Tampilkan postingan dengan label 100 % handmade. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label 100 % handmade. Tampilkan semua postingan

Minggu, 22 September 2013

Nursing Bracelet

Nursing Bracelet (NB) berfungsi sebagai penanda kapan terakhir bayi menyusu kepada ibu. Sebenarnya gelang ini sudah saya ketahui sejak kelahiran E-boy (2009) tetapi pada saat itu rasanya tidak memerlukannya karena status saya yang pada akhirnya sebagai seorang e-ping mom. Saat hamil anak kedua, saya berniat membuat sebuah NB. Sayang sungguh sayang niat itu selalu terkalahkan oleh kegiatan lain dan rasa lelah.

Sampai hari persalinan tiba, NB hanya sekadar memenuhi relung pemikiran. Kemarin lusa kami kedatangan ibu-ibu PKK. Tidak main-main jumlahnya sampai belasan-dua puluhan orang (tidak menghitung oey) dan waktunya mendekati maghrib pula. Kontan saya kelelahan. Karena menggampangkan "kan asip di kulkas banyak, saya tidur aja lah".

Malam itu memang saya tidur nyenyak. Hanya sekali saja menyusui E-baby. Selebihnya suami dan ibuk yang memberikan asip dengan media spuit 10 ml. E-baby rewel luar biasa malam itu. Mungkin juga kelelahan kedatangan tamu yang gak kira-kira jumlahnya. Esok paginya... kagetlah saya!! Pipi E-baby mulai menguning. Panik? Jelas iya!

NB harus segera dibuat nih. Saya pun membongkar kotak penyimpanan berbagai aksesoris dan menemukan bahan dan alat. Saya racik saja sekenanya. Yang penting jadi dan saya bisa disiplin menyusui per 2-3 jam. Bahannya sederhana kok: tali senar yang bisa melar, aneka manik-manik. Alat: gunting dan tang.

proses meracik NB, waktu terakhir menyusu jam 3.15

hasil jadi
A menunjukkan menit, B menunjukkan jam, C sebagai penanda

saat dipakai, kepala tigger hilang setelah dipinjam E-boy

Manik-manik bulat emas menunjukkan menit. Ada tigbuah, yang masing-masing mewakili 15 menit. Sedangkan manik-manik mutiara dan bentuk bintang untuk mewakili jam, jumlahnya 12. Manik-manik berbentuk pipa merupakan awalan, yaitu menunjukkan jam 1. Cukup mudah bukan membuatnya?

Sekarang saya otomatis memindahkan penanda ketika menyusui E-baby. Jadi tidak ada lagi lupa dan mengira-ngira kapan menyusui terakhir. Ketika E-baby keasyikan tidur pun saya bisa membangunkannya untuk menyusu. E-baby ini paling doyan tidur. Agak sulit dibangunkan dan suka marah-marah kalau dibangunkan dari tidur nyenyaknya.

Dicium, dipeluk, dielus, ditepuk-tepuk halus tidak mempan untuk membangunkan E-baby. Cara yang paling ampuh adalah dengan menggelitiki telapak kakinya yang mungil itu. Ah.. perjuangan menyusui masih panjang. Masih banyak tantangan yang perlu ditakhlukkan. Dan saya sangat berharap tidak bertemu dengan yang namanya nursing strike.

Selasa, 02 April 2013

[DIY] Organizer Bag

Melihat tumpukan sampah setelah beberes rumah itu meninggalkan rasa bersalah. Tak ingin menambah jumlah sampah yang harus diurai bumi tercinta, saya akhirnya tidak melempar beberapa barang ke tong sampah. Barang tak terpakai seperti tas jaman kuliah dan tas spunbond diolah menjadi barang bermanfaat lainnya, yaitu sebuah organizer bag.

tas jaman kuliah yang sudah kusam dan tas spunbond gratis

Organizer bag?? Itu tuh tas yang punya banyak ruang untuk menyimpan aneka barang bawaan saat bepergian. Saya dulu tidak membawa banyak barang saat pergi. Tetapi ketika punya anak, ya Allah, kenapa ya membengkak tiada terkira?! Botol minum wajib dibawa. Dan botol minum rentan terguling kemudian isinya menggenangi tas kesayangan.

Mau mengeluarkan uang untuk membeli organizer bag juga malas. Maklum emak irit semacam saya ini bisa dikatakan pelit. Kalau bisa membuat sendiri ya buat sendiri aja. Ngapain harus beli?! Kita hanya perlu menyisihkan waktu beberapa menit saja kok (1-2 jam). Benar-benar tidak mengeluarkan biaya loh. Tetapi manfaat yang didapat luar biasa!

sederhana kan? ruang-ruang bisa dibuat sesuai kebutuhan

organizer bag yang terisi penuh dan siap diaplikasikan ke tas-tas kesayangan

Mudah saja membuat organizer bag sederhana seperti foto di atas. Alat yang dibutuhkan sekedar jarum, gunting, dan benang. Buang bagian pegangan pada masing-masing tas. Kemudian tas spunbond dipotong menjadi dua bagian yang sama besar. Dari masing-masing bagian tas spunbond dijahit menjadi beruang-ruang yang besar kecilnya ruang disesuaikan dengan kebutuhan.

Yang agak sulit adalah menjahit spunbond yang telah beruang-ruang ke dalam tas yang akan dijadikan organizer bag. Triknya adalah menggunakan double tape. Ketika sudah menempel, kita bisa menjahitnya dengan damai sentosa tanpa masalah (bergeser-geser). Saat yang paling menegangkan adalah ketika memasukkan semua bawaan ke dalam organizer bag.

Sungguh puas rasanya ketika semua barang masuk dengan sempurna. Tidak berantakan. Memudahkan saat mengambil dan mengembalikan barang ke dalam tas. Hati saya semakin sumringah saat mengaplikasikan organizer bag ini ke dalam tas kesayangan. Rapi jali. Tidak ada kesulitan saat mencari kunci rumah, hape, dompet, bolpen dll. Botol minum berdiri tegak tanpa insiden tumpah.

Love! Love it!

Minggu, 31 Maret 2013

Fairy Dress

Ide berbusana seperti foto di sebelah kanan ini tercetus begitu saja. Berawal dari saya yang berbenah rumah dan menemukan kerudung super besar yang tidak pernah terpakai sama sekali. Dulu ibuk memesan kerudung transparan bersulam indah untuk keperluan pernikahan kami. Sayang seribu sayang di hari H, kerudung ini malah terlupakan dan hanya tersimpan manis di tas ibuk.

Cukup lama saya memandangi kerudung putih bersih itu. Sangat sayang bila harus memotongnya dan menjadikannya sesuatu. Akhirnya dengan banyak menjelajah di dunia maya, sebuah gaun cantik bisa saya buat tanpa jahitan, tanpa potongan gunting. Bermodalkan simpul sederhana di bagian dada dan jadilah gaun indah seperti foto di atas. Berikut foto-foto bagaimana cara menghasilkan Fairy Dress yang indah:

bentangkan kain, usahakan sama panjang di sisi kanan dan kiri

ambil sedikit kain di sekitar dada

buat simpul sederhana, tarik hingga agak ketat

ulangi membuat simpul sekali lagi, atur jatuhnya kain sesuai yang dikehendaki, selesai

Sederhana bukan? Beragam kain bisa digunakan untuk membuat Fairy Dress ini. Boleh disematkan bros cantik di bagian tengah simpul untuk menambah aksen. Dengan cara yang sama, kita bisa menggunakan kain batik tulis/kain tenun yang kita miliki menjadi Fairy Dress yang indah. Biasanya kita sangat sayang untuk menjadikan kain batik tulis/kain tenun sebagai baju... tetapi menyimpannya saja di lemari sepertinya hanya merupakan kesia-siaan. So... having fun ya dengan kain-kain kesayangan yang Anda miliki.

Rabu, 13 Maret 2013

Selop Imut dan Manis

selop imut dan manis
Ketika malam semakin larut dan mata tak bisa terpejam. Saya teringat selop yang hanya dipakai saat prosesi nikah 5 tahun yang lalu. Saya kurang nyaman memakainya karena ketinggian 7/0. Sangat menyakitkan dan melelahkan.

Selop ini tersimpan rapi dan bersih. Di depan saya waktu itu juga teronggok kain tenun kalimantan. Kain perca sih. Padahal kainnya sudah dijahit menjadi tiga baju untuk kami sekeluarga. Bahkan juga sudah dibuat dua buah dompet juga. Tetapi sisa kainnya masih saja banyak.

Maka dari itu saya ambil perca tersebut. Saya sandingkan dengan selop saya, eh kok manis sangat jadinya. Gunting segera beraksi. Lem tak mau ketinggalan. Polos sekali kalau tidak dihias dengan sesuatu yang cantik. Ya, bunga mawar merah muda yang saya pesan dari seorang crafter akhirnya menjadi hiasan. Menambah ke-imut-an. Selop yang tadinya tampak membosankan bisa berubah total kan? Dan yang lebih menyenangkannya lagi, selop ini bisa dipadu-padankan dengan baju atau dompet dari kain yang sama.

Sangat mudah membuatnya dan tidak membutuhkan waktu lama. Murah meriah. Sekitar 20-30 menit mulai dari menyiapkan alat dan bahan sampai menjadi selop baru yang cantik. Setelah itu diamkan selopnya sampai lem kering (kurang lebih 24 jam) dan siap digunakan di acara-acara resmi (dengan catatan hanya digunakan saat acara dan membawa sandal lain yang jauh lebih nyaman). Bangga bisa memakai buatan sendiri. Tentunya istimewa dan tidak ada duanya.

Selasa, 25 Desember 2012

[DIY] Bolero dari Selembar Pashmina

Saat melongok lemari, kagetlah saya ini melihat lembaran-lembaran pashmina yang lumayan banyak jumlahnya. Semuanya pemberian dan oleh-oleh. Secara pribadi saya kurang suka memakai pashmina apalagi E-boy masih usia aktif bin pecicilan. Kalau saya pakai kerudung, pasti ditarik-tarik hingga tak berbentuk. itulah sebabnya saya lebih suka memakai kerudung instan yang tidak terlalu panjang. Sehingga pashmina-pashmina ini hanya mendekam memenuhi lemari.

sederhana namun cantik bukan?
Sayang sekali kalau tidak digunakan, begitu pikir saya. Dari beberapa pashmina yang saya punya, pashmina berwarna hijau menjadi pilihan saya untuk diubah menjadi bolero. Sebetulnya ide ini saya dapat dari seorang teman fb (dari selendang kain tenun). Kemudian saya kembangkan sendiri sehingga sedikit berbeda. Bolero seperti foto di atas saya jahit sederhana dengan tangan. Loh kenapa tidak memakai mesin jahit? Alasannya karena memang tidak bisa menjahit pakai mesin, juga tidak memiliki mesin jahit hihihihi... Pencarian ide ini cukup lama (tidak mau mencontek 100%), proses menjahitnya pun melalui yang namanya bongkar pasang. Dan ini tutorial sederhana dari bolero yang saya pakai:

bayangkan kertas ini adalah selembar pashmina yaa..
  • Bentangkan pashmina di tempat datar (no 1)
  • Lipat secara horizontal menjadi dua bagian yang sama besar (no 2)
  • Jahit bagian A di kiri dan kanan pashmina (no 3) kira-kira sepanjang 30 cm atau sesuai postur badan masing-masing orang
  • tekuk salah satu sisi bagian tengah (bagian yang tidak dijahit) ke arah luar kemudian dijahit, bagian tengah ini dimaksudkan sebagai kerah bolero
  • siap untuk dipakai
Mudah bukan membuatnya? Saya jamin tidak memakan waktu lama. Sekitar 30 menit kalau menjahit dengan tangan. Untuk mempermanis bisa ditambahkan bros seperti yang saya pakai di bagian tengah dada. Dipakai tanpa bros pun juga oke kok. Pakaian dan tata rias wajah tinggal disesuaikan dengan acara yang akan dihadiri. Selamat mencoba dan semoga bermanfaat yaa...

Minggu, 23 Desember 2012

[DIY] Bukan Kartu Ucapan Biasa

Rindu rasanya dengan kegiatan jahit menjahit... Ingin membuat sesuatu lagi tapi persediaan kain kristik sangat minim. Di kala malam sendirian (anak dan suami sudah terlelap), saya teringat sebuah ide lawas. Yaitu membuat kartu ucapan yang melibatkan kegiatan kristik. Langsung saja saya membongkar gudang penyimpanan. Dan beruntunglah! Potongan-potongan kain kristik berukuran 20x20 cm bisa saya temukan. Buku desain kristik oleh-oleh suami dari negeri sakura saya buka-buka. Dan pilihan jatuh ke gambaran singa lucu. Saya kerjakan juga kristikan singa hingga mata tak kuat lagi terbuka.

hasil kristikan imut
Keesokan paginya, bingung saya mengaplikasikannya pada selembar kertas. Jaman sudah tidak seperti dulu. Internet tersedia di rumah. Harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk mencari inspirasi dan ilmu-ilmu baru. Tutorial membuat kartu ucapan dengan aplikasi kristik saya temukan di youtube. Berikut videonya:


Ternyata mudah saja membuatnya. Alat yang dibutuhkan hanyalah gunting, alat pendedel, penggaris, dan spidol. Sedangkan bahan yang dibutuhkan sangat mudah ditemukan: kain kristik (sisa jaman dulu kala), benang kristik tiga warna sesuai desain, double tape, pita (sisa parsel-an), selembar kertas HVS, dan kotak kardus makanan.
alat dan bahan
Namanya masih uji coba, tentu jauh dari kata sempurna. Masih tidak rapi di sana-sini. Begitu jadi, suami langsung cuap-cuap meng-klaim kalau kartu tersebut adalah hak miliknya. Okelah! Kartu yang tadinya masih polosan, saya berikan kalimat sederhana yang kira-kira masih berkaitan dengan gambar singa. Yuk dilihat hasilnya:

tampak belakang
tampak depan

Belum puas bereksperimen sebenarnya! Tetapi hasil pertama ini sudah mengenyangkan rasa penasaran dan pengewajantahan ide dahulu kala.Apalagi kalau dibandingkan dengan contoh yang ada di video di atas itu jauh sekali perbedaan hasil akhirnya. Besok-besok masih ingin membuat kartu ucapan sendiri yang bersifat personal lho. Nantikan postingan berikutnya ya...


Terima kasih sudah mampir di sini ^_^

Jumat, 30 November 2012

Capelet Kuning Gading

Sekitar sebulan yang lalu saya memesan sebuah capelet yang dirajut tangan. Pada mulanya saya tidak tahu istilah capelet. Yang saya tahu hanyalah poncho. Beruntung ya suami itu tidak terlalu cerewet kalau istrinya mulai pesan ini-itu. Diiyakan saja dengan mudah (makasih ya sayang). Oia, saya memesan capelet-nya di Mbak Izzah (klik ini).

Untuk model dan pemilihan warna benang, saya serahkan sepenuhnya kepada Mbak Izzah. Saya hanya menceritakan kebutuhan dan keinginan saya saja. Warna kuning gading/putih tulang dipilih karena tergolong netral. Selama sebulan itu saya mereka-reka model capelet apa yang akan saya terima.

Akhirnya capelet kuning gading cantik saya terima. Tak menunggu lama, saya segera mencobanya. Aduhaaaaiiiii.... ternyata ngepas di badan saya. Bisa dipadu-padan dengan banyak busana. Cocok untuk segala kondisi (asal tidak kehujanan). Ayooo dilihat capelet-nya....

capelet kuning gading dipadu dengan sleeveless mermaid dress
boleh percaya boleh tidak, gaun ini sudah berumur belasan tahun

capelet kuning gading dipadu dengan kemben smock dan rok panjang

Foto-foto di atas diambil dengan terburu-buru. Kenapa? Karena Erdi, anak saya yang super aktif, selalu mengacau. Setiap jepretan kamera, Erdi selalu tampak dengan pose yang menyebalkan campur menggemaskan. Maunya ikut difoto tapi hasil foto jadi tidak bagus dilihat. Nanti deh saya posting terpisah ^_^

Dari niat memadu padan dengan berbagai pakaian, sesi fotonya harus dihentikan dengan dua baju saja. Eh, ternyata lusanya saya harus ke kebun teh. Kebetulan saya ingin tampil ala saya. Jadinya begini saudara-saudari:

tampilan casual-semiformal
(ear cuff by Miranda Agustina, clutch by Maria Magdalena)
Berpenampilan dengan ciri khas sendiri itu seru. Apalagi memakai buatan tangan. Tidak perlu barang bermerk luar negri punya. Produksi anak negri pun membuai minat orang awam kok. Buktinya banyak mata yang memandangi saya. 

Dari sekian banyak koleksi handmade saya, capelet ini yang agak sulit perawatannya. Proses pencucian yang tidak boleh disikat dan diremas. Proses pengeringan yang harus digulung ke dalam selembar handuk. Juga proses penjemuran yang harus di bidang datar merupakan kesulitan tersendiri. Tidak boleh disetrika dan tidak boleh digantung (apalagi dijepit dengan jepit jemuran) menambah daftar panjang kerepotan yang ada.

Tetapi, kita tidak boleh memperlakukan hasil buatan tangan dengan semena-mena. Ada nilai seni di dalamnya, ada sebagian jiwa pembuatnya yang ada pada karya handmade. Terkadang banyak orang awam yang menilai handmade itu mahal (padahal mahal-murah itu relatif), tidak bisa simetris. Tidak sempurna. Justru ketidak-sempurnaan itu lah yang menjadi daya tarik tersendiri. Dan yang selalu dicari-cari pada setiap handmade adalah ciri khas dan orisinalitas.

Rabu, 06 Juni 2012

Belajar Mengolah Sampah

Mempercantik kardus sisa pembelian teko saya pilih untuk mengisi waktu istirahat. Waktu di mana saya tidak bisa banyak bergerak (baca: sakit) dua minggu yang lalu. Semua bahan adalah sampah. Mulai dari sisa kertas kado yang memang sengaja saya simpan, kardus sisa teko dan kardus sisa pindahan, plus sisa kertas kalender yang sudah tidak terpakai. Alat yang dipakai pun hanya gunting, penggaris, spidol, dan lem kertas sebagai perekat. Saya sedang belajar untuk tidak menghasilkan sampah. Mengolah sampah menjadi sesuatu yang bisa dipergunakan kembali. Belajar untuk menolak setiap kantong plastik yang diberikan oleh penjual. Memang sedikit lebih ribet karena harus membawa tas sendiri. Tapi ini adalah aksi nyata kita untuk mencintai bumi sebagai tempat tinggal satu-satunya.

Kembali ke cerita kardus yang saya percantik, sekarang ini kardus tersebut saya fungsikan untuk menyimpan aneka ATK (amplop, bolpen, dll) dan beberapa pernik kecil lainnya agar tidak berserakan. Cara menghiasnya cukup sederhana. Hemat kan tidak perlu membeli kontainer plastik yang harganya lumayan itu?! Simak foto-foto berikut yaa...

kardus yang akan dipercantik
niat semula hanya ingin membungkus kardus teko dengan sisa kertas kado seperti di bagian atas/tutup
 
Niat awal saya berubah total setelah E-boy berpartisipasi. Ternyata kertas kado yang akan saya pakai dirobek-robek E-boy. Improvisasi pun dilakukan. Bagian kardus yang belum tercover kertas kado dibungkus dengan kertas kalender (bagian yang ada tulisan dan gambarnya diletakkan di bagian dalam) kemudian kertas kado yang telah robek dipotong sesuai pola yang diinginkan. Kali ini saya memotong mobil-mobil, jalan dan beberapa tulisan. Jalan dan beberapa tulisan itu saya rekatkan di beberapa bagian kardus yang telah berwarna putih polos. Lalu potongan aneka mobil ditempelkan di selembar kardus bekas untuk memunculkan efek 3D. Setelah itu potong kardus sesuai bentuk pola mobil yang sudah ditempel. Kardus yang telah berbentuk mobil dilem di sepanjang rute jalan yang sudah ditempelkan sebelumnya.

"bagusnya" begitu pujian E-boy
Sampah bisa kita ubah menjadi sesuatu yang unik dan menarik bukan?? Dengan sedikit usaha, ide, dan kreativitas tentunya.. Selamat berkarya.. Yuukk mencintai bumi kita dengan aksi sederhana yang nyata...

Minggu, 26 Februari 2012

Hamster Wheel Bikinan Sendiri

Kondisi terpaksa selalu membuat kita lebih kreatif. Kali ini demi menyamankan Hami Hami Maou Chan, juga untuk memuaskan naluri bermain anak tersayang, ayah membuatkan hamster wheel. Tidak perlu membeli (mana ada waktu buat keluar rumah hari ini, mana hujan angin kenceng pula). Bahannya pun dari hasil mengobrak-abrik dapur saya.

Alat dan Bahan:
  • satu set bekas wadah kue
  • patahan sendok plastik (bekas mainan E-boy)
  • selotip ukuran jumbo








Cara Membuat:

1. Lubangi bagian tengah dari tutup wadah kue
2. Pasang patahan sendok di bagian tengah lubang (sebagai penghalang agar hamster tidak kabur), rekatkan dengan selotip di masing-masing ujung patahan sendok
3. Masukkan hamster ke dalam wadah kue, tutup, kemudian rekatkan selotip di bagian pertemuan wadah dan tutupnya (kira-kira setengah lingkaran)
4. Hamster siap berolah raga

Minggu, 15 Januari 2012

DOLAN DINO SABTU

Sudah lama saya merencanakan ke Batu. Yang namanya rencana itu kok ya susah diwujudkan. Karena sudah berjanji kepada seorang teman, sabtu kemarin nekad ke Batu juga. Untuk sementara waktu melupakan kepenatan hidup. Berangkat jam 9 pagi menuju kampus. Menyelesaikan satu-dua hal, dan membawa serta beberapa tumpuk berkas! Sampai di Batu, mencari-cari alamat rumah teman. Payahnya saya tidak bertanya detil *jedotinkepalakedashborjeep*

Modal nekad,,,, dengan informasi minim di mana ancer-ancernya... di jalan sempatin sms-an dan telp, sampailah kami di rumah teman. Suguhan soto banjar itu sangat memikat. Ingin memasak juga ah di rumah. E-boy lahap sekali loh makan soto banjar ini. E-boy bermain sama dek Reezad dengan seru. He he he.. para emak dan bokap rumpi sendiri-sendiri sambil ngawasi dua batita bermain. Lucu oey, kocak, gemes, yang satu udah lari-lari dan yang satu dalam proses belajar jalan. Kebayang gak sih gimana mereka bermain bola?! *nyeselgakdidokumentasikan*

E-boy ini memang komedian cilik.. masa kakak Budi dipanggil "kakek Budi"............. *waataaaawwww, jitak kepala E-boy dengan gemas*. Semua orang ketawa termasuk si empu nama. Duuh maaf ya kaak.., Erdi usil. Ngelirik jam,, lah kok sudah jam 1 lewat.., padahal kami belum nengok tanah dan ke Lawang. Sedih yaa rumpiannya harus diakhiri... Dek Reezad nangis pas dipamiti *mewekjuganihtante* Ntar ya deeekk, tante main-main lagi ke sana...

Teman saya yang satu ini ajaib deh.. memberi banyak hadiah kok ya paas semuanya. Suami kan suka pemetaan, eh diberi oleh-oleh kaos Kalimantan yang ada gambar petanya di bagian belakang. Jaket untuk E-boy! Padahal kemarin saya berfikir "jaket Erdi kan cuma satu nih, perlu beli lagi deh keknya". Alhamdulilaaaaaahhhh.... Dan yang bikin saya hampir pengsan adalah batu-batu Kalimantan ini dan kain tenun yang indah... *girangtiadatara* Makasih ya Ami.... Senang bisa menemukan teman sebaik Ami.


Sampai di Lawang sudah sore. Itu pun harus diliputi kecemasan. Ketok pintu sampai lama tak ada jawaban. Bikin panik aja... Telp hape bapak dan ibuk plus telp rumah kok ndak diangkat. Alhamdulilah tak ada apa-apa hanya ketiduran pulas karena cepek aja. Sabtu kemarin benar-benar sangat menyenangkan. Bisa berkunjung ke teman dan menengok orang tua. Meski semuanya dalam porsi waktu yang amat singkat. Masuk rumah jam 9 malam teng. Dan si bodo Dodo marah-marah (kucing peliharaan berumur 6 tahun). Pipisnya disebar ke seluruh lantai kandang. Dan kotorannya diluar baki toilet. Huuuwwaaa.... kucing bisa protes juga ternyata!

Karena terlena oleh keindahan batu-batu kalimantan, saya langsung garap malam itu juga. Sebenarnya saya sangat penasaran bagaimana rasanya mengikat batu yang tidak memiliki lubang. Susah! Ribet! Jatuh terus! Dicoba-cobi dan akhirnya bisa. Jadi juga sepasang anting-anting yang niat awalnya dibuat simetris. Apa daya masih dalam taraf belajar dan tidak ada niat jualan. Eh jadinya kok antik juga lho *memujidirisendiriyangtentunyatidakbaikbuatkesehatanjiwa*



sunggar sepertiga jadi

Setelah jadi sepasang anting-anting, proyek bikin sunggar yang lama terbengkalai saya garap juga. Lumayan ribet bin ruwet. Saya hanya mampu menyelesaikan kerangka saja. Belum saya hias dengan batu-batu lain (ingin meletakkan beberapa mutiara) dan belum ada lilitannya sama sekali. Murni masih kerangka kosongan, selain batu besar di bagian tengah. Berhenti sebentar tarik nafas, baru teringat eh iya ada koreksian sebelumnya yang belum saya hitung nilainya. Keinginan untuk membuat aksesoris dihentikan dulu. Lama-lama liat tulisan mahasiswa kok jadi berat mata saya.... Dolan dino sabtu itu benar-benar melelahkan tapi menyenangkan (E-boy mengigau, ketawa cekikian, mungkin bermimpi masih bermain sama dek Reezad dan kak Budi).

Pamit dulu yaaaa... mau mandikan Dodo yang super dekil kena pipisnya sendiri...

Jumat, 23 Desember 2011

Belajar Tak Perlu Mahal

Beberapa minggu yang lalu saat keluarga kami tumbang, saya mengusir kejenuhan dan rasa sakit dengan bermain kawat. Di sela-sela mengawasi E-baby yang tidur siang, semua alat dan bahan yang saya punya dikeluarkan dari tempat penyimpanannya. Hingga saat ini saya tidak serius membeli batu-batu, manik-manik, permata, atau pun mutiara. Yang saya punya justru hasil bongkaran aksesoris yang sudah rusak. Kawat yang sudah saya beli juga sangat terbatas. Ukuran 1 mm dan 0,3 mm. Keterbatasan itu tidak membuat saya sedih. Kali itu saya mempelajari teknik herringbone. Sekilas melihat sih sepertinya gampang. SEPERTINYA! Ternyata sungguh tidak mudah. Mungkin tangan saya yang masih kaku dan tidak terbiasa memegang tang. Atau mungkin pemilihan ukuran kawat juga kurang tepat (ya iyalah wong cuma dua ukuran). Yuk dilihat foto-fotonya....

salah memutar kawat di salah satu ujung

Teknik herringbone pertama yang saya buat salah total. Di ujung kanan, saya salah memutar kawat. Mungkin waktu itu saya bingung orientasinya. Lupa ke mana harus memutar karena pegangan saya agak goyah. Belum lagi karakteristik kawat 1 mm yang ternyata kaku. Sulit dibentuk/diputar-putar.


jadi jepit rambut

Percobaan berikutnya berhasil!! Saya bisa menerapkan teknik herringbone. Ukuran kawat lain yang tersedia hanya 0,3 mm. Mau tak mau ya itu lah yang saya gunakan belajar. Lentur sekali. Mudah membuat putaran tapi gampang bengkok. Belum bisa dikatakan hasil yang bagus. Kurang konsisten jarak lilitannya. Lumayan sih bisa saya pakai di rambut saya dengan bangga. Lain kali saya ingin mencoba kawat berukuran 0,5 dan 0,7 mm.

liontin

Ketika kondisi E-boy sudah membaik, saya membuat kreasi lain. Sebuah liontin. Saya padukan dua ukuran kawat. Juga memadukan dua buah batu. Percayalah ini gratis. Memanfaatkan apa yang ada di rumah (saya suka menyimpan apa-apa yang bisa didaur ulang). Suami saya suka dengan kreasi ini.


bisa jadi cincin bisa jadi hiasan ikatan rambut

Lagi-lagi saya memanfaatkan apa yang ada. Ide awal adalah membuat cincin yang bisa dibesar-kecilkan sesuai ukuran jari seseorang. Agak rumit dan perlu waktu 2 hari. Membuat susunan lilitan kawat tertentu itu tidak mudah yaaa.. Butuh ketelatenan dan konsentrasi. Salah hitung bisa berakibat tidak indah dipandang mata. Setelah jadi dan saya pakai di jari saya.... oh tidak... sangat aneh karena jari jemari saya kan imut-imut sedangkan batunya besar sekali. Akhirnya ketika saya menjalin rambut, saya pakai cincin ini sebagai pemanis dan menutupi karet rambut yang saya pakai. Belajar itu tak perlu mahal kok. Hanya perlu niat dan usaha.

Terima kasih sudah mampir di sini
Happy week end....

Sabtu, 19 November 2011

Stres?

Jepit rambut imut ini saya buat cukup cepat, sekitar 30 menit jadi. Seperti biasa ketika stres melanda, saya langsung heboh mencari cara untuk mengekspresikan diri. Bongkar-bongkar dan ketemu satu biji batu bahan baku satu set perhiasan yang pernah saya buat sebelumnya. Ada kawat juga. Lumayan lah bisa dikerjakan.

Untuk sementara, saya cukup puas. Bisa dipakai dengan bangga. Kalau nanti sudah bosan bisa dibongkar dan dikreasikan dengan bentuk yang lain lagi loh...

Senin, 14 November 2011

Hasil Belajar Bermain Kawat

Jaman dulu,, tak ada pikiran kawat bisa dibentuk menjadi sesuatu yang artistik. Kirain cuma bahan bangunan aja *big grin*

Perkenalan pertama dengan kata wire jewelry itu setahun yang lalu. Hanya sebatas menengok, sudah punya keinginan belajar. Sayangnya anak masih bayi, tidak bisa disambi ini itu. Semua waktu dan perhatian hanya untuk anak (maaf bojoku sayang). Sekitar tiga bulan ke belakang, saya menemukan batu-batu cantik bekas kalung saya yang rusak, ada beberapa rantai... Istilah suami "kanibalism". Intinya saling menukar, saling mengganti hingga didapat hasil yang kita inginkan. Perhiasan pertama yang saya buat sangat sederhana. Sekedar merangkai saja. Satu set yang terdiri dari gelang, anting, dan kalung. Di bawah ini fotonya yaa....



Kesempatan untuk belajar nguwer-nguwer kawat datang juga. Seperti cerita saya di sini. Belajar perlu proses, perlu waktu. Saya ingin belajar secara mandiri dulu, belum berniat mengikuti kursus secara khusus. Beberapa hasil jepretan teknik-teknik yang diasah dalam ber-kawat ria sudah bisa diintip.









Masih jauh dari kata bagus, tapi sungguh kepuasan tersendiri buat saya pribadi *telunjuk kanan yang masih kapalan*

[Karya yang lain adalah jepit rambut]