Jumat, 24 Mei 2013

Berkawan dengan Stres

Tidak bisa dipungkiri, hidup selalu berdampingan dengan yang namanya stres. Kadarnya saja berbeda-beda. Dan saya ada di titik kulminasinya. Jujur diakui, saya jadi mudah marah. Terlebih menghadapi kelucuan E-boy. Tidak! Tak ada anak yang nakal dan bandel! Pelabelan semacam itu lah yang justru membentuk anak menjadi nakal, bandel, serta tak terkendali.

Kondisi di titik kulminasi stres, tidak hanya meruntuhkan kekuatan psikis-emosi. Tetapi fisik pun terseret dalam kondisi paling dasar. Sistem kekebalan tubuh ada di zona terbawah. Sudah seminggu ini saya terkena Urticaria/Kaligata/Biduran. Bukan gatal saja yang terasa, disertai sesak nafas, pun pada akhirnya terserang flu. Membuat saya berteriak pada E-boy siang ini.

Menyesaaaaal sekali!! Toh anak ngompol kan wajar. Mau ngompol siang kek atau malam sekalipun, itu masih kisaran wajar di usianya yang belum genap 4 tahun. Lalu mengapa reaksi saya sedemikian rupa teriaknya?? Yaaaaaa! Ini semua karena stres yang hampir-hampir tak bisa saya atasi. Bagaimana solusinya? Doa saja tidak cukup. Perlu pengalihan! Perlu penyegaran!

Di posisi saya sekarang, penyegaran tidak mungkin dilakukan. Tak ada tujuan pasti. Tak ada alat angkut. Memaksa menggunakan angkot? Bisa-bisa bukan penyegaran tapi tambahan penyakit susah nafas! Yang bisa dilakukan adalah sekedar curhat di media ini sambil mendengarkan berbagai genre musik (asal bukan dangdut). Saya pastikan ini bukan curhatan biasa...!

Mau tahu teknik pengalihan yang saya lakukan? Teknik ini saya ingat dari pesan seorang guru ketika duduk di bangku SMA. Jaman dulu beliau bercerita kalau punya hobi mengoleksi berbagai macam dan corak alat tulis. Ketika stres dan kejenuhan datang, semua koleksinya dikeluarkan, dibersihkan, dan kemudian ditata kembali. Dulunya saya mencontek teknik tersebut.

Berhasil? Tentu dong!! Pooh-pooh saya itu sangat menghibur. Membuat saya cerah kembali meski permasalahan yang membuat stres itu masih tetap ada. Tetapi dengan suasana hati yang segar, stres itu tidak terlalu menyiksa bahkan solusinya pun diketemukan. Sekarang, ketika saya sudah menjadi seorang ibu.... koleksi pooh tersimpan jauh di lokasi tersembunyi.

Saya tak leluasa lagi mengaksesnya. Lalu pengalihan model apa yang bisa dilakukan??? Ternyata jawabannya adalah aktivitas bersama anak. Kami mempunyai kecintaan yang sama. Berolah imajinasi dengan lego. Kegiatan yang tak kalah serunya adalah menata kembali kepingan lego yang ada. Menghitungnya dan memastikan tidak ada satupun yang hilang.

Teknik pengalihan pikiran dari stres menggunakan kepingan-kepingan lego dan melibatkan anak ini diluar dugaan dampaknya. Istilahnya sih double power lah ya... Anak senang dan kemampuannya dalam mengklasifikasikan barang menjadi terasah, plus kekuatan otot-motoris halusnya semakin maju pesat. Saya kembali ceria, tidak lagi gampang marah. Selalu ada cara untuk menyiasati kawan kita yang bernama stres itu.... Bagaimana cara Anda berkawan dengan stres? Semoga curhatan ini menginspirasi, Selamat berakhir pekan dengan bahagia!

0 comments: