Tampilkan postingan dengan label Kesehatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kesehatan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 17 Agustus 2014

Selamatkan Bumi Tercinta

Bumi...
Bumi tempat kita tinggal semakin renta. Semakin kotor. Semakin terpolusi. Begitu banyak yang telah kita ambil dari bumi. Kita manfaatkan. Kita habiskan dengan serakahnya. Sumbangsih apa yang bisa kita lakukan untuk menjaga bumi tetap lestari? Kerusakan yang kita lakukan terhadap bumi secara tidak langsung menjadi bumerang bagi diri sendiri.

Apa yang saya lakukan beberapa minggu terakhir sebenarnya bukan sesuatu yang besar untuk aksi menjaga bumi kita ini. Sesuatu yang berangkat dari rasa sebal ketika melihat tumpukan tas kresek yang bikin sesak rumah kami yang kecil. Kresek yang makin lama makin menggunung. Meluap dari tempat penyimpanannya.

Plastik juga kresek tidak mudah diurai. Informasi lengkap tentang plastik bisa dibaca di sini. Oleh karena itu, sekarang saya tidak sungkan-sungkan menolak tas kresek saat berbelanja. Dulunya saya selalu meminta kardus. Lumayan loh kardus tersebut bisa saya manfaatkan untuk menyimpan berbagai barang di rumah yang sudah tidak terpakai lagi.

tas ransel dengan aneka isinya setelah berbelanja

Eh tapiiiiii... ketika barang sudah rapi jali masuk gudang, timbul masalah baru nih. Tumpukan kardus sisa belanja mulai memenuhi salah satu sudut rumah. Semakin sumpek terasa. Akhirnya saya memanfaatkan tas ransel saat berbelanja. Satu masalah hadir ketika kita belanja di supermarket, tas ransel wajib dititipkan. Apa itu membuat saya berhenti melakukan aksi sederhana menyelamatkan kelangsungan bumi tercinta?

Tentu tidak, saya menggunakan kembali beberapa tas spunbond. Aneka tas spunbond yang biasanya didapatkan dari hajatan ini cukup kuat loh. Dan bisa dilipat hingga berukuran kecil. Ringan, tidak memenuhi tas/dompet kita. Sekarang ini suami sudah mulai mengikuti kebiasaan saya berbelanja, tidak lagi menerima tas kresek. Meski beberapa kali suami masih alpa, tapi sudah cukup membuat jempol saya terangkat.

dua tas spunbond terisi penuh, bayinya tidak diperjual-belikan

Berikutnya tentang dioxin juga aneka bahan kimia yang terkandung dalam plastik. Kali ini saya hanya menyoroti si dioxin yang sangat berbahaya. Pencemaran dioxin pada bumi tidak bisa dianggap sederhana. Secara singkat, dioxin digunakan sebagai pemutih di industri kertas. Namun juga digunakan pada pembalut wanita sekali pakai, popok sekali pakai, nursing pad sekali pakai, dll.

Dioxin sangat beracun, menyebabkan masalah perkembangan dan masalah reproduksi, merusak sistem imun, mempengaruhi kerja hormon, serta menyebabkan kanker. Secara detil, serba serbi dioxin bisa dibaca langsung di situsnya WHO ini. Sangat seram ya?!! Semoga kita dan anak cucu kita tetap menjadi insan yang sehat lahir dan batin, cerdas, juga berakhlak mulia.

Sampah dari pembalut wanita sangat sulit diurai. Sepanjang saya mengalami siklus menstruasi, pembalut wanita sekali pakai turut menjadi bagian hidup. Tidak pernah muncul masalah. Hingga saat di mana siklus menstruasi saya kembali setelah masa nifas selesai. Entah mengapa terjadi ruam selama memakai pembalut wanita sekali pakai ini. Perih terasa! Sangat tidak nyaman.

Obrolan dengan suami, memberi kesimpulan kalau pembalut wanita sekali pakai jaman ini sudah mengandung berbagai bahan kimia yang tentunya ada efek samping terhadap si pemakai (klik ini untuk lebih jelas). Masih segar di ingatan saya, pertama kali menjadi konsumen pembalut wanita sekali pakai, penampakannya sangat tebal, tanpa sayap, dan sepertinya hanya mengandung kapas. Tanpa bahan kimia apapun.

Sekitar 3 tahun yang lalu, saya masih bisa membeli pembalut wanita sekali pakai yang bahannya alami. Merknya Love Moon. Harganya waktu itu lima puluh ribu rupiah untuk 10 buah. Belinya di sebuah toko bayi. Mahal sekali kan?! Tetapi masalah ruam sembuh total. Nyaman memakainya. Tidak ada rasa gatal dan lembab. Apalagi rasa perih. Enak banget pokoknya.

Sayang, Love Moon ini tidak lagi tersedia di toko bayi langganan. Sedih? Bingung? Iya, saya bingung dan sedih. Beruntung teringat cerita mama di masa lalu kalau jaman dulu sebelum ada pembalut wanita sekali pakai....,,,, wanita-wanita jaman dulu menggunakan potongan kain sebagai penyerap darah menstruasinya. Saya segera mengambil kain handuk dari lemari.

Handuk tersebut saya potong menjadi 4. Dan kain itu lah yang akhirnya menemani hari-hari berdarah. Tidak ada ruam. Tidak ada rasa lembab asal rajin mengganti. Saya tidak bisa memakai handuk ini saat bepergian atau saat ada urusan di luar rumah. Kalau terjatuh kan bisa malu tujuh turunan... Tentu saya terpaksa memakai pembalut wanita sekali pakai saat harus ke luar rumah.

Sekarang sudah ada produk pembalut wanita yang bisa dicuci ulang, dikenal luas sebagai menstrual pad (mens pad). Ada tiga jenis: panty liner, day, dan night. Semuanya sudah dilengkapi sayap. Lumayan! Akhirnya saya terbebas dari pembalut wanita sekali pakai yang efek samping kandungan kimianya bikin ngeri. Cukup sudah permasalahan saya akan ruam selama memakai pembalut wanita sekali pakai. Sayonara ~senyum bahagia~

Sampah lain yang sangat membebani bumi adalah popok sekali pakai (pospak). Satu buah pospak baru terurai setelah ratusan tahun. Haduuuuuuh... betapa mengerikannya bila bumi dipenuhi sampah-sampah yang sulit terurai begini... Bisa membayangkan gak seberapa besar cemaran dioxin nya? Anak cucu kita akan mewarisi apa? Saat saya hamil E-boy, saya sudah mengenal yang namanya cloth diaper (clodi). Sayangnya waktu itu hanyalah wacana.

Saat E-boy lahir, ada beberapa merk clodi yang masuk Indonesia.. Harganya bikin mabuk kepayang. Sebuah clodi dibandrol 200-300 ribu rupiah, warnanya masih warna tunggal tanpa motif. Selain mahal, toko online belum marak. Kalaupun ada, saya takut membeli secara online. Takut tertipu, mengingat harganya yang super mahal buat kami. Tetapi pemikiran saya akan sulit terurainya pospak mendorong saya hanya memakai satu buah pospak per hari.

Lalu bagaimana ketika saya tidak memakaikan pospak kepada E-boy? Saya mendaur ulang pospak. Pospak yang sudah terpakai (bekas urine saja) saya operasi sedemikian hingga menjadi bersih, terpisah dari gel yang sudah terpenuhi urine E-boy. Saya sebut sebagai Outer/Cover/Kulit Pospak (O/C). Bagian O ini dilapisi popok kain di dalamnya. Jadi, urine bayi hanya membasahi popok kainnya saja. Baju kita, sprei, gendongan akan aman dari urine bayi.

yang dilingkari adalah area yang digunting setelah digelembungkan dengan air

Penggunaan pospak hanya di malam hari saja. Trik supaya pospak bisa menampung selama 10-12 jam adalah dengan membeli pospak satu ukuran lebih besar dari bayi kita. Pasti Anda semua bertanya-tanya bagaimana cara saya mengoperasi pospak sehingga menjadi O/C kan? Saya uraikan ya:
1. Pospak yang telah terpakai dibentangkan, bagian yang menempel pada bayi di bagian atas
2. Guyur air sampai bagian tengah pospak menggelembung (gel yang terpenuhi air)
3. Gunting area yang menggelembung saja, lembaran yang telah tergunting dibuang
4. Keluarkan gel dari pospak, buang
5. Bagian pospak yang tersisa dicuci hingga bersih kemudian dijemur di bawah terik sinar matahari. Bagian inilah yang disebut O/C.

perbedaan pospak dan O/C, lapisan pospak berwarna hijau dan gel di dalamnya harus dibuang

O/C jaman E-boy bisa diwariskan pada E-baby. Seingat saya, dulu O/C ini termasuk tahan banting. Bisa dicuci dengan mesin, dengan deterjen pun tahan. Beberapa kali cuci kering pakai. Sedangkan O/C sekarang tidak demikian. Harus dicuci tangan dengan shampoo bayi. Hanya bertahan 2-3X dan setelah itu tidak bisa lagi dipakai. Koyak di sana sini. Velcro mudah robek. Tetapi meski demikian, operasi pospak ini bisa memangkas pengeluaran bulanan.

Menjadi ibu dengan dua orang putra itu tidak mudah. Tidak ada yang membantu. Tiada tempat berkeluh kesah. Bahu membahu dengan suami merupakan kenikmatan tersendiri. Bisa dikatakan, kehadiran E-baby secara tiba-tiba mengubah banyak hal. Tiga bulan pertama kehadiran E-baby, penggunaan pospak agak banyak. Sebulan bisa habis 2-3 pack isi 52. Boros!

Pemikiran untuk menjadi manusia yang ramah lingkungan tetap bergelanyut. Sedikit demi sedikit saya pulih dari kelelahan masa hamil dan sakitnya proses bersalin. Di bulan keempat dari hadirnya E-baby, penggunaan pospak dibatasi dengan 1 per hari dan saat bepergian. Pembatasan ini juga dikarenakan kulit E-baby yang sangat sensitif. Gampang sekali ruam. Bila terus-terusan memakai pospak maka ruamnya menjadi-jadi (baca ini untuk mengetahui bahan baku pospak dan dampaknya terhadap bayi).

Hingga dua bulan yang lalu saya memutuskan untuk tidak menggunakan pospak sama sekali. Apa saya beralih ke clodi? Hmmmm.... dihitung-hitung dulu dong.  Harga clodi lokal memang berkisar 70-100 ribu rupiah. Cukup terjangkau untuk kantong kami. Setelah dihitung-hitung, muncul deh yang namanya si pelit. Sayang dong simpanan O/C yang sudah susah-susah dibuat. Kalau bisa membeli insert-nya saja kenapa tidak?! Lumayan lama saya mencari toko online yang hanya menjual insert saja.

A: cili popo (katun), B: lipop (suede+PUL), C: cluebebe

Beberapa kali tanya kok tidak jua menemukan. Di saat kritis, di mana saya akan membeli clodi.... Eh ada teman yang menjual insert. Bahagiaaaaaa...... Sebenarnya saya ingin membeli insert berbahan bamboo karena jelas aman untuk kulit E-baby yang sensitif. Sayangnya, teman saya ini hanya menjual yang berbahan microfiber. Saya bongkar-bongkar lagi, menemukan prefold diaper yang berbahan katun dengan merk cili popo. Juga liner berbahan suede dengan merk lipop.

Hasil rundingan dengan suami, saya memutuskan membeli 1 insert microfiber combo dari cluebebe (combo karena mengandung eucalyptus) + 1 prefold diaper katun dari cili popo + 1 liner Pocket PUL (berbentuk kantung, salah satu sisi berbahan PUL agar urine tidak bocor) dari lipop. Liner ini akan menyamankan bayi. Bisa menjaga kelembaban kulit bayi (bahan microfiber menyebabkan kulit bayi kering). Harga masing-masing yang saya beli adalah Rp. 35.000 + Rp. 19.000 + Rp. 15.000.

Berarti saya sudah punya insert untuk dua malam. Dua hari bebas pospak. Horreeeeeeee!!! Cara merawat clodi tidak susah kok. Baca di sini ya. Berikutnya saya akan membandingkan kedua insert tersebut di atas. Sebelum dipakai, tentu harus dicuci dulu. Untuk cluebebe dan lipop, sekali cuci beres. Mudah kering. Yang cili popo, harus dicuci 3x bila menggunakan air panas atau 5x bila menggunakan air suhu ruang. Pencucian berulang ini dimaksudkan agar penyerapan urine jadi maksimal dan bahan kimia hilang total.

Dari awal saya jatuh cinta dengan yang berbahan katun. Kelemahannya hanya satu sih: susah kering bila dibandingkan dengan microfiber. Sekarang bagaimana performa keduanya setelah dipakai semalaman?? Oia, insert combo dari cluebebe ini tebal, terdiri dari dua lembar. Kemungkinan yang satu lembar berkantung itu berbahan microfiber dan selembar satunya berbahan microfleece. Anehnya, ketika baru dicuci, lembaran yang mungkin berbahan microfleece kok berkurang panjangnya ya?!

A: lipop yang dilipat tiga
B1: suede membuat kulit bayi kering, B2: PUL sebagai anti bocor
C1: microfiber, C2: microfleece sebagai liner

lipop dan cluebebe yang berkantung, bebas ditambahkan insert apapun

Malam pertama, saya mencoba cluebebe+O/C dari jam 9 malam hingga jam 6 pagi. Tebal banget. Membuat pantat E-baby makin seksi aja hihihi.... Seksi yang gak proposional, E-baby kelihatan gak nyaman. Apa yang terjadi setelah dipakai selama 9 jam? Celana E-baby basah. Bocoooooorrrrr...... Bocoooooorrrrr.... Tebal gitu tapi daya serap tidak terlalu bagus (menurut saya loh ini). Tetapi kudu bersyukur, sprei tidak ternodai (haaalllllaaaah bahasanya rek) urine E-baby. Yang artinya gak perlu ganti sprei!

Malam kedua, giliran cili popo yang dimasukkan dalam lipop+O/C. Tipis. Lipop-nya lembut banget. Suka sekali. E-baby lebih nyaman. Keesokan harinya, celana E-baby kering dan tidak pesing. Lipop kering. Cili popo sedikit lembab. Juara deh kalau untuk daya serapnya. Sukak! Saya sangat Sukak! Ketika ketiganya dicuci kembali, cili popo+lipop seperti semula. Lapisan microfleece dari cluebebe semakin mungil. Kemarin berkurang panjangnya, kali ini berkurang bagian lebarnya ~sedikit kecewa~

A: lipop + cili popo + O/C (favorit saya!!)
B: cluebebe + O/C (agak tebal dan lebih panjang dari O/C)

Karena saya mencuci seminggu dua kali, maka minimal saya membutuhkan 7 insert dan 7 liner. Berarti 5 cili popo dan 6 lipop (1 lipop dipadu dengan cluebebe) lagi . Itu artinya, (19 ribu x 5) ditambah (15 ribu x 6). Totalnya adalah Rp. 185.000,-. Waaaah hemat sekali ya. Dengan jumlah rupiah yang tidak sampai dua ratus ribu itu, bisa dipakai sampai E-baby lulus toilet training loh. Selain hemat, ruam-ruam menjauh, efek samping pemakaian pospak yang menakutkan itu tidak lagi menghantui.

Bila setiap manusia mau berubah, permasalah sampah yang menggunung ini tak perlu ada. Kerusakan lingkungan bisa dicegah. Kalau bukan kita, siapa yang akan menjaga tempat tinggal kita? Apakah perlu seperti di film Wall-E?? Meski saya sudah bisa menolak tas kresek saat berbelanja, memilih nursing pad yang bisa dicuci ulang, sudah tidak lagi membeli pembalut wanita sekali pakai, dan akan meninggalkan pemakaian pospak..., rasa puas itu belum hadir.

Saya masih nyampah. Belum menjadi manusia yang benar-benar tanpa sampah. Tugas saya berikutnya adalah komposting. Bulan depan kegiatan ini akan saya lakukan dengan menggunakan keranjang takakura. Yang hasil akhir dari komposting ini adalah produksi sayuran organik untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga kami sendiri. Sebuah cita-cita pribadi yang masih dipertanyakan oleh suami. Bukannya disemangati malah digembosi. Ah mari dibuktikan!

Tunggu cerita saya selanjutnya ya... Doakan berhasil memanen sayuran organik sendiri (^-^)v

Kamis, 06 Februari 2014

Q&A Smart Parents for Healthy Children (Bab 1D)

Hari-hari belakangan sangat sibuk. Wira-wiri ke sana ke mari. Pekerjaan rumah pun tak ada habis-habisnya. Satu dibereskan, satu berantakan. Begitu terus seperti lingkaran gak ada ujung pangkalnya. Dan satu kebiasaan yang kembali muncul: minum kopi! Padahal saya ini tidak kuat minum kopi. Tanpa sadar hari ini menghabiskan dua cangkir kopi. Betul sih pekerjaan saya hari ini beres. Tapi apa yang terjadi? Saya tak bisa tidur. Bahasa kerennya sih kancilen... Sudah dipakai edit foto, berburu bento buat acara Ecio, bongkar-bongkar blog jaman dulu dan tetap belum ada rasa mengantuk... Baiklah mari melanjutkan merangkum buku satu ini... Mulai yaak...


4. DIARE
  • Diare dan muntah bukan penyakit melainkan gejala. Oleh karena itu hal pertama yang perlu dilakukan adalah memikirkan penyebabnya.
  • Diare dan muntah merupakan salah satu mekanisme tubuh untuk membersihkan saluran cerna dari mikroorganisme, racun, dan benda asing.
  • Diare muntah pada anak umumnya disebabkan oleh infeksi virus dan akan sembuh sendiri. 
  • Definisi diare itu BAB lebih dari enam kali per hari, cair, dan dalam jumlah banyak.
  • Prinsip utama penanganan diare adalah mencegah terjadinya dehidrasi.
  • Kebanyakan diare pada bayi karena infeksi virus misalnya rotavirus atau adenovirus. Tidak ada obatnya selain ASI dan oralit untuk mencegah dehidrasi (kekurangan cairan tubuh). Bila diare disertai darah, periksakan tinja, singkirkan kemungkinan amuba.
  • Anak yang sedang alergi terhadap protein susu sapi umumnya juga alergi terhadap protein kacang kedelai. Susu kedelai hanya untuk anak dengan kelainan bawaan lahir di mana tubuhnya tidak bisa mengolah laktosa (gula susu) karena kekurangan enzim laktase.
  • Diare pada bayi umumnya sembuh sendiri, umumnya disebabkan infeksi virus. Tidak perlu antibiotik (kecuali bila tinjanya ada darah). 
  • Jangan beri obat antidiare dan antimuntah. Diare dan muntah adalah mekanisme tubuh untuk membuang kuman, virus, dan racun yang masuk ke usus kita. Penggunaan adsorben seperti attapulgit, kaolin, dan pektat hanya mengubah tampilan feses, tidak menghentikan proses diare, jadi bisa menyamarkan gejala dehidrasi.
  • Berdasarkan lamanya gejala berlangsung, diare dibedakan menjadi:
  1. diare akut: bila berlangsung kurang dari dua minggu
  2. diare kronik: bila berlangsung lebih dari dua minggu
  • Secara garis besar, penyebab diare akut dibagi dua, yaitu infeksi dan bukan infeksi. Diare yang termasuk infeksi umumnya disebabkan oleh virus, dan ada pula yang penyebabnya bakteri, parasit, dan jamur. Diare bukan infeksi dapat disebabkan oleh malabsorpsi, dan alergi makanan, bahkan oleh obat (misalnya antibiotik). Namun umumnya diare akut pada anak disebabkan oleh virus. Apapun penyebabnya, umumnya tidak butuh obat kecuali oralit. Efek samping antibiotik yang tersering adalah diare. Makin sering anak mengonsumsi antibiotik, makin lama/sering anak diare.
  • Diare disertai lendir dan darah disebut disentri. Penyebabnya bisa amuba (parasit) atau bakteri. Disentri akibat amuba diterapi dengan metronidazol, tidak perlu antibiotik lain. Disentri akibat bakteri, diberi antibiotik yang sesuai kuman penyebabnya.
  • Cairan elektrolit tidak bisa menggantikan makanan, hanya menggantikan cairan dan elektrolit yang keluar melalui diare-mutah. Oleh karena itu, upayakan makanan tetap masuk meski hanya sedikit. Pada 24 jam pertama, boleh hanya minum cairan elektrolit, namun setelah 24 jam mulai berikan makanan (porsi kecil) sehingga terpenuhi kebutuhan nutrisi untuk perbaikan usus.
  • Diare memerlukan penanganan serius apabila disertai gejala berikut:
  1. dehidrasi berat
  2. anak sama seklai menolak minum atau muntah-muntah hebat
  3. diare disertai darah pada feses
  4. penurunan kesadaran
  5. kejang
  6. demam tinggi (hiperpireksia, suhu di atas 40,5 DC)
  7. muntah-muntah berwarna hijau
  8. perdarahan saluran cerna atau organ dalam lainnya
  9. nafas cepat dan dangkal
  10. diare berlangsung lebih dari dua minggu
  • Tanda-tanda dehidrasi: 
  1. Dehidrasi Ringan: (a) mata kering dan menangis tanpa air mata atau hanya sedikit air matanya (b) mulut dan bibir lebih kering (c) buang air kecil sedikit lebih jarang/popok basah tidak sesering biasanya
  2. Dehidrasi Sedang-Berat: (a) mata cekung (b) lemas (c) sangat kehausan (d) semakin jarang buang air kecil atau ganti popok/popok jarang basah (e) kulit kering
  3. Dehidrasi Berat: (a) pada bayi di bawah usia 6 bulan, ubun-ubun terlihat cekung (b) tidak mau minum (c) tidak buang air kecil lebih dari 8 jam (d) ketika kulit “dicubit” dengan dua jari, kulit sulit balik ke bentuk asal (e) sangat lemas atau kesadarannya menurun
  • Prinsip penanganan diare adalah: 
  1. atasi kekurangan cairan, dengan memberikan cairan sebanyak mungkin setiap kali anak BAB. Cairan yang dapat diberikan antara lain: larutan elektrolit (oralit), ASI, susu, atau air tajin. Pada diare, susu tidak perlu diencerkan atau diganti dengan yang rendah laktosa, kecuali bila terbukti diare disebabkan karena intoleransi laktosa
  2. untuk anak yang susah makan, tetap berikan makanan dalam jumlah yang lebih sedikit dari biasanya namun diberikan lebih sering
  3. obat antidiare tidak boleh diberikan. Akan memperpanjang sakit dan ada risiko efek samping
  4. antibiotik tidak diperlukan, kecuali bila terbukti penyebabnya adalah bakteri yang membutuhkan antibiotik
  5. cairan infus diberikan bila anak mengalami dehidrasi berat
  6. hindari pemberian makanan tertentu bila diare disebabkan oleh gangguan absorpsi makanan
  7. selalu menjaga kebersihan, berguna untuk mengatasi penyebaran penyakit
  • Segera bawa anak ke dokter bila: 
  1. diare disertai dengan darah
  2. diare banyak sekali, berwarna seperti air cucian beras
  3. anak mengalami dehidrasi berat
  4. anak sangat mengantuk 

[rangkumam lain bisa dilihat di label Buku QnA]

Jumat, 20 Desember 2013

Q&A Smart Parents for Healthy Children (Bab 1C)

Ini adalah usaha kedua saya dalam membuat rangkuman buku Q & A Smart Parents for Healthy children. Kemarin lusa entah mengapa ketikan saya hilang begitu saja. Membuat saya dongkol setengah mati. Baiklah mari berusaha lagi... Rangkuman ini buat diri sendiri... Semoga juga bermanfaat buat siapapun yang kesulitan mencari buku satu ini...


3. BATUK PILEK
  • Batuk adalah refleks tubuh untuk membersihkan jalan napas, untuk membuang semua hal (termasuk dahak) yang mengganggu atau menyumbat saluran napas. Jadi, batuk BUKAN penyakit dan batuk bukan “momok”. Batuk merupakan refleks untuk melindungi saluran napas.
  • Batuk bukan penyakit melainkan "alarm". Oleh karena itu, pikirkan apa penyebabnya. Pada bayi dan anak kecil, umumnya disebabkan infeksi virus. Tahunya? Keluar ingus!
  • Prinsip penanganan batuk adalah watchful waiting, yaitu diobservasi sambil memperhatikan keadaan umum lainnya. Bukan langsung merogoh obat.
  • Pengencer dahak terbaik adalah air hangat.
  • Batuk pada anak usia sekolah umumnya disebabkan oleh infeksi virus kecuali bila berkepanjangan lebih dari empat minggu, bisa alergi, bisa kuman. Gejala batuk biasanya akan disertai gejala lain misalnya demam, pilek, atau sesak, kecuali pada alergi. 
  • Jangan berikan obat untuk menghilangkan batuk (menekan refleks batuk ) seperti dekstometorfan atau kodein. Mengapa? Saat anak terkena infeksi virus, terjadi peningkatan produksi lendir di saluran napas sehinggga anak pun “harus” batuk dalam rangka membuang dahak serta membuang kuman/virus penyebab batuknya. Batuk menyebabkan dahak keluar dari jalan napas dan di/tertelan.
  • Pemberian antibiotik pada batuk pilek sama sekali tidak berguna bahkan merugikan karena ia justru akan membunuh bakteri baik di tubuh kita. Efek sampingnya antara lain radang usus besar (kolitis), reaksi alergi, dan munculnya bakteri yang kebal tehadap antibiotik.
  • Muntah pada batuk pilek membantu mengeluarkan lendir. Muntah tidak berbahaya, yang berbahaya kalau dehidrasi akibat muntah. Jangan berikan obat antimuntah karena racun atau zat-zat lain yang membahayakan tidak bisa dikeluarkan bahkan tetap tersimpan di dalam tubuh dan menjadi lebih bahaya. Muntah justru diperlukan.
  • Obat antimuntah akan menyebabkan kita kehilangan jejak atau misleading, di mana bila ada masalah yang lebih berat bisa tidak terdeteksi karena gejala yang ada dihilangkan (dan kita pikir dia sudah sembuh).
  • Asma sama dengan alergi dan pengobatannya adalah HINDARI, HINDARI, dan HINDARI pencetus alergi. Asma tidak bisa diobati dengan antibiotik. Kalau memang anak terkena serangan asma, obat yang paling manjur adalah obat bronkodilator dan steroid (misalnya deksametason) hirup untuk membuka jalan napas.
  • Alergi, asma biasanya ditandai oleh batuk pilek yang tidak terus-menerus, muncul pada saat-saat tertentu saja (misalnya malam hari) serta ada pencetusnya (udara dingin, debu, tungau rumah. Polusi, makanan). Manifestasi alergi lainnya adalah eksem, rinitis alergi (bersin-bersin/ingus di pagi hari, udara dingin atau terpapar debu), atau konjungtivitis alergi (mata merah berair). Jadi, HINDARI pencetusnya dan pelajari cara mengatasinya.
  • Obat-obatan yang tidak perlu saat asma:
  1. sedatif/”obat tidur” (diazepam; luminal), atau yang bisa menimbulkan efek samping sedatif (misalnya CTM)
  2. pengencer dahak (ambroksol, bromheksin) karena dapat memperparah batuk
  3. antibiotik
  • Anak asma butuh kortikosteroid. Tapi anak yang sakit batuk pilek karena infeksi virus JANGAN diberi kortikosteroid. Efek sampingnya mengerikan, antara lain: hipertensi, keropos tulang, diabetes, gangguan pertumbuhan tulang (anak pendek), rambut tumbuh berlebihan (hirsutisme), moon face (muka bengkak), serta perdarahan saluran cerna.
  • Berdasarkan berlangsungnya, batuk dibedakan menjadi:
  1. batuk akut: bila berlangsung kurang dari 8 minggu
  2. batuk kronik: bila berlangsung lebih dari 8 minggu
  • Batuk akut pada anak umumnya disebabkan infeksi virus. Tidak perlu obat-obat khusus apalagi antibiotik dan kortikosteroid. Cukup berikan banyak cairan. Batuk akut memerlukan penanganan serius apabila disertai gejala berikut:
  1. dehidrasi berat. Anak benar-benar menolak minum atau muntah-muntah hebat
  2. penurunan kesadaran
  3. sesak napas
  4. kejang lama atau kejang berulang
  5. demam tinggi (hiperpireksia, suhu diatas 40,5 DC)
  6. muntah-muntah berwarna hijau
  7. perdarahan saluran cerna atau organ dalam lainnya 
  • Tanda-tanda sesak napas:
    1. frekuensi napas lebih dari:
    40 kali/menit (usia 0-2 bulan)
    30 kali/menit (usia 3-12 bulan)
    24 kali/menit (usia 1-6 tahun)
    20 kali/menit (usia 7-13 tahun)
    16 kali/menit (usia di atas 13 tahun)
    2. ada tarikan otot-otot bantu napas (terlihat cekungan di bawah leher, di dada, di bawah tulang rusuk)
    3. napas cuping hidung (cuping hidung tampak kembang-kempis)
    4. napas terengah-engah, susah bicara
  • Batuk pilek pada bayi kecil umumnya menyertai penyakit bronkiolitis. Bronkiolitis adalah peradangan pada bronkiolus (cabang-cabang saluran napas kecil yang menghubungkan bronkus/cabang tenggorok dengan paru-paru). Umumnya bronkiolitis disebabkan oleh infeksi virus antara lain RSV, adenovirus, dan parainfluenza. 
  • Gejala awal sama dengan gejala salesma seperti ingus meler, bersin, batuk ringan, demam (atau sebaliknya, badan lebih dingin dari biasanya), rewel, cengeng. Dalam dua-tiga hari batuk menjadi-jadi dan dapat disertai mengi. Bila memberat, bisa timbul sesak.
  • Bronkiolitis dapat digolongkan menjadi:
  1. bronkiolitis ringan: keadaan umum cukup baik, masih mau minum dan tidak sesak napas. Tidak memerlukan penanganan khusus, tidak perlu terapi uap dan antibiotk. Jika demam tinggi/sangat rewel, berikan parasetamol. Berikan ASI sesering mungkin saja
  2. bronkiolitis sedang: anak agak sesak. Napas disertai tarikan otot-otot bantu napas (sekitar dada dan perut) dan mulai bernapas menggunakan cuping hidung, mulai sulit untuk diberi makan, bisa terjadi dehidrasi ringan, napas pendek saat menyusu atau makan, atau terdapat beberapa periodettidak bernapas (apne)
  3. bronkiolitis berat: anak sangat lemah, tidak mau minum/makan, sesak (tarikan otot bantu pernapasan, napas cuping hidung, dan grunting), tampak lelah untuk bernapas, dehidrasi berat, dan sering terdapat periode tidak bernapas yang waktunya cukup panjang. Anak dengan bonkiolitis sedang-berat segera bawa ke rumah sakit. Ia butuh terapi inhalasi dengan larutan hypersaline.
  • Meski bronkiolitis dapat mengenai semua bayi, umumnya yang terkena adalah bayi kecil yang sering berada di luar rumah, sering terpapar rokok, dan bayi yang mendapat susu formula. Oleh karena itu, jangan lupa ASI eksklusif ya.
  • Batuk lama (kronik) tidak berbahaya. Penyebab tersering adalah kondisi lingkungan (polusi, lembab, asap rokok). Penyebab lainnya adalah infeksi virus berulang yang menyebabkan bronkitis (radang di saluran napas cabang tenggorokan). Pada anak kecil, infeksi virus dapat terjadi berulang kali, sehingga batuk terkesan menetap.
  • Penyebab lain batuk lama (kronik) adalah alergi, asma atau gangguan THT seperti sinusitis, post nasal drip (lendir dari rongga hidung yang masuk ke dalam rongga mulut), dan otitis media. Atau refluks (aliran balik) asam lambung. Pada usia sekolah ada pula yang dinamakan batuk psiko-genik, yaitu batuk kering yang terjadi tanpa ada bukti kondisi medis yang mendasari, tapi lebih berhubungan dengan keadaan emosi anak.
  • Batuk kronik butuh penanganan serius apabila:
    1. munculnya batuk pada awal kelahiran bayi, hal ini dapat menunjukkan: 
    • kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan makan dan menimbulkan aspirasi (tersedak), kelainan anatomi jalan napas.
    • Gangguan pada fungsi silia termasuk fibrosis kistik
    • adanya pneumonia virus kronik (misal oleh CMV) yang dialami selama dalam kandungan atau mendekati waktu persalinan
    2. batuk kronik disertai dahak yang kental dan purulen (bernanah)
    3. batuk menetap setelah anak tersedak
    4. batuk terjadi setelah atau selama pemberian makanan
    5. anak tampak sakit dan mengalami gangguan tumbuh kembang
  • Saat mengalami infeksi saluran napas, termasuk flu, bisa ditemukan gambaran perselubungan atau “bercak” putih di foto rontgen paru. Gambaran ini sering disalah-kaprahkan dengan istilah flek paru yang sebenarnya merupakan penghalusan (eufimisme) istilah tuberkulosis paru (TBC paru). Padahal, mendiagnosis TBC paru pada anak ibarat menyusun sekuntum bunga. Tidak bisa hanya mengandalkan pada satu kelopak saja, tidak bisa hanya berdasarkan rontgen.

[rangkumam lain bisa dilihat di label Buku QnA]

Jumat, 06 Desember 2013

Arti Sebuah Perpisahan

Kali kedua melepaskan si sulung pergi menginap di rumah nenek dalam kurun waktu satu bulan.. Terasa sekali perihnya..

Kali pertama E-boy pergi ketika sehat dan sangat ceria. Waktu itu terlintas di benak saya "oke, merawat bayi satu pasti mudah... aku dan hunny bisa sedikit pacaran". Rupanya pemikiran itu naif sekali. Ketika malam datang... E-baby berubah menjadi sosok bayi yang sangat tidak kami kenali. Tangisannya begitu memilukan. Menjerit-jerit, muka memerah. Disusui pun tidak menghentikan tangisannya. Berusaha berontak dan tidak mau tidur. Saat mata akan terpejam, sontak ia menggelengkan kepalanya. Horor tangisan pun kembali dimulai. Begitu itu sepanjang malam.

Saya dan suami kehabisan cara membuatnya tenang. White noise yang kami putar tak meredakan tangisannya. Pagi menjelang, saya meminta nenek memulangkan E-boy. Begitu E-boy pulang, E-baby takhluk dalam kantuk. Tidur nyenyak. Saya hanya bergerak berdasarkan naluri. Saya merasa anak bungsu ini mencari kakaknya. Tidak genap bila tidak ada kakak yang selalu ramai. Kakak yang menyanyanginya, menciuminya, mengajaknya bicara, menjaganya, memeluknya...

Kali kedua E-boy menginap pergi adalah sebuah keterpaksaan. Dalam kondisi sakit dan sedih. Belum sempat kami memberikan hadiah ulang tahun ke-4 kepada E-boy, hadiah berupa penyakit mumps/parotitis/gondongan datang menghadang. Malam setelah kami merayakan ulang tahun E-boy, kira-kira pukul setengah satu dini hari, E-boy terbangun. Saya sedikit curiga saat E-boy memeluk erat ayahnya. Tidak biasanya ia manja begitu. Setelah buang air kecil, E-boy menjatuhkan badannya ke saya.

Menempel erat minta peluk. Saya tanya "kenapa sayang?". Dan E-boy menjawab "sakit bunda". Investigasi singkat saya lakukan. Bagian yang sakit adalah pipi bagian kanan dekat dengan telinga bawah. Asumsi pertama saya mungkin karena sakit gigi. Maklum kue ulang tahunnya kan rasa manis, berwarna coklat. Ayahnya sadis! E-boy disuruh membuka lebar mulut, geraham kiri kanan E-boy ditekan kuat-kuat. Sontak E-boy menangis dan menjerit. Saya tidak bisa protes. Tidak ada pilihan lain... Saya dekap E-baby agar tidak terbangun.

Sekilas saya melihat pipi kanan E-boy yang dirasakannya sakit. Kok tiba-tiba membesar. Membengkak dengan cepat. Nenek masih saja berargumen, mungkin ini mungkin itu. Kepanikan di malam hari ini membuat saya menjerit tegas "ini gondongen deh. ambil paracetamol sirup, takar 5 ml". Kira-kira dua kali kalimat itu saya ulang. Suami cukup mengerti kapan saya tidak bisa dibantah. E-boy sempat tak mau meminum obatnya. Ya! Karena obatnya berasa ajaib. Rasa mint dengan warna hijau apel. Kami membujuknya untuk meminum habis paracetamol tersebut.

Sepanjang malam saya tidak bisa tidur. Saya browsing sampai kepala dan mata terasa hampir lepas dari posisinya. Benar saja. Keesokan harinya, bengkak di pipi E-boy makin besar. Saya takut adiknya, E-baby, tertular juga. E-boy sedih sekali. Bukan karena sakitnya tetapi karena tidak boleh dekat-dekat dengan adik. Dengan bujukan ringan, E-boy pergi menginap di rumah nenek selama dua hari. Sungguh pilu hati saya. Menyesal lantaran tidak memberikan imunisasi MMR kepada E-boy. Saya memang ceroboh dan menyepelekan penyakit ini.

Pesan saya kepada nenek adalah: "Paracetamol diminumkan kalau panas sekali atau Erdi rewel akibat rasa sakit. Makanan dan minuman yang rasanya kecut harus dihindari". Dari pagi hingga sore, E-baby masih tenang. Saat saya dan suami menelpon E-boy (tentu suaranya dikeraskan), E-baby seakan mencari sumber suara. Tengok ke kanan dan ke kiri, tetapi bayangan mas-nya tidak ditemukan. Malam harinya? Episode nangis jejeritan semalam suntuk kembali hadir. Parah! Lebih parah dari pengalaman sebelumnya.

Keesokan harinya, perasaan saya makin limbung. Tidur kurang. Akhirnya saya membaca-baca dan menemukan sebuah istilah attachment theory. Rupanya bagi E-baby, satu paket itu artinya ayah-bunda-mas Erdi. Di malam kedua, saya punya trik tersendiri mengakali E-baby yang kehilangan E-boy. Apakah itu? Yaitu dengan menidurkan E-baby di tempat mas-nya biasa tidur. Menggunakan bantal-guling mas-nya. Dan malam itu pun saya dan suami bisa tidur.

Ketika E-boy pulang, E-baby tampak gembira. Sungguh hati saya masih sedikit perih. Penyesalan dan rasa tak berdaya menggelanyut. Menyesal karena tidak memberikan imunisasi MMR. Tak berdaya karena tak bisa merawat anak yang sedang sakit. Lega dan sedikit tak ikhlas ketika E-boy pulang, yang pertama dipeluk dan dicium adalah adiknya... Sedangkan saya menjadi urutan kedua. Duuuhh.... Bunda pun sangat rindu Nak... Betapa berartinya kesehatan dan kebersamaan. Perpisahan ini mengajarkan saya untuk lebih bijaksana dan berpikir dua kali sebelum memutuskan sesuatu...

Selasa, 19 November 2013

Berubah? Itu Pasti!

Sebulan belakangan saya wira-wiri ke banyak dokter. Dokter kandungan, dokter gigi, dokter anak, dan dokter THT. Dokter kandungan untuk saya seorang, memeriksakan kondisi rahim saya setelah proses bersalin yang lalu. Pergi ke dokter gigi untuk proses menambal gigi ibuk dan menambal gigi E-boy yang bermasalah (dua gigi berlubang). E-boy memang belum sakit gigi tapi mulai sering mengeluh "bunda, seliliten" (seliliten artinya ada makanan terselip di gigi).

Yang ingin saya bagi di sini adalah pengalaman ke dokter THT dan ke dokter anak. Sekitar dua minggu yang lalu saya dikejutkan dengan peringatan dari mama "Nduk, telinga kiri anakmu berdarah loh. Erdi ngeluh gatal dan korek-korek telinga". Haduh hati saya langsung dag dig dug. Suami segera mengusulkan untuk pergi ke dokter THT di RSU. Sebenarnya saya paling ogah ke RSU. Antrinya bikin patah hati.

Tetapi karena saya tak punya pilihan lain. Tidak tahu dokter THT yang praktek swasta dan karena memang suami sudah rutin periksa telinga ke RSU, jadilah saya menguatkan hati dan niat (jadi ibu itu wajib LEBIH kuat, lebih tabah, lebih segala-galanya). Rencana berangkat jam 6.30 pagi. Lagi-lagi telat. Dengan dua anak, kami baru bisa berangkat jam 7.30. Dapat antrian no 21 dan 22 untuk E-boy dan ayahnya. Sabaaaaaaaaaaaaaaar... Maklum berangkatnya sudah siang.

Akhirnya E-boy dipanggil juga. Masuk ruang periksa saya senyum lega. Kenapa? Karena saya ditemani suami berhadapan dengan dokter THT yang ramah. Juga saya puas melihat kinerja dokter ini. Di depan saya, dokter tersebut masih sibuk membersihkan alat-alat periksa bekas pasien sebelumnya dengan alkohol. Kemudian menatap E-boy dan percakapan berikut terjadi (d= dokter, s= saya, su=suami):
d: "selamat pagi, saya dokter A, anaknya kenapa bu?"
s: "pagi dok! telinga kiri anak saya berdarah dokter. tolong diperiksa"
d: "awalnya kenapa?"
s: "seperti gatal dokter, tetapi memang serumen telinga kiri dan kanan anak saya berbeda. yang satu keras membatu, yang satunya lunak dan sedikit basah"
d: "mulai kapan bu?"
s: (mulai ragu, menatap ke suami) "mulai kapan hun? sebulan? sejak Ecio lahir?"
su: "sepertinya seminggu-dua minggu terakhir dok, agak lama kok"
d: "ada demam?"
s: "gak"
d: "batuk?"
s: "gak"
d: "pilek?"
s: "enggak dok"

Sampai sini ekspresi dokter di awal yang agak-agak gimana gitu menangani bocah 4 tahun menjadi sumringah. Dan sepertinya beban berat buat menjelaskan banyak hal tidak perlu muncul, karena kami termasuk pasien yang datang ke ruang periksa dengan bekal informasi. Tidak dengan pengetahuan kosong. "Baik bu, saya periksa dulu anaknya", begitu kata dokter. Segera saya menyiapkan E-boy. "Sayang, kalau sakit bilang ya Nak".

Dan beruntungnya E-boy ini penurut. Setiap arahan dokter THT, E-boy menurut. Setelah diperiksa bagian tenggorokan, dan telinga kiri-kanan, ternyata hanya ada kotoran. Di telinga kiri yang berdarah itu berasal dari luka gores di bagian dinding luar (tidak sampai ke bagian-bagian telinga lebih dalam). Kami tidak tahu dari mana luka gores itu. Saya pun puas karena keluar dari ruang periksa tanpa membawa resep. Telinga E-boy sudah dibersihkan oleh dokter.

Pesan dari dokter kepada E-boy "telinganya jangan dikorek ya, tidak boleh dimasukkan benda apapun termasuk jari". Sekarang E-boy jadi lebih penurut lagi terhadap perkataan saya. Kalau telinganya gatal selalu laporan dan saya bisa menentukan apakah perlu dibersihkan sendiri atau pergi ke dokter THT. Memang mencegah lebih baik daripada mengobati http://eemoticons.net

Seminggu kemudian kami pergi ke dokter anak. Kali ini untuk mengimunisasikan E-baby. Tidak ada ekspektasi apa-apa ketika berangkat. Bahkan saya pun bersiap untuk mendengarkan saran penambahan susu formula dari dokter anak. Karena kami menggunakan jasa dokter yang sama dengan dokternya E-boy. Dan pada waktu dulu itu dokter tersebut menyarankan susu formula merk X dan mengatakan kalau hanya memerah ASI saja tanpa disusukan langsung maka ASI saya akan cepat kering.

Ah saya memang keras kepala dari dulu. Saran dokter tentang susu formula merk X hanya lewat saja. Kegiatan perah memerah ASI terbukti lancar hingga dua tahun. Begitu juga kali ini, saat saya memeriksakan E-baby. Saya juga harus sama keras kepalanya. Eh tak dinyana dokter tersebut berkata seperti berikut setelah memeriksa kondisi E-baby: "bu, ini putra ibu grok-grok... ada kemungkinan alergi. ASI nya diteruskan ya jangan ditambah apa-apa lagi".

 http://eemoticons.net Saya sempat bengong beberapa saat. Haaaaaaa..... kejutan!! Dokter ini sekarang pro ASI toh?! Alhamdulilah.... Percakapan berikutnya membuat saya lebih terbuka. Kami banyak berbicara dalam bahasa medis. Dan senangnya saya ketika permintaan saya tentang spuit sisa imunisasi dikabulkan. Spuit imut-lucu terbuat dari kaca pun saya miliki dengan pesan "disterilisasi dulu ya bu". Sekarang menjadi barang koleksi baru di rumah.

Setiap orang pasti berubah! Mau ke arah positif atau ke arah negatif itu urusan personal dan tergantung sudut pandang yang dianut. Keberhasilan RUM (rational use of medicine) harus dimulai dari diri sendiri. Percuma berburu dokter yang RUM kalau kita sendiri tidak pro aktif, tidak memberi sinyal pada dokter bahwa pasien-pasien sekarang bisa diajak diskusi dan punya kedudukan setara. Dokter tidak lebih superior daripada pasien kok.

Salam ASI dan RUM, say no to PUYER!

Selasa, 21 Mei 2013

Q&A Smart Parents for Healthy Children (Bab 1B)

Cukup lama juga jeda antara postingan yang pertama dengan kedua ini. Banyak kesibukan yang membuat waktu saya sangat tersita. Rangkuman pertama saya untuk buku ini sangat bermanfaat ketika E-boy tiba-tiba demam (2 minggu setelah fogging). Sementara di lingkungan tempat tinggal yang sekarang adalah basis demam berdarah. Dari tahun ke tahun selalu ada korban. Patokan saya ketika merawat anak demam hanya satu: CAIRAN (apapun bentuk dan rasanya, ya oralit, ya air putih, ya susu, ya teh manis, ya es krim, jus buah, sup, dll yang terlintas di otak). Anak menolak makan tidak membuat saya bingung. Kalau minum?? Segala cara harus dipergunakan untuk memastikan anak mau minum. Saya bisa jadi badut yang memainkan mimik muka aneh-aneh agar anak mau minum. Pujian setinggi langit tidak boleh alpa. Dan segudang cara unik lainnya dipergunakan agar cairan terus masuk ke dalam tubuh anak. Dan yang tak kalah pentingnya adalah membuat catatan tentang pola demam anak. Jam berapa dan suhu berapa serta penangannya apa.

Setidaknya, ketika rangkuman ini saya buat, itu berarti E-boy sudah terlepas dari masa kritis demam. Suhu turun dengan sendirinya tanpa intervensi paracetamol. Suhu tubuh normal sudah 24 jam tanpa ada penurunan gejala klinis. Semua oke. Nafsu makan membaik. Tanpa batuk pilek. Anak ceria dan pecicilan! Sedikit rewel ketika jam tidur. Bab 1B dari buku dr. Purnamawati membahas tentang kejang demam. Yuk disimak...

2. KEJANG DEMAM

  • Kejang demam adalah kejang yang timbul akibat demam yang terjadi pada bayi dan anak kecil yang bukan disebabkan oleh adanya suatu kelainan di otak. Sebagian besar anak dengan kejang demam suhunya di atas 38,3 DC dan biasanya terjadi pada hari pertama demam. Kejang demam tidak berbahaya, tidak mengganggu intelegensia.
  • Kejang demam bukan kondisi yang sering terjadi. Hanya satu dari 25-40 anak demam yang mengalami kejang demam (klik web milis sehat yuk).
  • Kejang demam (lebih dari 38,5 DC) tidak bisa dicegah. Yang perlu disediakan adalah diazepam rektal (disimpan di lemari es) yang hanya diberikan ketika anak kejang, bukan untuk pencegahan. Cara pemberian diazepam adalah lewat anus (per rektal). Sediaan di apotek hanya dua: 5 mg dan 10 mg. Dosisnya adalah 0,3-0,5 mg/kg/kali. Diazepam memiliki masa kerja yang cepat dan cepat pula dibuang dari tubuh. Pemberian diazepam bisa diulang sampai tiga kali pemberian dengan interval 5 menit. 
  • Pemberian obat diazepam saat anak demam (bukan saat kejang demam) dinyatakan lebih banyak ruginya ketimbang manfaatnya. Karena mempunya efek samping berupa gangguan koordinasi, mengantuk, bahkan bisa menyebabkan gagal nafas.
  • Sampai saat ini tidak ada satupun guideline yang mengemukakan peran kopi untuk mencegah kejang demam.
  • Indikasi Elektroensefalografi (EEG) antara lain: kejang lama (> 10 menit), kejang berulang terlebih jika kejang muncul saat demam tidak tinggi, atau kejang fokal (yakni kejang bukan pada seluruh tubuh melainkan pada satu anggota tubuh saja). 
  • Biasanya hanya terjadi pada bayi berusia lebih dari 6 bulan sampai anak berusia 5 tahun, tetapi paling sering terjadi pada anak batita.
  • Apabila kejang pada usia kurang dari 6 bulan dan lebih dari 5 tahun, bawalah anak ke DSA neurologi untuk pemeriksaan lebih lanjut.
  • Faktor resiko kejang berulang:
  1. kejang pertama terjadi pada usia kurang dari 12 bulan
  2. ada anggotta keluarga dekat yang pernah mengalami kejang demam
  3. kejang terjadi saat suhu tubuh relatif rendah
  4. kejang terjadi segera setelah anak demam
  • Apabila anak kejang pertama sebelum ia berusia 1 tahun maka ada kemungkinan berulang kejangnya sebesar 30%. Hanya 2% dari anak yang kejang berulang yang bisa mengalami epilepsi yaitu apabila kejangnya lama dan/atau kejangnya hanya pada sebagian tubuh, bukan seluruh tubuh pada anak dengan cerebral palsy.
  • Bila kejang demam pertama terjadi saat anak berusia kurang dari 15 bulan, memang resiko berulang lebih tinggi ketimbang bila kejang demam pertama terjadi pada usia lebih besar. Bila suhu 38 DC anak kejang demam, maka kemungkinan berulang juga lebih tinggi ketimbang anak yang mengalami kejang demam ketika suhunya 39,5 DC atau lebih. Bila jarak antara demam dengan kejang demam hanya 1-2 jam, maka kemungkinan berulangnya kejang demam juga lebih besar ketimbang kejang demam yang terjadi lebih lambat (tetapi masih dalam waktu 24 jam pertama demam). Bila ada anggota keluarga yang pernah mengalami kejang demam maka kemungkinan berulang juga lebih tinggi.
  • Anak harus rawat inap apabila ada tanda kegawatdaruratan seperti: kejangnya lama, sesudah kejang berhenti anak tidak sadar, kejang berulang dalam waktu singkat, kejang bukan di seluruh tubuh melainkan pada satu sisi tubuh (sisi kiri atau sisi kanan) atau pada salah satu bagian tubuh saja (tangan saja, kaki saja), ada ada indikasi rawat inap seperti dikemukakan di bab perihal demam.
  • Prinsip penanganan:
  1. tetap tenang, jangan panik
  2. baringkan di tempat yang aman (lantai) tanpa bantal
  3. longgarkan pakaian
  4. atur posisi (setengah tengkurap atau miring) untuk mencegah tersedak
  5. jangan meletakkan atau memasukkan apapun ke dalam mulutnya (misalnya sendok, termasuk makan dan minuman) karena bisa menyumbat jalan napas
  6. berikan diazepam supositori melalui anus
  7. saat kejang jangan menahan gerakan kejang untuk menghindari fraktur/patah tulang
  8. hitung lama kejang demam, amati bagian tubuh yang pertama kali mengalami kejang untuk referensi diagnosis dokter
  9. penangan demam (sesuai prinsip mengatasi demam)

[rangkumam lain bisa dilihat di label Buku QnA]

Minggu, 10 Februari 2013

Secuil Pengalaman di RSUD Lawang

Tidak pernah terpikirkan akan menjadi pasien. Pasien RSUD pula. Sedari kecil saya punya pengalaman tidak menyenangkan dengan yang namanya RSU. Pelayanan yang jauh dari kata ramah, wajah ketus, antri aduhai panjang. Lama berjam-jam, juga seperti di ping-pong ke sana ke mari. Kumpulan pengalaman itu lah yang menyebabkan saat dewasa lebih memilih RS swasta atau berkunjung ke ruang praktek pribadi.

Kondisi kesehatan yang tidak bagus per pertengahan januari lalu membuat saya merevisi pengalaman di RSU. Sebuah keterpaksaan bila akhirnya saya terdampar menjadi pasien RSUD Lawang. Tetapi harus disyukuri sebenarnya! Karena dokter spesialis langganan (sejak 2008) saya bertugas setiap hari selasa dan kamis di RSUD Lawang. Hoki bener nih. Saya tak perlu jauh-jauh ke Malang.

Demi penegakan diagnosa, saya membulatkan tekad ke RSUD Lawang. Lokasinya cukup dekat dengan tempat tinggal saya. Kurang lebih 5-10 menit perjalanan. Langkah pertama mengambil no antrian. Kemudian membuat catatan medis baru. Dan ternyata pelayanannya cukup ramah. Dan antrian tidak terlalu panjang. Petugas di sini sangat sabar meladeni pasien jamkesnas tua yang ngotot minta dilayani padahal syarat-syarat yang dibawanya kurang lengkap.

Kurang dari setengah jam saya sudah mempunyai buku catatan medis baru di RSUD Lawang. Dokter tiba kurang lebih jam 9 pagi. No antrian saya tidak lebih dari no 5. Wuaaaah.... Senang sekali. Jadi total waktu yang saya habiskan waktu itu tidak lebih dari dua jam. Enak sekali bukan?! Di luar itu semua saya mendapatkan perhatian dokter spesialis dengan kualitas yang sama dengan di jam praktek pribadinya. Bahkan dokter saya menganjurkan periksa rutin di RSUD Lawang saja dan baru lari ke Malang kalau memerlukan tindakan medis lebih lanjut.

Di luar dugaan, dokter saya ini masih ingat semua kronologis kesehatan saya. Meski samar-samar, maklum catatan medis yang sekarang ini masih putih bersih. Sehingga dokter berusaha mengingat alur kesehatan saya di masa lalu sambil mengkonfirmasi kepada saya. Dan akhirnya membuat pijakan diagnosa dan tindakan atas masalah kesehatan saya yang sekarang ini.

Keluar dari ruang periksa menuju kasir... lebih sumringah lagi saya!! Uang yang saya keluarkan sebesar Rp. 35.000,- dengan rincian Rp. 10.000,- adalah tindakan umum oleh suster (timbang badan, tensi darah, dan cek fisik lainnya) dan Rp. 25.000,- adalah jasa konsultasi dengan dokter spesialis. Kalau di ruang praktek pribadi bisa kena berapa ya sekarang?? Pasti lebih dari seratus ribu ya...

Saya pulang dengan hati lega dan bisa menghemat sekian puluh ribu rupiah untuk menebus obat serta waktu sekian puluh menit lebih banyak untuk beristirahat di rumah. Oia, satu lagi informasi yang cukup menyenangkan... biaya USG sekitar Rp. 20.000,- dan sudah mendapatkan hasil cetak fotonya. Ada yang berminat periksa di RSUD Lawang? Jangan deh ya... Jaga kesehatan baik-baik teman ^_^

[cerita E-boy di hari ini bisa dibaca di Mengantar Bunda ke RS]
[cerita E-baby bisa diintip di Ada dan Tiada]

Minggu, 15 Juli 2012

Cancer dan Kanker

Ini adalah jam ke-48 yang saya lalui dengan mata terbuka. Saya tidak tahu mengapa sulit sekali istirahat dan memejamkan mata. Pada awalnya adalah kehadiran ibu RT bertamu bersama putri manisnya yang berusaha masuk ke perguruan tinggi. Kebetulan, perguruan tinggi yang diidamkan putri ibu RT adalah tempat di mana suami bekerja. Sayangnya si gadis manis tidak berhasil lulus SNMPTN. Dan kunjungan kemarin itu adalah untuk bertanya kepada suami saya mengenai seluk beluk penerimaan mahasiswa. Jujur saja kami tidak tahu bagaimana permainan di tingkat rektorat/fakultas. Juga tidak punya bank soal ujian-ujian semacam itu. Putri ibu RT akan menghadapi ujian mandiri gelombang pertama, niatnya bila tidak berhasil akan mencoba di gelombang kedua. Di saat itu saya mendengar bahwa biaya masuk fakultas teknik adalah 34 juta (bila lulus SNMPTN)... ya terbayang lah bagaimana mahalnya bila berhasil masuk melalui ujian mandiri gelombang pertama dan akan menjadi lebih mahal lagi bila baru berhasil masuk di gelombang kedua.

Tidak hanya mengenai itu saja. Ibu RT juga curhat mengenai telpon seseorang yang mengatas-namakan staf perguruan tinggi di mana suami bekerja. Oknum tersebut meminta biaya 40 juta diluar 34 juta yang saya sebutkan di atas sebagai biaya penerimaan mahasiswa fakultas teknik. Berarti total 74 juta. Angka yang cukup fantastis bukan?! Oknum tersebut sering sekali telpon bahkan mendesak ibu RT untuk segera melakukan transfer. Maksimal hari ini, sebelum senin. Kami otomatis bertanya "namanya siapa bu? dari fakultas apa?". Ternyata ibu RT tidak tahu apapun mengenai oknum tersebut. Bahkan tidak mau ditemui secara langsung, menolak bertatap muka. Kami curiga ini adalah salah satu modus penipuan. Bisa-bisa kanker dong ya! Kantong kering!

Yang membuat pikiran saya melanglang buana berikutnya adalah sebuah berita tidak bagus dari tetangga sebelah saya. Ibu tetangga saya ini terkena kanker. Kali ini cancer, sebuah penyakit mematikan. Tepatnya kanker payudara yang kemungkinan sudah tahap lanjut. Sedih sih mendengarnya.. Apalagi ibu tetangga saya ini sementara waktu tidak ingin dijenguk. Kami dan ibu RT hanya bisa bernafas panjang. Sungguh sesuatu yang buat saya cukup menakutkan. Sebagai perempuan, sel-sel dalam tubuh kita ini lebih sering terdegradasi dan kemudian muncul sel-sel baru, membentuk sebuah siklus. Sebut saja siklus menstruasi sebagai salah satu contohnya. Bila siklus-siklus dalam tubuh kita ini mengalami gangguan dan tidak terjadi degradasi sel maka akan terjadi pertumbuhan sel secara liar. Pertumbuhan sel secara liar dan tidak pada tempatnya inilah yang akan berkembang menjadi tumor jinak dan mungkin akan berkembang menjadi tumor ganas/kanker.

Resiko terjadinya kanker bisa diminimalisir dengan gaya hidup yang sehat. Menjauhi hal-hal yang karsinogenik. Tidak merokok. Makan makanan sehat dan alami (kalau bisa beralih ke organik).  Dan yang tidak kalah pentingnya adalah mengikuti hukum alam. Kalau payudara diciptakan untuk memberi makan pada anak, ya lakukanlah.. Banyak sekali manfaat menyusui, selain bermanfaat buat bayi juga bermanfaat buat ibu. Salah satunya ya mengurangi resiko terjadinya kanker payudara. Kembali ke cerita tetangga sebelah rumah, saya prihatin sekali. Usianya sudah senja. Punya dua cucu laki-laki. Seharusnya bisa menghabiskan masa pensiun dengan menikmati kebahagiaan bermain bersama cucu. Semoga saja segera bisa menjenguk (diperkenankan), setidaknya memberikan support dan keyakinan bahwa semua penyakit punya peluang untuk sembuh.

Kamis, 17 Mei 2012

Ulah Gigi Bungsu

Semalam mendapat giliran tumbang. Rencana offroad gagal total. Kondisi kendaraan dan manusia sama-sama tidak siap. Kemarin siang saya masih oke. Beli pempek di ujung jalan sana. Lumayan enak sih. Beli satu porsi dimakan berdua bareng suami. Lahap bener. Setelah itu saya ditinggal sendiri di rumah. Sore hari sudah mulai gak enak. Pusing, mual, meriang. Mencoba menahan segala rasa tidak enak. Tetapi tidak kuat. Saya telan sebutir parasetamol dan mencoba tidur.

Saat suami pulang, saya mendengar keluhan tidak enak di mulut. Kemungkinan terbesar pempek yang kami beli kurang begitu higienis. Sekitar jam 7 malam, timbul cenut-cenut di gigi. Emosional sudah! Dibarengi rasa tidak enak di bagian perut bawah. Lengkap sudah rasa tidak nyaman yang muncul. Terpaksa menenggak parasetamol lagi. Setengah jam tidak ada perubahan dan semakin menjadi-jadi. Saya mulai tidak logis, menenggak sebutir p*******m (jangan ditiru deh yang nge-mix obat kayak gini!! bisa kena SJS loh). Akhirnya terlelap tidur juga hingga kurang lebih jam 11 malam.

Mendekati tengah malam itu timbul gejala lain, berkali-kali ke kamar mandi karena anyang-anyangan (istilah dalam bahasa Indonesia/medis-nya apa sih??). Tidak tega membangunkan suami. Badan sudah basah karena keringat juga. Mencoba tidur. Anyang-anyangannya mengganggu sekali, akhirnya teringat kata nenek moyang. Ambil karet, jempol kaki diikat. Saya tidak tahu apakah mitos itu benar atau hanya efek psikologis,, yang jelas saya bisa tertidur sejam-dua jam (terbangun karena nyeri di bagian jempol kaki yang sudah mulai membiru). Begitu bangun, saya hitung sudah lewat 6 jam dari obat terakhir yang saya tenggak. Rasa cenut-cenut di gigi ditambah dengan tenggorokan yang perih serasa terbakar. Tuhaaaaan!!

Merasa parasetamol tidak membantu. Dan kebetulan punya asam mefenamat. Hmmm ketidak-logisan kembali melanda. Sebutir asam mefenamat pun masuk ke dalam perut saya. Beruntungnya punya suami yang hobi bangun malam. Detik itupun saya mendapat perawatan ekstra. Pijit-pijit ringan seluruh badan hingga saya tidur pulas sampai keesokan harinya.

Sekarang ketika badan sudah merasa sedikit lebih enak. Baru teringat kalau memang sedang tumbuh gigi bungsu. Borongan tiga biji!! Daan saya sudah kapok jajan sembarangan! Enggak-enggak lagi deh.. bisa memicu stres fisik

~Doakan cepat sembuh yaa~

Sabtu, 10 Maret 2012

Perbaikan

Sejak jumat kemarin, E-boy sudah mulai doyan makan. Ngemil ini-itu, meski kemarin masih meminta syarat berupa oralit rasa jeruk. Ujung-ujungnya saya yang meminum oralit tersebut. Saya amati kondisi tubuhnya, sudah mulai ada perbaikan. Tidak lagi diare. Ada mual sedikit, ketika E-boy pecicilan. Bersyukur tidak sampai muntah yang muncrat seperti sebelum-sebelumya.

Tadi siang saat saya menemaninya tidur..., tiba-tiba E-boy tertawa sendiri dalam tidur. Mungkin ia bermimpi yang menggembirakan hati. Saya jadi ikut tertawa. Senang rasanya si ganteng E-boy sudah mulai normal dan bisa melalui ujian RUM. Tidak perlu membawanya ke dokter yang mungkin semakin membuatnya stres jiwa dan raga (atau malah dapat oleh-oleh penyakit lain yang lebih ganas). Karena E-boy ini plek saya, yang kalau sakit hanya ingin istirahat ditemani orang tersayang. Tak mau diganggu apalagi disuruh-suruh makan. Sehari-dua hari tak makan tak mengapa asal cairan terus-menerus masuk ke dalam tubuh.

Dan memang saat E-boy sakit kemarin, sepanjang hari saya menemaninya, tidak heboh sendiri memikirkan masak apa buatnya. Pelukan, elusan, dekapan dari orang terkasih menjadi keajaiban buat orang yang sedang sakit. Saya percaya tubuh itu sangat ajaib, kebutuhan-kebutuhan dalam tubuh akan membentuk selera makan. Contohnya, saat E-boy mual-muntah-diare, yang dimintanya adalah oralit. Selalu oralit dan beberapa buah yang segar-segar semacam jeruk. Makan pun meminta bubur sayur (telur dan daging mungkin malah bikin mual dan muntah). Sejak E-boy ada perbaikan, oralit hanya berupa permintaan di mulut, tidak lagi diminum. Hari ini makan dan minum-nya mulai normal. Lebih banyak air putih, sedikit teh hangat. Makan sudah mulai bervariasi, dengan catatan nasinya yang lembek.

Yuk Naakk,,, segera sehat, pekerjaan kita masih banyak.. menanti dengan setia loh..

Kamis, 08 Maret 2012

Keracunan Makanan

Bermula hari minggu, E-boy tidak diawasi (pergi ke rumah saudara).. entah makan apa, seberapa banyak. Saya tawarkan berbagai makanan tetapi menolak..

Hari senin kemarin, saya ajak E-boy menyelesaikan urusan perbankan dan membayar berapa tagihan bulanan. Serta mampir ke kampus sebentar. E-boy hanya makan nasi dan telur orak-arik sedikit. Siangnya mulai menolak makan, hanya mau makan ice cream. Sore sampai malam hanya makan beberapa suap nasi dan telur goreng.

Hari selasa subuh, mulai mengeluh sakit perut. Muntah air sangat banyak. Saya pikir karena masuk angin belaka. Saya masakkan tempe goreng dan tumis kangkung. Setiap makan muntah. Hampir 8 kali di hari itu. Saya sodorkan buah-buahan yang ada (pisang, buah naga merah, pear, jeruk). Semuanya sukses dikunyah kemudian dilepeh (bukan dimuntahkan). Saya cek gigi... Oooo gigi ke-20 mulai merangsek gusi. Eee.. tapi urine-nya kok kelihatan coklat keruh. Perawatan yang saya lakukan adalah pemberian oralit rasa jeruk, sedikit-sedikit tapi sering. Setiap muntah langsung menyodorkan segelas oralit. Beruntunglah saya karena E-boy adalah anak yang sangat patuh dan tidak menolak oralit. Yang bikin saya trenyuh adalah permintaan maaf dari mulutnya begitu muntahan itu keluar dari mulut dan mengotori baju+lantai. Saya bilang "gak usah minta maaf Nak, Erdi kan sakit... banyak istirahat dan makan minum aja yaa".

Hari rabu ada jadwal yang tidak bisa dibatalkan. Dibawalah anak yang sedang tidak fit ini ke kebun. Makan mulai mau *Sumringah nih emaknya* apalagi dapat suguhan donat bikinan nenek, pasti aman terjamin. Makan nasi+telor bebek rebus+udang goreng. Sukses makan setelah dibujuk-bujuk. Eh.. kok muntahnya mulai kumat dan ada diare. Setiap makan selalu mual. Mulai panik, jauh dari rumah meski di dalam tas sedia semua perlengkapan dan obat-obatan E-boy. Langsung bikin segelas oralit lagi. Air minum yang dibawa segera diganti dengan oralit jadi mau gak mau di dalam mobil hanya minum oralit saja (termasuk ayah dan bundanya). Mampir ke rumah teman untuk membeli carrier. E-boy melihat ada teman batita seumur, sakit begitu masih bertingkah, gak mau diam, gak mau diajak pulang. Akhirnya berhasil membujuk pulang setelah dikasih coklat oleh si empu rumah.. huhuhuhu.. Sampai rumah menjelang malam. E-boy tampak kuyu dan lemas. Oralit masih saya teruskan. Urine-nya tampak berubah-ubah warna. Terkadang kuning muda, terkadang coklat keruh. Sms yang masuk bikin risau aja,,, yang mengkuatirkan ginjalnya E-boy dll... Ini sih bikin irasional... *simpan hape di tempat terdalam*

Hari ini, hari kamis ketika catatan dibuat... Saya bertengger manis di sebelah E-boy yang tertidur pulas. Rencana untuk hari kamis buyar.. Ya emang kudu istirahat total kali yaaa.. Sibuk sih sibuk tapi kudu tetep inget stamina anak ada batasnya. Subuh tadi E-boy bangun langsung ke ayahnya di bawah, makan secuil donat dan telur puyuh. Saya buatkan teh hangat karena menolak makanan yang saya tawarkan (mumpung belum masak nih saya). Eh.. muntah lagi... Serem ah... Saya kupaskan pear, dimakan sedikit kemudian dilepeh... Saya suapi pisang, sedikit sekali, seujung jari mungkin. Kemudian E-boy meminta tidur di atas. Saya gendong ke atas.. dan saya sukses kena muntahan pisangnya.... Segelas oralit dibuatkan ayah,,, beruntung tidak ditolak bocah ganteng. Tetap sedikit-sedikit tapi sering. Tiba-tiba E-boy meminta makan, saya tawarkan bubur. Karena E-boy masih lengket dengan saya, akhirnya ayah yang membuatkan bubur. Saya pikir E-boy tertidur, saya berniat menggantikan ayah memasak bubur. Lha kok si bocah ganteng memanggil-manggil "bunda bobo'".. Saya tengok, posisinya sudah di tangga.. Takut muntah nih.. Saya berlari dan secepatnya menggendong, menidurkan di kasur. Beruntung E-boy makan sangat banyak, bubur buatan ayahnya sangat lembut dan tidak bikin eneg.. Isinya sayur-sayuran (sesuai yang ada di kulkas). Satu mangkuk ukuran dewasa sanggup dihabiskan E-boy yang lemas kelaparan. Suhu tubuh mulai meningkat. Saya sangat girang karena itu artinya tubuh E-boy mulai bekerja membunuh kuman-kuman jahat yang bikin sakit. Mudah-mudahan racunnya segera keluar, bakteri dan virus jahat segera tamat riwayatnya!

Sabtu, 03 Maret 2012

Q&A Smart Parents for Healthy Children (Bab 1A)


Buku terbitan PT. Intisari Mediatama dengan tebal 582 halaman ini ditulis oleh dr. Purnamawati S. Pujiarto, SpAK, MMPed. Cukup lama saya mencarinya baik di toko online maupun offline. Pesan sani-sini tak kunjung dapat. Satu tahun lebih harus menanti dengan sabar. Per tanggal 15 Februari yang lalu akhirnya buku idaman sampai di tangan saya. Itu pun setelah ada tawaran di milis sehat untuk mengumpulkan orang agar penerbit mau mencetak kembali. Dari dua judul buku dr. Wati yang ditawarkan di milis sehat, hanya buku Q&A saja yang diterbitkan. Yaaa.. harus disyukuri lah. Lebih baik dapat satu judul buku daripada tidak sama sekali.

Biasanya saya bisa menamatkan sebuah buku dalam waktu 2-3 hari. Untuk buku Q&A sengaja saya baca lambat-lambat. Saya ingin menyerap semua ilmu yang ada di buku tersebut. Gaya bahasanya sederhana, tanya jawab antar orang tua dan diberi arahan/penjelasan panjang lebar oleh dr. Wati. Di setiap sub bab diberikan catatan penting. Tidak hanya membahas seputar penyakit langganan anak dan pengobatan yang rasional saja tetapi juga membahas tentang parenting. Gak rugi deh beli buku ini. Dijamin!

Hampir dua minggu terakhir saya hanya bisa menamatkan dua sub bab. Dan di blog ini saya ingin merangkum dari apa yang saya baca per sub bab. Mudah-mudahan bisa membantu di kala darurat. Meski bukunya sudah saya warnai di bagian-bagian penting tapi karena belum terstruktur (berupa tanya jawab), saya yakin suatu saat nanti ketika darurat jadi bingung harus membaca di bagian mana. Bab pertama mengupas tuntas seputar penyakit langganan pada anak:

1. DEMAM
  • Demam bukan penyakit, merupakan gejala yang harus dicari penyebabnya. Umumnya karena infeksi dan merupakan salah satu taktik sistem imun tubuh untuk menyerang balik penyebab infeksinya.
  • Demam = peningkatan suhu tubuh di atas 38,3 derajat celcius (DC) lebih dari 24 jam, biasanya suhu tubuh akan turun setelah 72 jam. Peningkatan suhu tubuh ini disebabkan oleh meningkatnya zat pencetus panas yang disebut pirogen akibat adanya infeksi, radang, keganasan, alergi, tumbuh gigi, dll.
  • Tingginya demam tidak berarti penyakitnya parah (gunakan termometer, jangan mengandalkan perabaan).
  • Ciri infeksi virus: panas tinggi, mendadak naiknya, dan biasanya ada pola naik turun (tidak perlu antibiotik!)
  • Salah satu resiko demam adalah dehidrasi (ciri: ubun-ubun cekung, jarang buang air kecil, kulit lambat kembali ketika dicubit). Pencegahan dehidrasi: minum cairan apapun sesering mungkin, bila ada diare beri oralit.
  • Prinsip penanganan demam:
  1. Jangan panik
  2. Amati perilaku anak
  3. Cegah dehidrasi
  4. Kompres air hangat (atau diajak berendam air hangat)
  5. Ruangan dijaga agar tidak panas (pasang kipas angin)
  6. Pakaikan baju tipis
  • Penggunaan parasetamol dalam jangka lama dan sering dapat menimbulkan kerusakan hati (liver), tujuan pemberian parasetamol untuk sedikit menurunkan suhu tubuh dan membuat nyaman (bukan menormalkan suhu tubuh).
  • Ibuprofen tidak dianjurkan untuk anak demam dengan muntah diare, juga bukan untuk anak di bawah usia 6 bulan (fungsi ginjal yang belum sempurna) dan bukan pada anak yg diduga demam berdarah (DB). Menimbulkan iritasi lambung (perdarahan) dan gangguan cerna ( sifatnya asam, mirip aspirin). Kombinasi parasetamol dan ibuprofen dapat meningkatkan resiko perdarahan saluran cerna.
  • Do not treat low grade fever (37,5-38 DC) karena virus tumbuh subur dan marak di suhu rendah.
  • Hubungi dokter bila:
  1. Bayi berusia < 3 bulan dengan suhu tubuh > 38 DC
  2. Bayi berusia 3-6 bulan dengan suhu tubuh > 38,5 DC
  3. Bayi dan anak berusia > 6 bulan dengan suhu tubuh > 40 DC
  4. Kondisi anak memburuk: tidur terus, lemas, sulit dibangunkan (letargi)
  5. Demam selama 72 jam
  6. Susah minum, tidak mau minum, atau sudah dehidrasi
  7. Rewel/menangis terus, tidak dapat ditenangkan
  8. Kejang/kaku pada kuduk leher
  9. Sakit kepala hebat yang menetap
  10. Sesak nafas
  11. Muntah atau diare terus menerus
  • RS dan tenaga medis yang berganti membuat anak cemas, resiko tambahan berupa infeksi nosokomial (infeksi dari RS yang kumannya lebih ganas).
  • Pegangan paling kuat untuk mengetahui kegawat-daruratan adalah kondisi umum anak.
  • Pelukan, belaian, dan ketenangan dari orang tua (terutama ibu) sangat membantu anak mengatasi rasa sakitnya
  • Indikasi rawat inap pada anak:
  1. Kesadaran menurun
  2. Kejang berulang atau durasi kejang lama
  3. Dehidrasi berat
  4. Shock/renjatan
  5. Memerlukan obat intravena
  6. Saat tangis melengking, ubun-ubun besarnya menonjol disertai muntah menyemprot
  • DB disebabkan virus, ciri: trombosit turun, hematokrit naik, sangat lemas, teler berat, mual dan muntah, tidak memiliki gejala khas, demamnya manteng tinggi, tanpa batuk.
  • Dengue shock syndrome (DSS) = sindrom renjatan dengue adalah kondisi DB di mana penurunan deman disertai perburukan kondisi umum. Ciri: nadi lemah, tubuh sangat lemah, pucat, ujung tangan dan kaki dingin, bisa terjadi pembesaran perut (bukan kembung) karena ada perdarahan di dalam perut.
  • Pemeriksaan lab darah umumnya dikerjakan pada:
  1. Demam lebih dari 72 jam dan sudah terbukti bukan ISK
  2. Demam lebih dari 72 jam dengan kecurigaan db
  3. Demam dengan penurunan kesadaran
  4. Demam dengan kejang berulang
  5. Demam dengan tanda-tanda dehidrasi berat
  6. Demam dengan sesak nafas
  7. Demam dengan anemia berat (sangat pucat pada bibir, lidah, kuku, dan telapak tangan)
  8. Demam dengan perbesaran hati dan atau limpa
  9. Demam dengan tanda tanda perdarahan nyata (mimisan, gusi berdarah, bintik bintik perdarahan di bawah permukaan kulit dan memar yang luas, bab hitam, dan muntah darah)
[rangkuman lain bisa dilihat di label Buku QnA]

Rabu, 23 November 2011

Tumbang Sekeluarga

Harusnya kalau sudah berkumpul kembali, satu keluarga utuh, bisa dilewati dengan suka cita. Tidak demikian dengan keluarga kami. Minggu subuh, saya dan E-boy masih bisa ketawa bersama si ayah yang baru saja datang dari Jogja, membongkar aneka oleh-oleh. E-boy dapat 5 bungkus, coklat semua! Saya mencicipi kripik kulit mlinjo yang belum saya makan sebelumnya. Kalau mlinjonya sih sering. Lima butir saja cukup karena tidak kuat dangan rasa asinnya yang sungguh terlalu. E-boy pun ikut mencicipi. Kalau tidak salah hanya satu atau dua butir. Pikir saya tidak mengapa, toh tidak pedas.

Tidak disangka, magrib di hari yang sama, pencernaan saya mulai bermasalah. Diare. Saya belum panik. Karena frekuensinya masih 1-2 kali. "Ah nanti akan segera normal", kata saya dalam hati. Hari senin, diare masih berlanjut.. Doeeenggg!! Mulai lemes badan ini. Pagi itu saya mulai merasa ada yang berubah dengan E-boy. Yang biasanya menjadi si lahap. Kali ini kok makannya diemut yaaa.... Saya peluk terus dari pagi sampai siang. Pagi itu karena saya juga tidak enak badan, saya mengajak E-boy di kasur... Sekitar jam 12 siang, saya merasakan suhu badan E-boy yang meningkat drastis. 39,9 DC. Tidak ada persediaan paracetamol. Saya sms suami minta dibelikan paracetamol di apotek terdekat. Saya yang lemas hanya bisa memeluk erat, perbanyak skin to skin contact.

Paracetamol sampai rumah sekitar jam setengah dua siang. Harganya sungguh ajaib. Hanya Rp. 3.200 saja, padahal itu dua jenis obat: sirup dan tablet. Cuma hitungannya aja yang agak ribet, dalam 5 ml terkandung 120 mg. Berat badan E-boy 11,1 kg. Dan dosis paracetamol yang seharusnya diberikan adalah 10-15 mg per berat badan. Jadi tidak masalah saya beri 5 ml karena masih dalam rentang dosis yang aman (walaupun saya lebih suka memberikan dosis terendah, yaitu 10 mg per berat badan). Pemberian paracetamol hanya menurunkan 0,3 DC. Sore harinya saya coba suapi makan. Sukses dimuntahkan. Asumsi saya mungkin karena eneg. Saya ganti dengan puree apel. Habis satu mangkuk kecil.

Saya mencoba kompres air hangat, ternyata E-boy malah ndak nyaman. Mengajaknya berendam air hangat bisa-bisa tantrumnya kumat. Bingung... Karena suhu tubuh masih tinggi, maka paracetamol saya berikan lagi. Pakaian saya pilihkan yang tipis aja. Eh muntah.. Saya posisikan miring (muntah saat tidur) agar muntahannya tidak masuk ke paru-paru. Diare mulai muncul. Hampir tidak berhenti sepanjang malam. Dua lusin popok habis malam itu juga. Untungnya saya punya persediaan oralit beberapa bungkus. Saya minum untuk diri sendiri juga untuk E-boy. Saya minta tolong suami untuk membuat air rebusan kacang hijau. Kacang hijaunya dibuat bubur. Sedikit paksaan, cairan dan sedikit makanan masuk ke dalam perut E-boy.

Malam senin itu saya merasa tidak sanggup. Melihatnya begitu lemas, tidak kuat membuka kelopak mata, sungguh membuat hati teriris. Kuatir juga dengan yang namanya demam kejang. Ingin rasanya melarikan E-boy ke UGD. Tapi melihat suami begitu tenang, saya terbawa tenang juga. Suhu badan E-boy tidak bergeming di angka 38-39 DC. Setiap kali diare, saya atau suami sedikit memaksa meminumkan oralit dan air putih. Paracetamol ketiga saya berikan selasa subuh. Saya buatkan orak arik telur. Terimakasih ya Allah, masuk juga satu piring kecil. Tidak ada kejang demam. Semua berjalan dengan aman terkendali. Menjelang maghrib si ayah (yang paling banyak makan kripik kulit mlinjo) mulai diare juga... Welcome to the party, Darling... ha ha ha *ketawa garing*

Selasa siang, terjadi perbaikan. Suhu tubuh E-boy kembali normal. Nafsu makan sudah ada meskipun hanya sedikit saja. Saya tawarkan aneka jenis makanan. Roti. Yogurt. Nasi (thok tanpa lauk). Jagung rebus. Pisang. Semuanya sukses dimakan 2-3 suap. Diare masih menghantui. Namun frekuensinya sudah jauh berkurang. Heeeiiii.... saya sampai lupa kalau saya sendiri juga sedang sakit. Semoga saja diare ini segera hengkang dari kami sekeluarga...


(lanjutannya ada di Catatan Kesehatan)