Jumat, 28 Juni 2013

Membuat Playdough: Murahnya Berbahagia dengan Keluarga

playdough-nya sukses!
Kemarin adalah hari ulang tahun suami. Tidak seperti biasanya, kami hanya melewatkannya di rumah saja  karena kondisi dan situasi tertentu. Bagaimana caranya supaya rumah tetap ramai? Saya berinisiatif membuat playdough sendiri, mumpung persediaan tepung terigu masih berlimpah. Sebenarnya saya cukup ragu dengan resep yang saya dapatkan dari internet. Tetapi biar ramai di hari ulang tahun suami, maka diniatkan saja membuatnya.


suasana bermain playdough bersama
Bahan:
2 gelas tepung terigu
1 gelas garam
1 gelas air
2 sendok minyak goreng
beberapa pewarna makanan

Cara Membuat:
  • campur tepung terigu dan garam dalam sebuah wadah (saya suka menggunakan tangan)
  • tambahkan air sedikit demi sedikit sambil diuleni
  • setelah kalis dan membentuk bongkahan, tambahkan minyak goreng
  • bagi menjadi beberapa adonan
  • masing-masing adonan beri pewarna makanan
  • siap dimainkan
  • cara menyimpan: letakkan dalam wadah plastik tertutup dan simpan di kulkas (awet beberapa minggu rasanya)

dinosaurus dan aneka playdough warna-warni
Benar saja, cara membuat playdough ini sangat mudah, murah, sederhana, tak lupa AMAN! Tidak sampai lima menit, rumah sudah ramai dengan suara berebut ayah-anak. Saya aja yang mendengarnya sampai pusing. Eh ternyata siangnya kakek-nenek E-boy datang membawa bubur merah-putih, jadi semakin meriah lah suasana ulang tahun suami. Meski bukan acara pesta-pesta dan makan-makan mewah. Tetapi sudah sangat membahagiakan. Foto-foto hasil karya E-boy bermain playdough akan diunggah di blognya E-boy aja ya (berjudul Playdough Buatan Bunda).... Ssstttt... yang menghabiskan bubur merah-putihnya bukan yang ulang tahun loh. Coba tebak siapa yang menghabiskannya??


Minggu, 23 Juni 2013

Kue (se)Lapis: Kue Perdana Bikinan Sendiri

Ya... saya memang paling ogah menghabiskan banyak waktu di dapur. Paling malas membuat sesuatu yang ribet. Saat belanja bulanan saya mengambil tepung terigu satu kg. Niatnya sih untuk membuat dadar teri basah. Ternyata sisa tepung terigunya masih banyak. Sayang kan kalau tidak dimanfaatkan?

Tiba-tiba teringat kue lapis. Bahan mudah dan sederhana saja cara membuatnya. Dari beberapa hari yang lalu sebenarnya sudah ingin eksperimen. Apa daya selalu saja ada acara yang mengharuskan keluar rumah. Tadi saya mendapatkan waktu santai. Suami juga pulang cepat. Pas sekali toh?!

Bahan: 
cetakan pertama
cetakan kedua

200 ml santan 
8 sendok makan gula
6 sendok makan tepung terigu
1 sendok makan coklat bubuk
1 sendok teh garam
sedikit margarin untuk mengoles cetakan


Cara Membuat:
  • rebus air didalam panci kukus, tutup panci dibungkus dengan lap, biarkan hingga air mendidih, nantinya digunakan untuk mengukus kue lapis
  • tuang santan di dalam wadah besar, tambah gula dan garam, aduk hingga larut
  • tambahkan tepung terigu sedikit demi sedikit, aduk hingga rata
  • bagi adonan menjadi dua
  • tambahkan coklat bubuk pada satu bagian adonan, aduk rata
  • oles cetakan dengan margarin
  • tuang salah satu warna adonan, masukkan ke dalam panci kukus yang airnya telah mendidih selama 3-5 menit
  • tuang warna adonan lain, kukus selama 3-5 menit (lakukan hingga semua adonan habis)
  • kukus selama 20-25 menit (hingga matang)
  • angkat dan segera keluarkan dari cetakan
  • potong-potong dan siap dihidangkan

Seharusnya sih kue lapis ini berlapis-lapis. Dari eksperimen saya, kue lapis yang berlapis-lapis gagal terbentuk karena saya yang gak telaten membuat lapisan demi lapisannya. Eksperimen kedua pun berantakan. Harusnya warna putih berbentuk daun clover terbungkus oleh warna coklat. Nyatanya??? Lihat di foto aja yaa... *nyengir lebar*

Meski gak berbentuk, rasa kue (se)lapis ini enaaaaak sekali! Suami dan anak suka banget.. nge.. nget.. Cetakan pertama tandas tak bersisa jadi rebutan kami bertiga. Cetakan kedua hanya tersisa 4 potong saja. Pokoknya kue lapis berikutnya harus lebih rapi dari ini!! Janji deh!

Rabu, 19 Juni 2013

Tamping: Realita di dalam Penjara

Beberapa bulan yang lalu saya membaca sebuah cerpen tentang seseorang yang selalu berusaha masuk kembali ke dalam penjara. Tindak kriminalitas yang dilakukannya terbilang sederhana: mencuri baju/celana/jam di sebuah mall. Ternyata dia melakoni peran sebagai pembantu di dalam penjara. Gaji sebagai pembantu di penjara itu lumayan dan bisa mengirimkan uang ke anak istrinya di rumah. Pekerjaannya adalah mencucikan baju tahanan lain (yang berduit) dan memasakkan. Di luar penjara, dia tidak bisa mendapatkan sebuah pekerjaan pun. Sehingga hanya di dalam penjara lah, dia bisa menghidupi anak istri.

Saya cukup terperanggah ketika membaca bagian akhir cerpen tersebut. Mengapa? Karena si penulis menyatakan bahwa cerpennya itu diangkat dari kisah nyata, 80 persen adalah fakta. Bukan ini yang sebenarnya ingin saya bagi. Kisah yang saya dengar langsung dari seseorang berikut juga cukup mengagetkan. Kisah-kisah bagaimana kehidupan penjara yang miris untuk dibayangkan. Singkat cerita, sebaiknya masuk penjara karena kasus pembunuhan. Karena napi dengan kasus pembunuhan akan disegani dan aman dari gangguan napi-napi lain. Sebaliknya, napi dengan kasus pemerkosaan bisa mampus di dalam penjara!! Dihina, dicaci, disiksa oleh napi-napi segedung itu.

Tamping, kata yang baru sekali saya dengar waktu itu menggugah rasa ingin tahu. Disimpan saja rasa ingin tahu itu di dalam hati. Saya simak kisah tamping dengan seksama. Seorang teman dari penutur cerita adalah bekas tentara perang di jaman tahun 60-an. Entah mengapa setelah pulang ke rumah bisa membunuh kedua orang tua kandungnya. Setelah masa tahanannya habis, sempat menghirup udara bebas tetapi akhirnya kembali ke dalam penjara sebagai tamping karena tidak diterima oleh masyarakat. Menurut kesaksian indra pendengaran saya, penghasilan tamping sangat besar bahkan berlebih.

Sehari-harinya, tamping berkeliling penjara memanggul senjata. Bolehlah disebut sebagai bos/preman/mafia yang menguasai napi-napi lain. Tamping ini sangat disegani dan ditakuti oleh seluruh napi. Pendapatannya dari dua arah. Dari pihak polisi yang mempekerjakan sebagai tamping dan juga mendapatkan uang dari napi-napi lain. Coba bayangkan dalam satu penjara ada berapa puluh napi. Kalau setiap napi wajib membayar lima ribu saja kali total napi kali 30 hari, bisa terhitung lah pendapatan minimalnya setiap bulan ya. Berminat menjadi tamping?? he he he....

Sesampainya di rumah, saya segera mencari tahu apa itu tamping. Ternyata tamping adalah singkatan dari tahanan pendamping. Pendapatan yang diterimanya tidak saja uang, tetapi bisa berupa rokok dan barang-barang lainnya. Tamping bebas keluar masuk penjara. Biasanya sih untuk mencarikan titipan barang dari napi lain. Napi lain yang dimaksud pasti napi dari kalangan berduit ya... Yang ogah makan ransum penjara. Yang selalu butuh pulsa dan hiburan atau "hiburan". Kalau masih penasaran dengan kehidupan di penjara, sila melakukan penelusuran sendiri di internet.

Sabtu, 01 Juni 2013

Jangan Parkir di Pinggir Jalan!

Malam-malam masuk angin...
Paling mantap menyantap yang panas-panas...
Sepiring nasi panas dan lauknya plus secangkir kopi panas menyeruak ke dalam lambung...

Mengantarkan saya bercerita sebuah dua buah kisah nyata yang beberapa waktu lalu sampai ke telinga mungil ini. Rasanya tak genap kalau tidak saya bagi di sini.

Kisah pertama saya dengar dari suami yang baru saja pulang dari bengkel. Tentang sebuah mobil yang rusak akibat terserempet sepeda motor. Sepeda motor tersebut oleng akibat tabrak lari oleh mobil lain. Sungguh malang pemilik mobil yang ada di bengkel tersebut. Diputuskan bersalah dan harus membayar 20 juta. Bukan nominal yang sedikit kan? Makanya kalau di jalan itu perbanyak doa. Semoga selamat dan aman dari masalah apapun (nasehat untuk diri sendiri).

Kisah berikutnya lebih mencengangkan lagi. Kalau kisah pertama, mobil yang rusak dalam kondisi dikendarai. Kali ini adalah cerita mobil yang diparkir di daerah dinoyo. Pemilik dan yang menceritakan kisah ini kepada saya sedang menikmati makan siang di sebuah warung. Tragis! Tiba-tiba ada sepeda nyelonong menabrak mobil yang diparkir di pinggir jalan itu. Pengendara sepeda meninggal. Salah siapa coba? Malang benar nasib pemilik mobil! Diharuskan membayar 15 juta dan dipenjara 3 (tiga) bulan. Duh, saya yang mendengar kisah ini jadi emosi berat.

Dan pada akhirnya saya bisa memahami kalau suami itu paling sulit parkir di pinggir jalan. Dulunya saya sering dongkol. Setiap ingin mampir ke warung apa gitu jadi tidak bisa karena suami menolak menepi dan memarkir si jeep di pinggir jalan. Sekarang ikhlas deh harus parkir di area parkir khusus. Meski harus berjalan kaki agak jauh yang penting masalah-masalah ajaib seperti dua kisah di atas tidak sampai kami hadapi.

So, pikir seribu kali ya kalau mau parkir di pinggir jalan..