Minggu, 02 September 2012

Sebuah Kekonyolan yang Harus Disyukuri

Pagi di 6 Juli 2012, saya melihat kondisi hamster dan kura-kura sesaat setelah bangun tidur. Memberi makan dan minum dan melihat apakah perlu mengganti serutan kayu. Kucing menjadi hak asuh suami, kecuali bagian memandikan dan menyisir rambut Dodo. Ada rasa tidak enak saat melihat kandang hamster yang berisi dua ekor: Hamora dan Hambaba. Saya memutuskan untuk mengganti serutan kayu untuk semua hamster. Saat itu total hamster adalah 5 ekor. Bukan jumlah yang banyak sebenarnya. Saat mengganti serutan kayu, saya melihat ada beberapa daerah yang lebih basah dan berwarna merah segar. Saya tidak terlalu curiga, tidak berfikir bahwa itu adalah darah.

Sejak awal saya sudah percaya diri (sok kepedean kayaknya) kalau Hamora dan Hambaba itu sama-sama jantan. Dan tidak cek ricek lagi. Dibiarkan aja keduanya dalam satu kandang hingga pagi itu suami protes "eh ini kok gendut banget ya??". Wuaaaahhh langsung panik nih dan memang iya itu perut gedeee banget. Saya segera cari wadah krupuk bekas lagi. Saya siapkan tempat yang cukup nyaman. Jam 12 siang, lahirlah 7 ekor bayi hamster seukuran kuku jempol. Kepala keliyengan, membayangkan rumah ini akan dipenuhi 12 hamster. Tetapi nyawa haruslah dipertahankan. Kekonyolan dalam menentukan jenis kelamin di awal kelahiran Hamleta harus disyukuri.

Berbekal pengalaman kalau peluang hidup bayi hamster itu berkisar 70 persen, maka kali itu saya benar-benar super telaten dalam merawat 7 bayi yang baru lahir. Dua kali merawat bayi-bayi hamster, jumlah hamster yang mati adalah 30 persen dan biasanya karena albino. Bayi-bayi hamster yang lahir di bulan juli itu pun ada kemungkinan albino. Sejak awal saya sudah membuat suasana gelap (hamster sensitif terhadap cahaya dan termasuk hewan nocturnal/aktif di malam hari). Kandang Hambaba saya selubungi dengan sarung warna gelap. Minuman dan makanan saya buat berlimpah. Tidak sekalipun saya mengganggu, hanya sesekali melihat dan menghitung jumlah bayi hamster yang ada.

5 bayi hamster yang bertahan
(yang dilingkari adalah Hamunthil, paling mini)
Sampai hari ke-5, jumlah bayi hamster masih utuh 7 ekor dan saya pun segera sadar bahwa 3 ekor yang albino. Saya takut ketiganya mati begitu saja. Tidak ada yang bisa saya lakukan, semua hamster masih belum bisa dipisah. Hari ke-7, satu dari bayi albino mati. Sedih sekali rasanya. Hari ke-9, saya memutuskan untuk menggilir waktu menyusu. Bayi-bayi albino saya tempatkan terpisah dengan bayi-bayi normal. Kalau sebelumnya, saya memulangkan bayi-bayi albino kepada induk dan bayi-bayi lainnya, tapi tidak untuk yang kali ini. Justru induknya yang saya pindah-pindah kandang per 2-3 jam.

Sayangnya cara saya ini tidak sepenuhnya berhasil. Hari ke-11, satu bayi albino mati lagi. Hanya tinggal seekor saja tapi saya tetap konsisten memisah kandang dan tetap dalam suasana gelap. Hari ke-15, saya paksa bayi-bayi hamster normal untuk mandiri tanpa air susu induknya. Hari ke-18 ketika saya yakin si bayi albino berhasil hidup (mata sudah terbuka dan mampu mencerna makanan padat),, semuanya saya pertemukan dalam satu kandang. Deg-deg ser jantung saya selama merawat hamster albino ini karena sempat perutnya buncit sekali, seolah terjadi masalah pencernaan.

Hamunthil, si leucism
Alhamdulilah sekarang semuanya sehat. Meski si albino itu berukuran paling kecil. Dari 7 ekor bisa saya pertahankan 5 ekor. Berhasil dapat satu albino pula. Senaaaaaannnggggg bukan main. Tapi kok mata albino tidak berwarna merah? Akhirnya saya tanya ke teman-teman sesama penyuka hamster. Ternyata hamster putih saya ini mengalami kelainan genetis yang disebut leucism. Yaitu suatu kelainan yang menyebabkan pigmen tidak bekerja. Sekarang total hamster saya ada 10. Namanya: Hamurabi, Hambulang, Hamora, Hambaba, Hamunthil, Hamburtam, Hamantik, Hamcola, Hambuwi, dan Hamleta. Setiap malam berisik dengan suara cicit hamster. Membuat suasana rumah menjadi lebih ramai.

Tidak ingin mengulangi kekonyolan yang sama, 5 bayi hamster yang berhasil bertahan hidup saya cek berkali-kali jenis kelaminnya. Ternyata saya hanya punya 3 betina yaitu: Hambaba, Hamleta, dan Hamunthil. Semoga saja jumlah hamster tidak lagi bertambah secara ajaib. Untuk sementara, rumah ini sudah sangat ramai dengan seekor kucing dan 10 hamster. Meski berbeda jenis, hamster dan kucing yang saya rawat bisa hidup berdampingan dengan rukun. Bahagiiiaaaaanya :)

4 comments:

dee mengatakan...

kreatif sekali kasih nama hamsternya, semua berawalan "ham".. *tergelitik juga pgn tahu artinya maisng2* :D

Oktavera Rahardi mengatakan...

@mbak Desy Lestari nama2 hamster biasanya diambil dari warna rambut dan karakternya :D
Hamurabi: diambil dari nama raja Babilonia yang membuat UU pertama kali
Hambulang: nama yang terispirasi kasus hambalang,,, atau juga bisa dipanjangkan menjadi hamster rambut belang
Hamora: hamster orange
Hambaba: hamster badan bulat
Hamunthil: hamster munthil (munthil=kecil) krn ukurannya paling mini
Hamburtam: hamster sembur hitam
Hamantik: hamster nan mbethik (mbethik=bandel)
Hamcola: hamster coklat
Hambuwi: hamster rambut white
Hamleta: diambil dari karya Shakespeare, Hamlet

dee mengatakan...

hehehe.... lucu2..

dee mengatakan...

hihihi....