Senin, 17 September 2012

Akhir Pekan Sempurna (catatan kegiatan bersih desa, sebuah usaha pelestarian budaya)

Woooooww!!!

Akhir pekan lalu merupakan salah satu akhir pekan spesial yang hadir dalam kehidupan kami. Hari sabtu kemarin kami punya agenda yang sangat panjang:
1. mengantar bapak ibuk manasik haji
2. ke Batu dengan acara
  • ngecek kondisi kebun
  • silaturahmi ke rumah pengelola kebun plus salah satu perangkat desa
  • kopdar dengan salah satu sahabat di alun-alun (playground) Batu
3. ke kampus untuk melakukan penjurian lomba foto
4. mampir ke mergosono

Ternyata tidak semua agenda bisa diwujudkan. Tidak jadi kopdar di alun-alun Batu karena ternyata bayi cantik sahabat saya sedang pilek (dagh dagh ke mbak Yo) dan kami kehabisan waktu. Sejak jam 8.30 pagi, kami sudah ada di Batu. Ternyata sedang ada acara bersih desa (kebetulan yang indah bukan?!). Saya yang lahir dan besar di kota, tidak pernah tau apa itu kegiatan bersih desa. Kunjungan pertama saya adalah ke rumah Pak Tomo, sudah seperti keluarga sebenarnya. Bapak ini adalah yang mengelola kebun. Yang ditanam selalu berganti-ganti antara jagung, bawang merah, strawberi, dan jambu merah.

pemandangan yang segar,, pohon jambu merah di belakang sana (belum terlalu banyak)

Rupanya kebun saat ini ditanami jambu merah dan strawberi. Keunikan ini pernah diliput oleh salah satu stasiun swasta, sebut saja R*TI. Mengapa unik? Karena hanya satu-satunya kebun jambu merah yang di antara pohon-pohon jambu tersebut terdapat ratusan polibag yang ditanami strawberi. Melihat betapa segarnya tanaman tersebut, mata saya berbinar-binar bahagia. Langsung saja saya berselancar di kebun, mengganti wedges dengan sandal japit (pinjam tentunya ya he he he).. Di depan kebun ada tanah punden, tempat diadakannya acara bersih desa.

pengalaman pedana E-boy memetik strawberi

kami beruntung bisa berfoto sebelum acara dimulai

Tak seberapa lama, bunyi kentongan bambu/kayu terdengar... Takjub saya mendengarnya!! Suara yang indah, suara yang tidak pernah saya dengar sebelumnya (di kota sih kentongan-nya dari besi). Oooo itu adalah tanda bahwa acara bersih desa segera dimulai. Penduduk berduyun-duyun menyunggi (membawa barang yang diletakkan di atas kepala) sebuah kotak semacam tampah yang ditutup dengan dun pisang. Senang sekali! Ramai..! Mereka semua menuju tanah punden di depan kami. Segera kami berbaur dengan penduduk desa ini.

Agak malu juga karena hampir semua orang mengamati kami yang tampak asing. Tetapi mau tak mau dan merasa menjadi penduduk desa ini, kami akhirnya mencoba untuk beramah tamah dengan beberapa orang. Setidaknya setiap mata yang mengamati kami, dijamin mendapatkan senyuman manis dari bibir saya, tidak tua-tidak muda, tidak lelaki-tidak perempuan, tanpa kecuali. Rentetan peristiwa pagi itu terekam dalam gambar dan video berikut. Silakan larut dalam acara bersih desa yaa....

masyarakat mulai berdatangan dengan menyunggi tampah berisi nasi dan lauk yang ditutup dengan daun pisang

                        semua sudah berkumpul, mulai ada kata pembuka

mercon dan kembang api sebagai tanda rangkaian acara bersih desa telah resmi dibuka
(kalau malam pasti terlihat lebih cantik)

sesepuh desa (yang dilingkari) memimpin acara, kemenyan dibakar
(rela deh berpusing-pusing ria dan sesak nafas)

sinden mulai bernyanyi tembang jawa diiringi gamelan

selain nyanyian jawa, ternyata ada tarian jawa

Benar dugaan saya, di acara bersih desa tersebut saya bisa bertemu dengan beberapa perangkat desa. Setelah acara bersih desa ditutup, kami mengobrol dengan beberapa perangkat desa. Sampai-sampai Pak Tomo mencari kami. Karena strawberi sekeranjang kecil sudah disiapkan (saat pulang sekantung penuh jambu merah menjadi buah tangan tambahan). Juga diwajibkan makan. Hmmmm.... nasi dengan lauk lengkap tersebut begitu menggoda. Enak banget.. nget.. nget.. Bukan saja karena gratis tetapi juga karena itu adalah makanan yang telah didoakan di punden (saat acara bersih desa).

jambu biji merah dan strawberi yang menjadi buah tangan
dalam satu pohon jambu biji merah terdapat dua bentuk buah dengan perbedaan ukuran dan tingkat kematangan yang berbeda

Di rumah Pak Tomo, juga ramai dengan anak-anak berumur 4 tahun. Teman dari cucu laki-lakinya. Kalau anak balita pasti juga ada ibunya. Sungguh sabtu kemarin itu saya mendapatkan banyak sekali pelajaran berharga. Suami yang ngobrol dengan Pak Tomo dan saya pada akhirnya harus menemani Erdi bermain dengan balita lain. Rupanya budaya mengancam, berteriak, dan berkata-kata kotor pada anak itu sudah sangat mendarah daging. Agak kaget sih tapi bagaimana pun juga saya adalah tamu. Tidak heran kalau balita-balita ini menjadi gampang menangis dan punya perilaku yang tidak jauh berbeda dari ibunya.

Saat bertamu ke rumah perangkat desa, Pak Dulaziz namanya, yang rumahnya tak jauh dari Pak tomo, saya sekali lagi bertemu dengan tipe ibu yang sedkikit menampar pipi saya. Gadis 5 tahun itu dibiarkan sendirian. Si ibu asyik chit-chat dan fb-an di kompie-nya. Sesekali memerintah. Ya Allah ini merupakan teguran halus! Indi, gadis cantik bermata bulat dan berkulit putih ini sangat menyentuh saya. Dia masih menjadi anak tunggal. Di matanya begitu hampa. Perintah demi perintah dialamatkan padanya.

Karena diperintah tanpa kata "tolong"-tanpa ucapan "terima kasih", terkadang Indi tidak melaksanakan perintah ibunya. Begitu tidak patuh, bentakan membahana. Refleks saya berkata "Mbak Indi, tolong mama diambilkan tissue ya sayang". Indi menatap saya takjub dan langsung beraksi mengambil apa yang diminta mamanya. Si mama memandang saya. Antara heran dan sedikit bingung. Saya hanya bisa tersenyum manis. Sungguh saya berjanji di dalam hati bahwa saya akan menjadi teman bermain buat Erdi, mengurangi jatah waktu online!

Rangkaian acara bersih desa rupanya masih panjang. Sayang arloji sudah menunjukkan pukul 11.30 siang. Pasti mahasiswa sudah menanti. Karnaval akan diadakan jam dua siang. Sayang seribu sayang kami tidak bisa menyaksikannya. Karnaval yang biasa saya lihat adalah karnaval yang dipenuhi dengan dandanan aneka rupa, aneka kreasi. Tapi karnaval pada acara bersih beda ini sangat berbeda. Dari informasi yang saya dapatkan, karnaval bersih desa ini hanya mengarak tumpeng raksasa ke seluruh desa dan ada beberapa pemuda yang berpenampilan dan memakai baju seperti punakawan.

Sesaat sebelum saya balik ke Malang, saya melihat ada seseorang yang saya yakini sebagai polisi. Lengkap dengan senjata api dibalik jaket yang dikenakannya (saya yakin ada dan terselip rapi!). Agenda setelah karnaval adalah tayuban. Di tayuban selalu disertai minuman keras. Bisa dipastikan banyak yang mabuk. Saya penasaran seperti apa sih tayuban ini. Tarian apa yang dibawakan. Bagaimana alunan musiknya. Dan bagaimana sih suasana tayuban. Kalau banyak yang mabuk, sangat dimungkinkan ada keributan dan masalah. Itu sebabnya hadir polisi siang itu. Apa dikata waktu tak bisa diajak kompromi.

gaya tidur siang E-boy selama di perjalanan

Tidak lama di kampus. Sekitar satu jam saja. Suami menyelesaikan urusan dan kembali kepada saya dan Erdi dengan begitu banyak makanan dan minuman. Oh! Rezeki berlipat ganda! Sore menjelang di rumah mama, saya masih santai-santai di kasur. Leyeh-leyeh gak jelas antara pening dan kelelahan. Suami sedang pergi menyelesaikan sebuah urusan. Terdengar bunyi tetabuhan ajaib. Berisik luar biasa. Segera saya, mama-papa, dan Erdi berlari ke teras. Waaaaooowww ini sih tandak bedhes alias pertunjukkan monyet (monyet dilatih untuk melakukan beberapa kegiatan manusia, misalnya bersepeda, menari, dll).

E-boy tertawa gembira menyaksikan pertunjukkan ini

Terbesit keinginan untuk mengajak monyet dan Erdi berfoto bersama. Tetapi sekilas saya melihat sedikit rasa marah di mata monyet itu. Jari mama dipegang dan ditekan agak dalam. Untung kuku si monyet sudah dipotong, kalau tidak tentu jari mama terluka. Batal deh mendekatkan Erdi dengan monyet itu! Sungguh melayang ke langit ketujuh ketika kita melihat anak kita tertawa dan bahagia. Seharian itu banyak hal luar biasa yang disaksikan kami bertiga. Alhamdulilah :)

0 comments: