Minggu, 20 Oktober 2013

Cerewet yang Positif

Saya membuat pengakuan!
Semakin bertambahnya usia saya, ternyata makin cerewet. Terlebih-lebih ketika E-baby lahir. Bukan berarti saya menjadi orang yang menyebalkan (entahlah bagi orang lain). Setidaknya saya berusaha cerewet dengan cara santun. Kecerewetan saya ini dimulai ketika proses melahirkan dimulai sebulan yang lalu. Ketika itu di rumah sakit, kecerewetan saya bermula di ruang pemulihan. Sedikit-sedikit tetapi rinci dan berulang-ulang.

Tanggal 10 yang lalu, kami sudah membuat jadwal dengan dokter anak. Berencana imunisasi BCG, polio dan hepatitis B. Jangan tanya mengapa jadwalnya acak adul. Satu hal ini sempat terlupa oleh kami. Dan begitu sadar, ada imunisasi yang terlambat, segera kami membuat janji dengan dokter anak sambil mengaduk-aduk informasi dari internet, juga membaca ulang buku Q&A. Akhirnya saya mendapat sebuah pemahaman (teringat kembali) kalau vaksin hidup dan vaksin hidup minimal berjarak 4 minggu.

Berbekal dari informasi tersebut, kami membawa E-baby ke RSIA. Sehingga jadwal yang terlambat tidak mengakibatkan keterlambatan yang lebih terlambat (halah bahasanya.....). Intinya di bulan kedua besok, imunisasi E-baby bisa sesuai jadwal IDAI (ini tiap tahun kok berubah terus yak?!). Datang sebelum jam praktek dokternya, dan sudah mendapat antrian no 8. Hmmmm.... semakin siang semakin banyak antrian yang ada.

Banyaknya anak-anak dan bayi yang mengantri di dokter pasti membuat siapa saja berkurang konsentrasinya. Saat di dalam ruang praktek, kami dibuat panik oleh E-boy. Suster sampai tidak sengaja memencet vaksin BCG dalam suntikan. Terbuang percuma sudahlah satu dosis itu. Setelah pemeriksaan kesehatan, ketahuan muncul granuloma di bagian pusar E-baby (nanti saja membahas satu kata ini ya). Yang membuat saya suka dengan dokter anak pilihan kami adalah selalu memberikan diagnosa dalam bahasa medis.
.
Keluar dari ruang praktek, saya sudah senyum-senyum riang. Saat di kasir, kecerewetan saya kembali muncul. "Sayang, tadi adek dapat berapa suntikan dan berapa tetesan?". Tanya saya kepada suami hanya mendapatkan sebuah jawaban: "cuma suntikan BCG dan hepatitis B". Saya berusaha meyakinkan suami dan diri sendiri apakah benar vaksin polio belum diberikan. Dan ternyata kami sama-sama tidak ingat.

Kemudian saya meminta suami untuk menanyakan suster. Kami pun menunggu sampai pintu ruang praktek terbuka. Dan memang iya, suster dan dokter belum memberikan vaksin polio. Suster senyum-senyum dan meminta maaf keteledorannya pagi itu. Saya tidak bisa membayangkan apa jadinya bila saat itu langsung pulang ketika urusan pembayaran selesai. Keterlambatan jadwal imunisasi bisa menjadi keterlambatan yang lebih terlambat. Atau bahkan tidak lengkap imunisasinya.

Dan akhirnya saya bersyukur dianugerahi kecerewetan ini. Kecerewetan dalam tanda positif selalu menyelamatkan kita dari penyesalan kok. Selamat pagi, selamat berhari minggu, dan selamat mempersiapkan kesibukan buat minggu depan. Semanggaaaaaaaaaaaaaaaat ^_^

0 comments: