Selasa, 21 Mei 2013

Q&A Smart Parents for Healthy Children (Bab 1B)

Cukup lama juga jeda antara postingan yang pertama dengan kedua ini. Banyak kesibukan yang membuat waktu saya sangat tersita. Rangkuman pertama saya untuk buku ini sangat bermanfaat ketika E-boy tiba-tiba demam (2 minggu setelah fogging). Sementara di lingkungan tempat tinggal yang sekarang adalah basis demam berdarah. Dari tahun ke tahun selalu ada korban. Patokan saya ketika merawat anak demam hanya satu: CAIRAN (apapun bentuk dan rasanya, ya oralit, ya air putih, ya susu, ya teh manis, ya es krim, jus buah, sup, dll yang terlintas di otak). Anak menolak makan tidak membuat saya bingung. Kalau minum?? Segala cara harus dipergunakan untuk memastikan anak mau minum. Saya bisa jadi badut yang memainkan mimik muka aneh-aneh agar anak mau minum. Pujian setinggi langit tidak boleh alpa. Dan segudang cara unik lainnya dipergunakan agar cairan terus masuk ke dalam tubuh anak. Dan yang tak kalah pentingnya adalah membuat catatan tentang pola demam anak. Jam berapa dan suhu berapa serta penangannya apa.

Setidaknya, ketika rangkuman ini saya buat, itu berarti E-boy sudah terlepas dari masa kritis demam. Suhu turun dengan sendirinya tanpa intervensi paracetamol. Suhu tubuh normal sudah 24 jam tanpa ada penurunan gejala klinis. Semua oke. Nafsu makan membaik. Tanpa batuk pilek. Anak ceria dan pecicilan! Sedikit rewel ketika jam tidur. Bab 1B dari buku dr. Purnamawati membahas tentang kejang demam. Yuk disimak...

2. KEJANG DEMAM

  • Kejang demam adalah kejang yang timbul akibat demam yang terjadi pada bayi dan anak kecil yang bukan disebabkan oleh adanya suatu kelainan di otak. Sebagian besar anak dengan kejang demam suhunya di atas 38,3 DC dan biasanya terjadi pada hari pertama demam. Kejang demam tidak berbahaya, tidak mengganggu intelegensia.
  • Kejang demam bukan kondisi yang sering terjadi. Hanya satu dari 25-40 anak demam yang mengalami kejang demam (klik web milis sehat yuk).
  • Kejang demam (lebih dari 38,5 DC) tidak bisa dicegah. Yang perlu disediakan adalah diazepam rektal (disimpan di lemari es) yang hanya diberikan ketika anak kejang, bukan untuk pencegahan. Cara pemberian diazepam adalah lewat anus (per rektal). Sediaan di apotek hanya dua: 5 mg dan 10 mg. Dosisnya adalah 0,3-0,5 mg/kg/kali. Diazepam memiliki masa kerja yang cepat dan cepat pula dibuang dari tubuh. Pemberian diazepam bisa diulang sampai tiga kali pemberian dengan interval 5 menit. 
  • Pemberian obat diazepam saat anak demam (bukan saat kejang demam) dinyatakan lebih banyak ruginya ketimbang manfaatnya. Karena mempunya efek samping berupa gangguan koordinasi, mengantuk, bahkan bisa menyebabkan gagal nafas.
  • Sampai saat ini tidak ada satupun guideline yang mengemukakan peran kopi untuk mencegah kejang demam.
  • Indikasi Elektroensefalografi (EEG) antara lain: kejang lama (> 10 menit), kejang berulang terlebih jika kejang muncul saat demam tidak tinggi, atau kejang fokal (yakni kejang bukan pada seluruh tubuh melainkan pada satu anggota tubuh saja). 
  • Biasanya hanya terjadi pada bayi berusia lebih dari 6 bulan sampai anak berusia 5 tahun, tetapi paling sering terjadi pada anak batita.
  • Apabila kejang pada usia kurang dari 6 bulan dan lebih dari 5 tahun, bawalah anak ke DSA neurologi untuk pemeriksaan lebih lanjut.
  • Faktor resiko kejang berulang:
  1. kejang pertama terjadi pada usia kurang dari 12 bulan
  2. ada anggotta keluarga dekat yang pernah mengalami kejang demam
  3. kejang terjadi saat suhu tubuh relatif rendah
  4. kejang terjadi segera setelah anak demam
  • Apabila anak kejang pertama sebelum ia berusia 1 tahun maka ada kemungkinan berulang kejangnya sebesar 30%. Hanya 2% dari anak yang kejang berulang yang bisa mengalami epilepsi yaitu apabila kejangnya lama dan/atau kejangnya hanya pada sebagian tubuh, bukan seluruh tubuh pada anak dengan cerebral palsy.
  • Bila kejang demam pertama terjadi saat anak berusia kurang dari 15 bulan, memang resiko berulang lebih tinggi ketimbang bila kejang demam pertama terjadi pada usia lebih besar. Bila suhu 38 DC anak kejang demam, maka kemungkinan berulang juga lebih tinggi ketimbang anak yang mengalami kejang demam ketika suhunya 39,5 DC atau lebih. Bila jarak antara demam dengan kejang demam hanya 1-2 jam, maka kemungkinan berulangnya kejang demam juga lebih besar ketimbang kejang demam yang terjadi lebih lambat (tetapi masih dalam waktu 24 jam pertama demam). Bila ada anggota keluarga yang pernah mengalami kejang demam maka kemungkinan berulang juga lebih tinggi.
  • Anak harus rawat inap apabila ada tanda kegawatdaruratan seperti: kejangnya lama, sesudah kejang berhenti anak tidak sadar, kejang berulang dalam waktu singkat, kejang bukan di seluruh tubuh melainkan pada satu sisi tubuh (sisi kiri atau sisi kanan) atau pada salah satu bagian tubuh saja (tangan saja, kaki saja), ada ada indikasi rawat inap seperti dikemukakan di bab perihal demam.
  • Prinsip penanganan:
  1. tetap tenang, jangan panik
  2. baringkan di tempat yang aman (lantai) tanpa bantal
  3. longgarkan pakaian
  4. atur posisi (setengah tengkurap atau miring) untuk mencegah tersedak
  5. jangan meletakkan atau memasukkan apapun ke dalam mulutnya (misalnya sendok, termasuk makan dan minuman) karena bisa menyumbat jalan napas
  6. berikan diazepam supositori melalui anus
  7. saat kejang jangan menahan gerakan kejang untuk menghindari fraktur/patah tulang
  8. hitung lama kejang demam, amati bagian tubuh yang pertama kali mengalami kejang untuk referensi diagnosis dokter
  9. penangan demam (sesuai prinsip mengatasi demam)

[rangkumam lain bisa dilihat di label Buku QnA]

0 comments: