Minggu, 15 Juli 2012

Cancer dan Kanker

Ini adalah jam ke-48 yang saya lalui dengan mata terbuka. Saya tidak tahu mengapa sulit sekali istirahat dan memejamkan mata. Pada awalnya adalah kehadiran ibu RT bertamu bersama putri manisnya yang berusaha masuk ke perguruan tinggi. Kebetulan, perguruan tinggi yang diidamkan putri ibu RT adalah tempat di mana suami bekerja. Sayangnya si gadis manis tidak berhasil lulus SNMPTN. Dan kunjungan kemarin itu adalah untuk bertanya kepada suami saya mengenai seluk beluk penerimaan mahasiswa. Jujur saja kami tidak tahu bagaimana permainan di tingkat rektorat/fakultas. Juga tidak punya bank soal ujian-ujian semacam itu. Putri ibu RT akan menghadapi ujian mandiri gelombang pertama, niatnya bila tidak berhasil akan mencoba di gelombang kedua. Di saat itu saya mendengar bahwa biaya masuk fakultas teknik adalah 34 juta (bila lulus SNMPTN)... ya terbayang lah bagaimana mahalnya bila berhasil masuk melalui ujian mandiri gelombang pertama dan akan menjadi lebih mahal lagi bila baru berhasil masuk di gelombang kedua.

Tidak hanya mengenai itu saja. Ibu RT juga curhat mengenai telpon seseorang yang mengatas-namakan staf perguruan tinggi di mana suami bekerja. Oknum tersebut meminta biaya 40 juta diluar 34 juta yang saya sebutkan di atas sebagai biaya penerimaan mahasiswa fakultas teknik. Berarti total 74 juta. Angka yang cukup fantastis bukan?! Oknum tersebut sering sekali telpon bahkan mendesak ibu RT untuk segera melakukan transfer. Maksimal hari ini, sebelum senin. Kami otomatis bertanya "namanya siapa bu? dari fakultas apa?". Ternyata ibu RT tidak tahu apapun mengenai oknum tersebut. Bahkan tidak mau ditemui secara langsung, menolak bertatap muka. Kami curiga ini adalah salah satu modus penipuan. Bisa-bisa kanker dong ya! Kantong kering!

Yang membuat pikiran saya melanglang buana berikutnya adalah sebuah berita tidak bagus dari tetangga sebelah saya. Ibu tetangga saya ini terkena kanker. Kali ini cancer, sebuah penyakit mematikan. Tepatnya kanker payudara yang kemungkinan sudah tahap lanjut. Sedih sih mendengarnya.. Apalagi ibu tetangga saya ini sementara waktu tidak ingin dijenguk. Kami dan ibu RT hanya bisa bernafas panjang. Sungguh sesuatu yang buat saya cukup menakutkan. Sebagai perempuan, sel-sel dalam tubuh kita ini lebih sering terdegradasi dan kemudian muncul sel-sel baru, membentuk sebuah siklus. Sebut saja siklus menstruasi sebagai salah satu contohnya. Bila siklus-siklus dalam tubuh kita ini mengalami gangguan dan tidak terjadi degradasi sel maka akan terjadi pertumbuhan sel secara liar. Pertumbuhan sel secara liar dan tidak pada tempatnya inilah yang akan berkembang menjadi tumor jinak dan mungkin akan berkembang menjadi tumor ganas/kanker.

Resiko terjadinya kanker bisa diminimalisir dengan gaya hidup yang sehat. Menjauhi hal-hal yang karsinogenik. Tidak merokok. Makan makanan sehat dan alami (kalau bisa beralih ke organik).  Dan yang tidak kalah pentingnya adalah mengikuti hukum alam. Kalau payudara diciptakan untuk memberi makan pada anak, ya lakukanlah.. Banyak sekali manfaat menyusui, selain bermanfaat buat bayi juga bermanfaat buat ibu. Salah satunya ya mengurangi resiko terjadinya kanker payudara. Kembali ke cerita tetangga sebelah rumah, saya prihatin sekali. Usianya sudah senja. Punya dua cucu laki-laki. Seharusnya bisa menghabiskan masa pensiun dengan menikmati kebahagiaan bermain bersama cucu. Semoga saja segera bisa menjenguk (diperkenankan), setidaknya memberikan support dan keyakinan bahwa semua penyakit punya peluang untuk sembuh.

0 comments: