa)

Ternyata kesibukan ramadhan dan lebaran kemarin hanya menyisakan sedikit waktu untuk bisa duduk tenang di depan komputer. Saya lebih banyak menengok dunia maya dari sebuah telepon genggam kecil. Dan baru dini hari ini bisa sesekali menengok ke dalam diri pribadi. Dari sekian banyak pengalaman menarik 1-2 bulan terakhir, yang paling luar biasa adalah ketika saya mengajarkan anak berpuasa.

Saya tidak sendirian, suami pun berperan. Dan tak kalah hebatnya adalah E-boy sendiri sebagai pembelajar puasa. Kurang lebih kronologis dan tahapan E-boy belajar berpuasa seperti berikut:
Hari Pertama: kami sekeluarga terserang flu, karena hari pertama tidak tega rasanya membangunkan E-boy sahur. Sahurnya pun dilakukan ketika bangun tidur (sarapan) kemudian tidak makan dan minum sampai tengah hari, dilanjutkan tidur siang dan makan kembali ketika adzan maghrib tiba. Mungkin ini bawaan anak yang tidak terlalu fit. Ogah makan tetapi saya memberi kelonggaran... Kapanpun E-boy ingin minum, bebas saja.

Hari Kedua: pola makan dan tidur E-boy masih sama dengan hari pertama. Tetapi di jam 4 sore sedikit rewel sehingga saya pun memutuskan memberi makan sedikit. Namanya anak sakit pasti ada rewelnya, bagus juga masih mau makan. Dan semangatnya untuk ikut berpuasa harus diacungi jempol.
Hari Ketiga: karena kondisi sudah membaik dan hanya tersisa batuknya saja maka E-boy diajak sahur. Eh bangun tidur tetap minta sarapan. Ya sudahlah tidak mengapa. Hari ketiga ini saya mulai memberi pengertian kalau puasa itu tidak makan dan tidak minum sampai adzan. Dan benar saja, E-boy paham. Minta makan dan minum ketika adzan dhuhur. Kemudian dia tidur siang. Jam 4 sore kembali rewel minta makan. Perhatiannya dialihkan dengan menonton dinosaurus dari BBC (Walking with Dinosaurs). Sukses menahan lapar dan haus sampai maghrib.

Hari Keempat: batuk sudah jauh berkurang. Pola berpuasa masih sama dengan hari ketiga. Tetapi di jam 4 sore diajak bermain in line skate. Apa yang terjadi? Ya... kehausan lah! Baiklah, boleh minum sepuasnya Nak... Kami memaklumi masih kecil, belum genap 4 tahun kan?! Dan berhasil berbuka puasa pas bedhug maghrib. Horrrreee....
Hari Kelima: senang rasanya ketika anak kembali sehat. Sudah mulai bisa diajak sahur tetapi meski sudah sahur, sarapan tetap dilakukan. Susah amat menghilangkan kebiasaan E-boy sarapan sesaat setelah bangun tidur. Puasa bedhug-nya lancar meski di jam 4 sore kembali rewel. Tetapi karena sudah paham apa itu puasa maka bocah ganteng ini berusaha menahan lapar dan haus hingga adzan maghrib tiba. Horrreeee ada kemajuan. Saya senang luar biasa. Saat malam tiba, saya timbang berat badan E-boy dan ternyata bertambah 300 gram. Wooooooooaaaaa..... surprise!!

Hari Keenam: dimulai dengan bersahur bersama-sama sambil ketawa-ketiwi kemudian saya memberi pengertian untuk menggeser makannya di jam 9 pagi. Itu pun bukan nasi melainkan dua lembar roti tawar. Pemahaman E-boy ternyata puasa itu tidak makan dan tidak minum sampai suara adzan. Walhasil sejak hari keenam ini, saat ashar (kalau pas tidak tidur siang) adalah saat di mana saya harus menyiapkan makanan dan minuman untuknya. Karena saya belum memasak, selembar roti tawar pun menjadi pengganjal perut laparnya.
Tidak terasa sebulan penuh mengajarkan anak berpuasa. Pola makan nya tertata: sahur, sarapan di jam 9, buka puasa di tengah hari, ngemil/makan saat ashar, dan berbuka puasa saat maghrib. Begitu terus setiap hari. Tanpa sadar setelah bulan ramadhan berlalu.... E-boy masih tetap di pola makan biasanya. Berteriak kegirangan saat mendengar adzan lalu meminta makan.

Hingga hari ini, E-boy masih ingin berpuasa. Lucu ya... Oia, ada taktik E-boy yang membuat saya tidak habis pikir. Di sela-sela menahan lapar, E-boy melafadzkan adzan sendiri lalu berkata kepada saya "sudah adzan loh bunda, ayooooo berbuka puasa". Antara takjub dengan idenya dan juga merasa gemas maka saya pun menjelaskan bahwa adzan yang dimaksud bukan dari adzan yang kita kumandangkan sendiri tetapi menunggu seruan adzan yang terdengar dari masjid. Cukup alot juga waktu itu menjelaskannya tetapi pada akhirnya E-boy paham kok.

Tidak sabar bertemu ramadhan tahun depan! Semoga kita semua masih ada kesempatan bertemu dengan bulan seribu berkah itu yaaa... Aamiin YRA.

[cerita menarik versi E-boy bisa dibaca di sini]

Senin, 15 Juli 2013

Si Lolo yang Seram


Lolo adalah (mantan) peliharaan kami. Seekor lipan yang saya temukan di dapur. Sebetulnya saya ngeri sekali dengan hewan berbisa satu ini. Eh Suami dan anak saya malah sangat bersemangat untuk memeliharanya. Dengan menahan kengerian, saya berusaha menerima keberadaan Lolo. Dinamakan Lolo karena untuk mempermudah saja, berasal dari nama ilmiah hewan ini, yaitu: Scolopendra. Alasan suami adalah untuk mengajarkan kepada anak kalau lipan sangat berbahaya. Jenis peliharaan yang hanya bisa dilihat dan diamati dari jarak tertentu tanpa boleh menyentuhnya. Hal-hal rasional semacam inilah yang perlu ditekankan. Kita tidak boleh takut pada sesuatu hal yang tidak jelas alasannya. Banyak hewan yang aman untuk dipegang kok tetapi ada beberapa yang penanganannya perlu hati-hati. Pada akhirnya E-boy bisa mengetahui perbedaan antara keluwing dan kelabang (lipan) serta mana yang aman disentuh di antara keduanya.

Setelah memelihara cukup lama, saya memahami bahwa lipan ini tidak agresif. Cenderung mudah stres bila kandangnya tidak diberi air dan sesuatu untuk bersembunyi. Kami menambahkan serutan kayu agak banyak di dalam kandangnya. Tujuannya sih agar Lolo bisa mengubur badannya di dalam serutan kayu. Kalau ditempatkan di kandang begitu saja tanpa serutan kayu maka si Lolo akan berlarian dengan agresif. Antenanya akan bergoyang ke kiri dan ke kanan. Kasihan sekali melihatnya. Pakan Lolo sangat mudah. Hanya beberapa ekor ulat hongkong untuk jangka waktu yang lama (kira-kira satu minggu). Suami sempat dinas ke luar kota selama satu minggu. Dan saya pun mau tak mau merawat Lolo. Ngerriiiiiiiiiii............! Tugas saya hanya memberi beberapa tetes tapi sudah membuat bulu kuduk berdiri. Tidak sekali suami pergi dinas luar, seminggu kemudian pergi dinas luar lagi. Aduuuuuhhh..... Seraaaamm.... Mau dibiarkan begitu saja kok ya kasihan....

Kurang lebih karakter lipan ini seperti kalajengking (kalajengking peliharaan kami habis dimakan semut), bukan hewan yang offensive tapi hewan yang defensive. Lebih suka bersembunyi dan menghindari manusia. Akhirnya daripada saya bingung lagi ketika suami dinas luar..., maka kami memutuskan untuk melepaskan Lolo ke alam liar. Selama dua bulan kami memelihara Lolo, tanpa terluka, tanpa terkena racun. Lolo dalam kondisi sehat dan utuh. Pelepasan ini tentu kami diskusikan juga dengan anak. E-boy dengan lapang dada merelakan peliharaannya bebas di alam liar. Setiap kali kami melewati daerah di mana Lolo dilepas, pasti E-boy berkata "Lolo nya cari makan ya...". Tidak ada raut wajah sedih. Mungkin ini kali terakhir kami memelihara aneka hewan, cukup dengan kucing dan landak mini saja. Tetapi semoga ada tambahan anggota keluarga baru... Doakan yaa....

Minggu, 07 Juli 2013

Surga Mini

Awal bulan selalu dilalui dengan banyak jadwal. Karena kondisi jalan yang semakin sesak juga kondisi badan yang sedang tidak bersahabat juga memikirkan ada anak balita yang kudu sehat, akhirnya jadwal-jadwal itu harus dibagi dua. Tanggal 2-3 dilalui di jalan, nonstop. Pulang ke rumah hanya untuk koreksi dan menggunakan internet untuk setor nilai.

Ketika semua jadwal terlalui, spaneng, lelah, stres, tak mau lah memaksakan badan. Tanggal 3 sore, kami sampai di kebun teh, memutuskan tidak pulang ke rumah. Suasana sungguh mendung. Sempat hujan deras. Di saat ini lah saya merasakan damai yang sungguh menenangkan. Di luar sana hujan tersisa rintik-rintik.

Saya yang hanya bisa duduk santai bisa menikmati surga mini ini. Musik klasik bersanding rinai hujan, melihat anak yang mengejar-ngejar ayahnya yang berlatih in line skate. Di sudut yang lain ada kakek-nenek E-boy yang juga menikmati sore hari bersama. Jauh dari peradaban (gak amat sih) juga jauh dari penduduk. Damai!

Ternyata untuk refreshing itu tidak perlu biaya mahal, tidak perlu jauh-jauh. Hanya gunakan saja ketidak-biasaan dan manfaatkan apa yang ada. Malamnya? Saya tidur terbuai pemandangan kerlap-kerlip lampu Kota Malang dan esoknya dibangunkan oleh sinar mentari di ufuk timur. Benar-benar menyegarkan!!

Jumat, 28 Juni 2013

Membuat Playdough: Murahnya Berbahagia dengan Keluarga

playdough-nya sukses!
Kemarin adalah hari ulang tahun suami. Tidak seperti biasanya, kami hanya melewatkannya di rumah saja  karena kondisi dan situasi tertentu. Bagaimana caranya supaya rumah tetap ramai? Saya berinisiatif membuat playdough sendiri, mumpung persediaan tepung terigu masih berlimpah. Sebenarnya saya cukup ragu dengan resep yang saya dapatkan dari internet. Tetapi biar ramai di hari ulang tahun suami, maka diniatkan saja membuatnya.


suasana bermain playdough bersama
Bahan:
2 gelas tepung terigu
1 gelas garam
1 gelas air
2 sendok minyak goreng
beberapa pewarna makanan

Cara Membuat:
  • campur tepung terigu dan garam dalam sebuah wadah (saya suka menggunakan tangan)
  • tambahkan air sedikit demi sedikit sambil diuleni
  • setelah kalis dan membentuk bongkahan, tambahkan minyak goreng
  • bagi menjadi beberapa adonan
  • masing-masing adonan beri pewarna makanan
  • siap dimainkan
  • cara menyimpan: letakkan dalam wadah plastik tertutup dan simpan di kulkas (awet beberapa minggu rasanya)

dinosaurus dan aneka playdough warna-warni
Benar saja, cara membuat playdough ini sangat mudah, murah, sederhana, tak lupa AMAN! Tidak sampai lima menit, rumah sudah ramai dengan suara berebut ayah-anak. Saya aja yang mendengarnya sampai pusing. Eh ternyata siangnya kakek-nenek E-boy datang membawa bubur merah-putih, jadi semakin meriah lah suasana ulang tahun suami. Meski bukan acara pesta-pesta dan makan-makan mewah. Tetapi sudah sangat membahagiakan. Foto-foto hasil karya E-boy bermain playdough akan diunggah di blognya E-boy aja ya (berjudul Playdough Buatan Bunda).... Ssstttt... yang menghabiskan bubur merah-putihnya bukan yang ulang tahun loh. Coba tebak siapa yang menghabiskannya??


Minggu, 23 Juni 2013

Kue (se)Lapis: Kue Perdana Bikinan Sendiri

Ya... saya memang paling ogah menghabiskan banyak waktu di dapur. Paling malas membuat sesuatu yang ribet. Saat belanja bulanan saya mengambil tepung terigu satu kg. Niatnya sih untuk membuat dadar teri basah. Ternyata sisa tepung terigunya masih banyak. Sayang kan kalau tidak dimanfaatkan?

Tiba-tiba teringat kue lapis. Bahan mudah dan sederhana saja cara membuatnya. Dari beberapa hari yang lalu sebenarnya sudah ingin eksperimen. Apa daya selalu saja ada acara yang mengharuskan keluar rumah. Tadi saya mendapatkan waktu santai. Suami juga pulang cepat. Pas sekali toh?!

Bahan: 
cetakan pertama
cetakan kedua

200 ml santan 
8 sendok makan gula
6 sendok makan tepung terigu
1 sendok makan coklat bubuk
1 sendok teh garam
sedikit margarin untuk mengoles cetakan


Cara Membuat:
  • rebus air didalam panci kukus, tutup panci dibungkus dengan lap, biarkan hingga air mendidih, nantinya digunakan untuk mengukus kue lapis
  • tuang santan di dalam wadah besar, tambah gula dan garam, aduk hingga larut
  • tambahkan tepung terigu sedikit demi sedikit, aduk hingga rata
  • bagi adonan menjadi dua
  • tambahkan coklat bubuk pada satu bagian adonan, aduk rata
  • oles cetakan dengan margarin
  • tuang salah satu warna adonan, masukkan ke dalam panci kukus yang airnya telah mendidih selama 3-5 menit
  • tuang warna adonan lain, kukus selama 3-5 menit (lakukan hingga semua adonan habis)
  • kukus selama 20-25 menit (hingga matang)
  • angkat dan segera keluarkan dari cetakan
  • potong-potong dan siap dihidangkan

Seharusnya sih kue lapis ini berlapis-lapis. Dari eksperimen saya, kue lapis yang berlapis-lapis gagal terbentuk karena saya yang gak telaten membuat lapisan demi lapisannya. Eksperimen kedua pun berantakan. Harusnya warna putih berbentuk daun clover terbungkus oleh warna coklat. Nyatanya??? Lihat di foto aja yaa... *nyengir lebar*

Meski gak berbentuk, rasa kue (se)lapis ini enaaaaak sekali! Suami dan anak suka banget.. nge.. nget.. Cetakan pertama tandas tak bersisa jadi rebutan kami bertiga. Cetakan kedua hanya tersisa 4 potong saja. Pokoknya kue lapis berikutnya harus lebih rapi dari ini!! Janji deh!

Rabu, 19 Juni 2013

Tamping: Realita di dalam Penjara

Beberapa bulan yang lalu saya membaca sebuah cerpen tentang seseorang yang selalu berusaha masuk kembali ke dalam penjara. Tindak kriminalitas yang dilakukannya terbilang sederhana: mencuri baju/celana/jam di sebuah mall. Ternyata dia melakoni peran sebagai pembantu di dalam penjara. Gaji sebagai pembantu di penjara itu lumayan dan bisa mengirimkan uang ke anak istrinya di rumah. Pekerjaannya adalah mencucikan baju tahanan lain (yang berduit) dan memasakkan. Di luar penjara, dia tidak bisa mendapatkan sebuah pekerjaan pun. Sehingga hanya di dalam penjara lah, dia bisa menghidupi anak istri.

Saya cukup terperanggah ketika membaca bagian akhir cerpen tersebut. Mengapa? Karena si penulis menyatakan bahwa cerpennya itu diangkat dari kisah nyata, 80 persen adalah fakta. Bukan ini yang sebenarnya ingin saya bagi. Kisah yang saya dengar langsung dari seseorang berikut juga cukup mengagetkan. Kisah-kisah bagaimana kehidupan penjara yang miris untuk dibayangkan. Singkat cerita, sebaiknya masuk penjara karena kasus pembunuhan. Karena napi dengan kasus pembunuhan akan disegani dan aman dari gangguan napi-napi lain. Sebaliknya, napi dengan kasus pemerkosaan bisa mampus di dalam penjara!! Dihina, dicaci, disiksa oleh napi-napi segedung itu.

Tamping, kata yang baru sekali saya dengar waktu itu menggugah rasa ingin tahu. Disimpan saja rasa ingin tahu itu di dalam hati. Saya simak kisah tamping dengan seksama. Seorang teman dari penutur cerita adalah bekas tentara perang di jaman tahun 60-an. Entah mengapa setelah pulang ke rumah bisa membunuh kedua orang tua kandungnya. Setelah masa tahanannya habis, sempat menghirup udara bebas tetapi akhirnya kembali ke dalam penjara sebagai tamping karena tidak diterima oleh masyarakat. Menurut kesaksian indra pendengaran saya, penghasilan tamping sangat besar bahkan berlebih.

Sehari-harinya, tamping berkeliling penjara memanggul senjata. Bolehlah disebut sebagai bos/preman/mafia yang menguasai napi-napi lain. Tamping ini sangat disegani dan ditakuti oleh seluruh napi. Pendapatannya dari dua arah. Dari pihak polisi yang mempekerjakan sebagai tamping dan juga mendapatkan uang dari napi-napi lain. Coba bayangkan dalam satu penjara ada berapa puluh napi. Kalau setiap napi wajib membayar lima ribu saja kali total napi kali 30 hari, bisa terhitung lah pendapatan minimalnya setiap bulan ya. Berminat menjadi tamping?? he he he....

Sesampainya di rumah, saya segera mencari tahu apa itu tamping. Ternyata tamping adalah singkatan dari tahanan pendamping. Pendapatan yang diterimanya tidak saja uang, tetapi bisa berupa rokok dan barang-barang lainnya. Tamping bebas keluar masuk penjara. Biasanya sih untuk mencarikan titipan barang dari napi lain. Napi lain yang dimaksud pasti napi dari kalangan berduit ya... Yang ogah makan ransum penjara. Yang selalu butuh pulsa dan hiburan atau "hiburan". Kalau masih penasaran dengan kehidupan di penjara, sila melakukan penelusuran sendiri di internet.

Sabtu, 01 Juni 2013

Jangan Parkir di Pinggir Jalan!

Malam-malam masuk angin...
Paling mantap menyantap yang panas-panas...
Sepiring nasi panas dan lauknya plus secangkir kopi panas menyeruak ke dalam lambung...

Mengantarkan saya bercerita sebuah dua buah kisah nyata yang beberapa waktu lalu sampai ke telinga mungil ini. Rasanya tak genap kalau tidak saya bagi di sini.

Kisah pertama saya dengar dari suami yang baru saja pulang dari bengkel. Tentang sebuah mobil yang rusak akibat terserempet sepeda motor. Sepeda motor tersebut oleng akibat tabrak lari oleh mobil lain. Sungguh malang pemilik mobil yang ada di bengkel tersebut. Diputuskan bersalah dan harus membayar 20 juta. Bukan nominal yang sedikit kan? Makanya kalau di jalan itu perbanyak doa. Semoga selamat dan aman dari masalah apapun (nasehat untuk diri sendiri).

Kisah berikutnya lebih mencengangkan lagi. Kalau kisah pertama, mobil yang rusak dalam kondisi dikendarai. Kali ini adalah cerita mobil yang diparkir di daerah dinoyo. Pemilik dan yang menceritakan kisah ini kepada saya sedang menikmati makan siang di sebuah warung. Tragis! Tiba-tiba ada sepeda nyelonong menabrak mobil yang diparkir di pinggir jalan itu. Pengendara sepeda meninggal. Salah siapa coba? Malang benar nasib pemilik mobil! Diharuskan membayar 15 juta dan dipenjara 3 (tiga) bulan. Duh, saya yang mendengar kisah ini jadi emosi berat.

Dan pada akhirnya saya bisa memahami kalau suami itu paling sulit parkir di pinggir jalan. Dulunya saya sering dongkol. Setiap ingin mampir ke warung apa gitu jadi tidak bisa karena suami menolak menepi dan memarkir si jeep di pinggir jalan. Sekarang ikhlas deh harus parkir di area parkir khusus. Meski harus berjalan kaki agak jauh yang penting masalah-masalah ajaib seperti dua kisah di atas tidak sampai kami hadapi.

So, pikir seribu kali ya kalau mau parkir di pinggir jalan..

Jumat, 24 Mei 2013

Berkawan dengan Stres

Tidak bisa dipungkiri, hidup selalu berdampingan dengan yang namanya stres. Kadarnya saja berbeda-beda. Dan saya ada di titik kulminasinya. Jujur diakui, saya jadi mudah marah. Terlebih menghadapi kelucuan E-boy. Tidak! Tak ada anak yang nakal dan bandel! Pelabelan semacam itu lah yang justru membentuk anak menjadi nakal, bandel, serta tak terkendali.

Kondisi di titik kulminasi stres, tidak hanya meruntuhkan kekuatan psikis-emosi. Tetapi fisik pun terseret dalam kondisi paling dasar. Sistem kekebalan tubuh ada di zona terbawah. Sudah seminggu ini saya terkena Urticaria/Kaligata/Biduran. Bukan gatal saja yang terasa, disertai sesak nafas, pun pada akhirnya terserang flu. Membuat saya berteriak pada E-boy siang ini.

Menyesaaaaal sekali!! Toh anak ngompol kan wajar. Mau ngompol siang kek atau malam sekalipun, itu masih kisaran wajar di usianya yang belum genap 4 tahun. Lalu mengapa reaksi saya sedemikian rupa teriaknya?? Yaaaaaa! Ini semua karena stres yang hampir-hampir tak bisa saya atasi. Bagaimana solusinya? Doa saja tidak cukup. Perlu pengalihan! Perlu penyegaran!

Di posisi saya sekarang, penyegaran tidak mungkin dilakukan. Tak ada tujuan pasti. Tak ada alat angkut. Memaksa menggunakan angkot? Bisa-bisa bukan penyegaran tapi tambahan penyakit susah nafas! Yang bisa dilakukan adalah sekedar curhat di media ini sambil mendengarkan berbagai genre musik (asal bukan dangdut). Saya pastikan ini bukan curhatan biasa...!

Mau tahu teknik pengalihan yang saya lakukan? Teknik ini saya ingat dari pesan seorang guru ketika duduk di bangku SMA. Jaman dulu beliau bercerita kalau punya hobi mengoleksi berbagai macam dan corak alat tulis. Ketika stres dan kejenuhan datang, semua koleksinya dikeluarkan, dibersihkan, dan kemudian ditata kembali. Dulunya saya mencontek teknik tersebut.

Berhasil? Tentu dong!! Pooh-pooh saya itu sangat menghibur. Membuat saya cerah kembali meski permasalahan yang membuat stres itu masih tetap ada. Tetapi dengan suasana hati yang segar, stres itu tidak terlalu menyiksa bahkan solusinya pun diketemukan. Sekarang, ketika saya sudah menjadi seorang ibu.... koleksi pooh tersimpan jauh di lokasi tersembunyi.

Saya tak leluasa lagi mengaksesnya. Lalu pengalihan model apa yang bisa dilakukan??? Ternyata jawabannya adalah aktivitas bersama anak. Kami mempunyai kecintaan yang sama. Berolah imajinasi dengan lego. Kegiatan yang tak kalah serunya adalah menata kembali kepingan lego yang ada. Menghitungnya dan memastikan tidak ada satupun yang hilang.

Teknik pengalihan pikiran dari stres menggunakan kepingan-kepingan lego dan melibatkan anak ini diluar dugaan dampaknya. Istilahnya sih double power lah ya... Anak senang dan kemampuannya dalam mengklasifikasikan barang menjadi terasah, plus kekuatan otot-motoris halusnya semakin maju pesat. Saya kembali ceria, tidak lagi gampang marah. Selalu ada cara untuk menyiasati kawan kita yang bernama stres itu.... Bagaimana cara Anda berkawan dengan stres? Semoga curhatan ini menginspirasi, Selamat berakhir pekan dengan bahagia!

Selasa, 21 Mei 2013

Q&A Smart Parents for Healthy Children (Bab 1B)

Cukup lama juga jeda antara postingan yang pertama dengan kedua ini. Banyak kesibukan yang membuat waktu saya sangat tersita. Rangkuman pertama saya untuk buku ini sangat bermanfaat ketika E-boy tiba-tiba demam (2 minggu setelah fogging). Sementara di lingkungan tempat tinggal yang sekarang adalah basis demam berdarah. Dari tahun ke tahun selalu ada korban. Patokan saya ketika merawat anak demam hanya satu: CAIRAN (apapun bentuk dan rasanya, ya oralit, ya air putih, ya susu, ya teh manis, ya es krim, jus buah, sup, dll yang terlintas di otak). Anak menolak makan tidak membuat saya bingung. Kalau minum?? Segala cara harus dipergunakan untuk memastikan anak mau minum. Saya bisa jadi badut yang memainkan mimik muka aneh-aneh agar anak mau minum. Pujian setinggi langit tidak boleh alpa. Dan segudang cara unik lainnya dipergunakan agar cairan terus masuk ke dalam tubuh anak. Dan yang tak kalah pentingnya adalah membuat catatan tentang pola demam anak. Jam berapa dan suhu berapa serta penangannya apa.

Setidaknya, ketika rangkuman ini saya buat, itu berarti E-boy sudah terlepas dari masa kritis demam. Suhu turun dengan sendirinya tanpa intervensi paracetamol. Suhu tubuh normal sudah 24 jam tanpa ada penurunan gejala klinis. Semua oke. Nafsu makan membaik. Tanpa batuk pilek. Anak ceria dan pecicilan! Sedikit rewel ketika jam tidur. Bab 1B dari buku dr. Purnamawati membahas tentang kejang demam. Yuk disimak...

2. KEJANG DEMAM

  • Kejang demam adalah kejang yang timbul akibat demam yang terjadi pada bayi dan anak kecil yang bukan disebabkan oleh adanya suatu kelainan di otak. Sebagian besar anak dengan kejang demam suhunya di atas 38,3 DC dan biasanya terjadi pada hari pertama demam. Kejang demam tidak berbahaya, tidak mengganggu intelegensia.
  • Kejang demam bukan kondisi yang sering terjadi. Hanya satu dari 25-40 anak demam yang mengalami kejang demam (klik web milis sehat yuk).
  • Kejang demam (lebih dari 38,5 DC) tidak bisa dicegah. Yang perlu disediakan adalah diazepam rektal (disimpan di lemari es) yang hanya diberikan ketika anak kejang, bukan untuk pencegahan. Cara pemberian diazepam adalah lewat anus (per rektal). Sediaan di apotek hanya dua: 5 mg dan 10 mg. Dosisnya adalah 0,3-0,5 mg/kg/kali. Diazepam memiliki masa kerja yang cepat dan cepat pula dibuang dari tubuh. Pemberian diazepam bisa diulang sampai tiga kali pemberian dengan interval 5 menit. 
  • Pemberian obat diazepam saat anak demam (bukan saat kejang demam) dinyatakan lebih banyak ruginya ketimbang manfaatnya. Karena mempunya efek samping berupa gangguan koordinasi, mengantuk, bahkan bisa menyebabkan gagal nafas.
  • Sampai saat ini tidak ada satupun guideline yang mengemukakan peran kopi untuk mencegah kejang demam.
  • Indikasi Elektroensefalografi (EEG) antara lain: kejang lama (> 10 menit), kejang berulang terlebih jika kejang muncul saat demam tidak tinggi, atau kejang fokal (yakni kejang bukan pada seluruh tubuh melainkan pada satu anggota tubuh saja). 
  • Biasanya hanya terjadi pada bayi berusia lebih dari 6 bulan sampai anak berusia 5 tahun, tetapi paling sering terjadi pada anak batita.
  • Apabila kejang pada usia kurang dari 6 bulan dan lebih dari 5 tahun, bawalah anak ke DSA neurologi untuk pemeriksaan lebih lanjut.
  • Faktor resiko kejang berulang:
  1. kejang pertama terjadi pada usia kurang dari 12 bulan
  2. ada anggotta keluarga dekat yang pernah mengalami kejang demam
  3. kejang terjadi saat suhu tubuh relatif rendah
  4. kejang terjadi segera setelah anak demam
  • Apabila anak kejang pertama sebelum ia berusia 1 tahun maka ada kemungkinan berulang kejangnya sebesar 30%. Hanya 2% dari anak yang kejang berulang yang bisa mengalami epilepsi yaitu apabila kejangnya lama dan/atau kejangnya hanya pada sebagian tubuh, bukan seluruh tubuh pada anak dengan cerebral palsy.
  • Bila kejang demam pertama terjadi saat anak berusia kurang dari 15 bulan, memang resiko berulang lebih tinggi ketimbang bila kejang demam pertama terjadi pada usia lebih besar. Bila suhu 38 DC anak kejang demam, maka kemungkinan berulang juga lebih tinggi ketimbang anak yang mengalami kejang demam ketika suhunya 39,5 DC atau lebih. Bila jarak antara demam dengan kejang demam hanya 1-2 jam, maka kemungkinan berulangnya kejang demam juga lebih besar ketimbang kejang demam yang terjadi lebih lambat (tetapi masih dalam waktu 24 jam pertama demam). Bila ada anggota keluarga yang pernah mengalami kejang demam maka kemungkinan berulang juga lebih tinggi.
  • Anak harus rawat inap apabila ada tanda kegawatdaruratan seperti: kejangnya lama, sesudah kejang berhenti anak tidak sadar, kejang berulang dalam waktu singkat, kejang bukan di seluruh tubuh melainkan pada satu sisi tubuh (sisi kiri atau sisi kanan) atau pada salah satu bagian tubuh saja (tangan saja, kaki saja), ada ada indikasi rawat inap seperti dikemukakan di bab perihal demam.
  • Prinsip penanganan:
  1. tetap tenang, jangan panik
  2. baringkan di tempat yang aman (lantai) tanpa bantal
  3. longgarkan pakaian
  4. atur posisi (setengah tengkurap atau miring) untuk mencegah tersedak
  5. jangan meletakkan atau memasukkan apapun ke dalam mulutnya (misalnya sendok, termasuk makan dan minuman) karena bisa menyumbat jalan napas
  6. berikan diazepam supositori melalui anus
  7. saat kejang jangan menahan gerakan kejang untuk menghindari fraktur/patah tulang
  8. hitung lama kejang demam, amati bagian tubuh yang pertama kali mengalami kejang untuk referensi diagnosis dokter
  9. penangan demam (sesuai prinsip mengatasi demam)

[rangkumam lain bisa dilihat di label Buku QnA]

Rabu, 15 Mei 2013

Tanham

Lagi suka lagu-lagunya Arash... Kali ini yang sedang didengar adalah Tanham, yuk dilihat video klipnya...


Lirik aslinya:

اگه مال من باشی ، دیگه غمی ندارم
اگه چشماتو داشتم ، دنیا حرف نداشت
بده به من دستتو

اگه مال من باشی
اگه مال من باشی

تنهام ، تنهاتر از هر کی بگی
بی تو من تنهام ، نذاری از پیشم بری
تنهام تو دنیای نامهربون
بی تو من تنهام ، تو رو خدا پیشم بمون

اگه مال من باشی ، کمی ندارم
اگه مال من باشی ، دیگه غمی ندارم
اگه چشماتو داشتم ، دنیا حرف نداشت
بده به من دستتو

اگه مال من باشی
اگه مال من باشی

تنهام ، تنهاتر از هر کی بگی
بی تو من تنهام ، نذاری از پیشم بری
تنهام تو دنیای نامهربون
بی تو من تنهام ، تو رو خدا پیشم بمون

نَ نَ نَ ، نَ نَ نَ
نَ نَ نَ ، نَ نَ نَ

تنهام ، تنهاتر از هر کی بگی
بی تو من تنهام ، نذاری از پیشم بری
تنهام تو دنیای نامهربون
بی تو من تنهام ، تو رو خدا پیشم بمون


Atau:

age maale man bashi dige ghami nadaram
age cheshmato dashtam donya harf nadasht
bede be man dastato
age male man bashi
age male man bashi

tanham, tanha tar az harki begi
bito man tanham, nazari az pisham beri
tanham too donyaye namehraboon
bito man tanham toro khoda pisham bemoon

age male man bashi kami nadaram
age male man bashi dige ghami nadaram
age cheshmato dashtam donya harf nadasht
bede be man dasteto
age male man bashi
age male man bashi

tanham tanha tar az harki begi
bi to man tanham, nazari az pisham beri
tanham too donyaye namehraboon
bito man tanham, toro khoda pisham bemoon

na na na na
na na na ...

tanham tanha tar az harki begi
bi to man tanham, nazari az pisham beri
tanham too donyaye namehraboon
bito man tanham, toro khoda pisham bemoon 


Dan terjemahan Bahasa Inggrisnya:


When you are mine, I have no more sorrow
When your eyes are mine, the world is such a great place
Give me your hand

When you are mine
When you are mine

I'm lonely, lonelier than anyone
I'm lonely without you, don't you leave me!
Alone in this cruel world
Alone without you, Please stay with me!

When you are mine, I need nothing else
When you are mine, I have no more sorrow
When your eyes are mine, the world is such a great place
Give me your hand

When you are mine
When you are mine

I'm lonely, lonelier than anyone
I'm lonely without you, don't you leave me!
Alone in this cruel world
Alone without you, Please stay with me!
No No No! No No No!
No No No! No No No!

I'm lonely, lonelier than anyone
I'm lonely without you, don't you leave me!
Alone in this cruel world
Alone without you, Please stay with me!

[tidak dijamin kebenarannya 100% karena hanya sekedar menyalin]

Selasa, 14 Mei 2013

Sesosok itu....

Dulu,,,
Ketika saya masih sangat belia, tepatnya kanak-kanak. Keluarga saya sering kali menerima tamu. Terkadang tamunya tidak tahu waktu. Bisa pagi buta, bisa tengah malam, bisa kapanpun. Sebenarnya saya cukup terganggu. Jam istirahat atau jam belajar menjadi terdiskon. Area privasi tersenggol juga tatkala membantu mama menyiapkan aneka suguhan (kadang saya menolak! tipe anak pemalas sih).

Sudah direpotkan dengan berbagai suguhan dan senyum manis sepanjang menerima tamu, eh tamu tersebut terkesan buru-buru dan tidak kerasan. Saya menyimpulkan dari gelagat istri sang tamu yang selalu mengingatkan sudah berapa jam di sini, sudah jam berapa sekarang, harus ke tempat lain, dan seabrek alasan lain. Itu adalah sesosok yang kurang saya sukai di masa kecil yang terbawa hingga sekarang.

Oleh sebab itu, saya terbentuk menjadi seorang Vera yang membutuhkan sebuah janji terlebih dahulu untuk bertemu. Dan berusaha bertamu di jam-jam yang enak. Menempatkan diri dengan melihat situasi apakah empu rumah sedang repot atau tidak. Apakah anak-anak pemilik rumah terganggu atau malah senang dengan kehadiran kami. Menjaga agar kehadiran kami tidak sangat menganggu.

Namun,
Tidak semuanya berjalan seperti yang kita mau. Sesosok itu, sesosok yang kurang saya sukai itu menjelma dalam diri saya akhir-akhir ini. Dengan tidak adanya kendaraan dalam menyelesaikan segalah urusan, saya dan suami harus pintar-pintar membagi waktu. Naik angkutan umum maupun meminjam kendaraan adalah sama-sama pilihan yang tidak mengenakkan.

Waktu terbuang percuma di jalan. Sehingga dalam satu hari, demi menghemat energi dan waktu serta BBM, saya harus mengatur 5-8 target tujuan. Sukses semuanya? Tentu tidak!! Satu hingga tiga target bisa meleset. Ada banyak faktor. Dan saat di satu target, saya berkali-kali melirik jam. Membuat kalkulasi waktu, perjalanan ke target berikutnya membutuhkan berapa menit dan waktu singgah berapa menit.

Sungguh menyebalkan!! Beban tersendiri loh mengucapkan "sayang, sekarang sudah jam 3". Meski urusan belum selesai, harus dikemas secepat mungkin. Untungnya suami saya adalah tipe yang paham "kode". Tidak perlu saya mengulang dua-tiga kali sehingga kesan buru-buru dan tidak kerasan di sebuah tempat menjadi minimal. Semoga semua ketidak-nyamanan ini segera berlalu...


#Yang masih galau

Senin, 13 Mei 2013

Insiden Cicak

Jumat malam kemarin suami pergi ke Taman Nasional Alas Purwo (TNAP). Saya sudah menduga pasti tidak ada sinyal. Sudah kesekian kalinya kami ditinggal berdua di rumah. Saya dan E-boy bahu membahu berusaha saling membantu. Saya berusaha tidak terlalu capek dan menjaga emosi. E-boy berusaha tidak rewel dan tidak cerewet.

Saya jingkrak-jingkrak kegirangan di sabtu pagi ketika sms dari suami masuk. Ternyata di daerah-daerah tertentu ada sinyal. Sehingga kami bisa sedikit komunikasi. Tentunya sms-sms ini hanya terjadi di pagi hari saja sebelum aktivitas suami dimulai atau ketika suami ada waktu luang setelah beraktivitas. Tetapi ada sesuatu yang mengganggu pikiran saya.

Minggu pagi tiba dan mungkin saya agak kelelahan juga. Semua yang saya kerjakan sedikit error. Mulai dari air yang tumpah saat masak, kemudian lutut saya terkena setrika panas. Ini akibatnya kalau bekerja sambil melamun. Gak ada yang beres. Siapa yang dilamunkan coba kalau bukan suami?! Haayoooo... gak mungin orang lain kan!

Selepas maghrib (kenapa selalu maghrib ya emosi diuji??) E-boy mulai pecicilan tiada terkendali. Mungkin karena dua hari sebelumnya itu energi E-boy yang berlebih tidak tersalurkan (baca: tidak ada teman gulat) maka mengajak saya bermain bola di kamar. Bola kecil sih. Dilempar-lempar, ditendang-tendang tak beraturan ke sana ke mari.

Wooooooiiii anak ganteng, bunda sudah lelah sangat dan perut mulai terasa rewelnya. Diafragma mulai nyut-nyutan juga terasa perih di bagian lutut yang terkena setrika panas itu. Eh tiba-tiba ada bola nyasar ke muka saya. Kontan saya menutup muka dengan tangan merasakan sakit dan pusingnya. E-boy tampak kaget juga atas ketidak-sengajaan itu.

Jujur nih: saya emosi berat!! Bentakan sudah di ujung lidah. Mata berniat melotot sempurna. Tetapi apa yang saya dengar berikutnya membuat semua emosi lenyap. "Gak apa-apa..... gak apa-apa... tenaaaang... tenaaaang...", saya buka mata dan melihat ekspresinya yang seakan tak terjadi apa-apa dan tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Akhirnya saya tertawa gemas sambil memukul lembut kepala E-boy dengan guling. Kami tertawa bersama. Dooooh.... Beberapa menit kemudian E-boy sibuk dengan lego-nya. Entah membuat apa. Saya sih menikmati sajian IMB. Sambil rebahan dan berharap suami segera pulang. Rasanya sudah habis energi ini mengurus bocah semata wayang.

Insiden cicak terjadi sekitar pukul 9 malam. Kurang lebih lah ya. Sudah berkali-kali saya meminta E-boy tidur. Tapi tidak digubris. Tetap saja heboh dengan beberapa mainan. Ada saja yang diimpor dari ruangan depan ke kamar. Hingga E-boy ingin BAK. Sebelum ke kamar mandi, E-boy sudah teriak "bunda.... ada cicak!!"

Iya, saya tahu. Ada bayi cicak jalan dengan manisnya di lantai. Saya yang tidak seberapa suka dengan cicak hanya melihatnya dan mencoba mengusir cicak tersebut. Eh setelah E-boy kembali dari kamar mandi dan akan memakai celananya. "Bundaaaa lihaaaaaaatttt....... ada cicak" sambil menyodorkan telapak tangan kirinya.

Seketika saya teriak-teriak bagai kesetanan. Tuduhan awal saya adalah "E-boy ini nakut-nakuti emaknya aja sih". Eh ternyata E-boy ikutan panik. Dia yang tadinya tersenyum manis berubah sesengukan, matanya memerah, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Maaf Nak, bundamu ini tidak semaskulin ayah. Yang akan bilang "oiya, cicaknya lucu ya... ayok dipelihara!"

Saya masih panik tapi sudah tidak teriak lagi. Bingung juga gimana caranya membuang cicak di telapak tangan E-boy.  Saya sambar apa yang ada (tutup wadah plastik) untuk melempar cicak dari tangan E-boy. Kasihan bocah ganteng! Setelah terbebas dari cicak, dianya langsung memakai celana dan nyempil di pojokan kasur.

Ya Allah saya merasa bersalah sekali telah membentaknya berkali-kali. Kayaknya saya ini penakut sekali. Pelukan hangat saya berikan, saya minta maaf dan berusaha menjelaskan kalau bundanya ini sedikit ngeri dengan cicak. Wajah E-boy tampak sedih tetapi dia berusaha melihat cicaknya tadi. Daaaan.... si cicak telah tewas dikerumuni semut.

Semakin bersalah rasanya!

Jumat, 12 April 2013

Eskalator: Emergency Stop Button

Hari ini dimulai dengan kelabakan!
Harus berangkat jam 7 pagi tet. Selain menyiapkan kepergian suami bekerja, saya pun harus berkemas untuk keperluan seharian saya+E-boy+nenek di jalan. Hari ini kami ada janji dengan dua dokter dan melihat pameran lukisan di Hotel Aria MOG (ceritanya ada di sini).

Arus lalu lintas yang padat (yah seperti biasanya lah) membuat kami sedikit terlambat di dokter yang pertama. Dokter kedua sih aman karena saya dapat antrian nomer tiga. Urusan periksa selesai. Masih sekitar jam 10 pagi, cukup pagi sebetulnya untuk bisa menghabiskan waktu di Hotel Aria MOG menikmati lukisan satu per satu.

Ternyata E-boy agak rewel. Saya sentuh dahinya dan terasa agak hangat. Waduh.... rencana belanja di MOG pun urung. Nenek dengan serta merta menggendong cucu tersayangnya. Kami buru-buru meninggalkan lokasi pameran. Menuju tempat parkir.

Kenapa bukan saya yang menggendong E-boy? Karena masih di bawah pengaruh obat bius *mewek*. Saat akan menaiki eskalator, ada firasat kecil. Kepala saya tertunduk mengamati tangga berjalan. Sekelebat "waduh rok panjang bisa tertarik/terjebak tangga berjalan nih". Kami menggunakan eskalator. Nenek tetap menggendong E-boy.

Lokasi Emergency Stop Button ada dua yaitu di awal dan di akhir eskalator (terletak di dekat lantai)

penampakan Emergency Stop Button

Kalau di awal saya merasa rok sayalah yang akan tersangkut, ternyata dugaan saya salah. Rok nenek yang tertarik. Memang sih ada satpam yang langsung membantu kami. Tetapi bantuannya tidak efektif. Hanya sebatas menarik-narik rok nenek yang semakin tersangkut.

Jujur saya memaki "goblok!!" melihat satpam itu. Tetapi untungnya gak sampai keluar dari mulut saya. Makian itu tertahan ada di dalam hati saja. Buru-buru saya mencapai anak tangga terakhir. Saya tekan tombol "STOP" dan akhirnya rok nenek bisa terlepas. Sungguh bersyukur saya mempelajari per-eskalator-an ini jauh-jauh hari.

Eskalator atau tangga berjalan biasanya didesain dengan tingkat keamanan yang cukup kok. Ada Emergency Stop Button di dua tempat, yaitu di bagian bawah (dekat lantai) permulaan dan ujung akhir eskalator. Tombol berwarna merah ini bila ditekan sewaktu-waktu akan bisa menghentikan eskalator. Bagi yang hobi nge-mall, ada baiknya suka mengamati eskalator dan menghafal letak Emergency Stop Button tersebut.

Jadi, kelak di kemudian hari bila Anda menyaksikan sesuatu yang bahaya di eskalator, misalnya sepatu/baju yang tertarik/terjepit di tangga berjalan, segera cari dan tekan tombol "STOP" yaaa.... Sehingga kecelakaan yang fatal bisa dicegah.

Selasa, 09 April 2013

Lene Marlin: Curhatan Mama Galau

Edisi ingin cuap-cuap mengeluarkan uneg-uneg. Di antara semrawutnya pikiran. Haaaaaa.... Jarang loh saya menuliskan hal-hal yang bersifat pribadi kek gini. Bisa dikatakan apa yang akan saya tulis ini adalah "nyampah"

So segera tutup aja kalau gak mau baca lebih lanjut.

Boleh lah saya dikategorikan galau. Tingkat akut! Betapa tidak,, dengan berbagai himpitan dan keterbatasan yang ada saat ini,, kondisi badan gampang sekali drop. Mulai dari kram perut, berganti dengan keluhan migrain. Disusul dengan sakit gigi. Dan terakhir ini dirasakan tidak lebih ringan: Carpal Tunnel Syndrome. Mau nenggak berapa butir pil lagi haaaa?

Seharian ini tangan sebelah kanan nyeri luar biasa. Mulai dari lengan atas sampai jari-jemari, terutama jempol dan telunjuk. Tersentuh sedikit saja sudah membuat meringis. Doh... rasanya seperti ditusuk-tusuk ribuan jarum. Cukup lelah menahan nyerinya. Memang seharian ini saya memutuskan tidak lagi menenggak pil anti nyeri itu! "kita putus! bye!

Sudah dielus-elus ringan suami tapi tak membaik. Akhirnya beliau tertidur setelah terjadi percakapan berikut: [S: suami, I: istri]
I: "duh sakitku ini nggak keren ya?"
S:"ya keren lah.. coba kalau kamu sakit panu pasti lebih tersiksa"
I: "lah kan panu gak terasa sakit, paling cuma gatal dikit aja"
S: "yo iso2 awakmu sakit mental gara-gara panu"
Ketawa garing deh saya... Baiklah ini penyakit keren deh, berangkat dari pemikiran tersebut maka dipaksa juga buat ngetik curhatan ini.

Eh tapi tau nggak? Sebelum ke dokter tadi pagi, saya nemu harta karun berupa mp3 player jaman tahun gak enak. Isinya luar biasa menakjubkan! Ada satu lagu nyempil, OST nya drama asia berjudul Twin Sisters. Judul lagunya Disguise. Enak banget!! banget!! banget!!

Lagu tersebut juga hasil pencarian suami di Jepang tahun 2008-an. Meraba-raba. Sulit juga mencarinya karena gak tahu judul lagunya, gak tahu siapa penyanyinya. Begitu menemukannya langsung dimasukkan ke mp3 player. Jaman itu dan jaman sebelum itu (saat dramanya diputar di tv) saya mengira lagu itu dinyanyikan orang asia. Gak nyangka kalau ternyata penyanyi aslinya adalah seorang bule bernama Lene Marlin.

Dari hasil berselancar barusan malah saya menemukan youtube-nya. Coba deh didengarkan:

dan liriknya adalah:

Have you ever felt some kind of emptiness inside
You will never measure up, to those people you
Must be strong, can't show them that you're weak
Have you ever told someone something
That's far from the truth
Let them know that you're okay
Just to make them stop
All the wondering, and questions they may have
I'm okay, I really am now
Just needed some time, to figure things out
Not telling lies, I'll be honest with you
Still we don't know what's yet to come
Have you ever seen your face,
In a mirror there's a smile
But inside you're just a mess,
You feel far from good
Need to hide, 'cos they'd never understand
Have you ever had this wish, of being
Somewhere else
To let go of your disguise, all your worries too
And from that moment, then you see things clear
I'm okay, I really am now
Just needed some time, to figure things out
Not telling lies, I'll be honest with you
Still we don't know what's yet to come
Are you waiting for the day
When your pain will disappear
When you know that it's not true
What they say about you
You could not care less about the things
Surrounding you
Ignoring all the voices from the walls
I'm okay, I really am now
Just needed some time, to figure things out
Not telling lies, I'll be honest with you
Still we don't know what's yet to come
I'm okay, I really am now
Just needed some time, to figure things out
Not telling lies, I'll be honest with you
Still we don't know what's yet to come
Still we don't know what's yet to come
Still we don't know what's yet to come

Penuh arti ya liriknya?! Lumayan membuat nyeri di tangan kanan mereda. Membuat perasaan saya membaik. Dan terlebih-lebih saya masih bersyukur kepada Allah SWT yang masih tetap sayang... di antara kekalutan ini masih saja banyak kebahagiaan dan rezeki yang saya terima... Ya... Anda-Anda semua yang setia membaca blog saya (juga blog ERDI tentunya) menjadi bagian terindah dari yang saya punya..

Terima Kasih dan Selamat Malam


Senin, 08 April 2013

Berpetualang di Galeri Raos Batu

Dikelillingi oleh lukisan-lukisan menjadi kebiasaan selama 6 tahun terakhir. Berbagai pameran lukisan sekitar Malang-Surabaya sudah dinikmati. Mulai dari acara pembukaan pameran lukisan yang biasa-biasa saja hingga acara yang rada ekstrem semacam mempertontonkan body painting dengan model perempuan telanjang adalah lumrah.

di depan galeri, susah berpotret di sini karena posisinya di pinggir jalan

Darah seni (terutama seni lukis) mau tak mau menurun juga pada E-boy. Belum genap tiga tahun, E-boy bermain-main dengan cat minyak. Menghasilkan beberapa lukisan dalam kanvas berukuran kecil. Rasanya tak genap bila tidak mengajak si ganteng E-boy ke sebuah pameran seni. Kebetulan ajakan ke pameran seni datang dari neneknya E-boy.

Tanggal 23 Maret - 6 April 2013 yang lalu kami mendatangi pameran seni di Galeri Raos yang terletak di Jl. Panglima Sudirman no.6 Batu. Gratis! Hanya perlu menyisihkan uang Rp. 5.000,- untuk membeli katalog. Berikut dokumentasi yang berhasil didapatkan:

suasana di dalam galeri, tenang ya (padahal ramai juga pengunjungnya)

E-boy dan lukisan berjudul "Melihat wajah sejarah"

"Cerita Payung"
Entah mengapa hasil jepretan suami tidak sebagus biasanya. Padahal kamera dalam kondisi fit. Hasil foto-foto beberapa menit sebelumya masih bagus dan sangat tajam. Saya berasumsi mungkin karena pencahayaan di ruangan galeri ini yang mempengaruhi hasil jepretan kamera.

Pertama kali memasuki galeri, pandangan mata saya jatuh ke seorang gadis berpayung. Segera saya meminta suami untuk memotretkan saya dan E-boy di depan gadis berpayung. Tidak menyangka hasilnya begitu seram. Gadis tersebut seperti penampakan ya?! Ternyata inilah yang disebut seni instalasi. Dari lukisan dua dimensi digabung dengan payung (benda tiga dimensi) menghasilkan sesuatu yang seolah-olah hidup. Bravo! Suka sekali dengan karya Mas Iwan Yusuf ini.

Saya kutip tulisan menarik dari katalog:
Rumah adalah tempat kita bernaung. Tempat berlindung dari terik matahari dan curah hujan. Namun tidak sekedar itu saja, rumah merupakan ruang untuk mempersatukan keluarga. Membangun sebuah suasana untuk saling menyatu dan berbagi. Sumringah dan buramnya rumah tergantung pula bagaimana si penghuni dalam 'mewarnainya'.
Apapun bentuk rumahnya, semua hanya mengacu pada satu titik, rumah itu selayaknya mampu membangun suasana yang menyenangkan dan menenangkan.

Yang jelas seharian itu bisa mengobati kerinduan saya akan sebuah pameran seni. Sudah hampir 4 tahun tidak bergentayangan di dunia ini. Karena proses kehamilan-melahirkan-menjadi ibu baru. Senang bisa kembali memulai berpetualang ke pameran seni lagi. Semoga beberapa hari ke depan bisa menuliskan tentang pameran lukisan di Gedung Kesenian Malang, dalam rangka hari ulang tahun Kota Malang (yang semakin sesak). Sangat ingin mengunjungi acara tersebut! Ada lukisan nenek E-boy loh. Berdoa saja agar kesehatan saya kembali membaik. Mohon Doa-nya yaa Teman...

[cerita lengkap seharian ini bisa diintip di Berlibur Sederhana dalam Bahagia]