Senin, 14 Mei 2012

Autis, Sekilas Pandang dan Rasa

Cuaca dua hari ini tidak bersahabat. Membuat badan saya terasa berat. Meski begitu tetap aktif mengerjakan beberapa hal. Pagi ini gerimis, rintik kecil kontinyu. Suami yang harusnya berangkat pagi-pagi, sangat terpaksa menunda keberangkatan hingga gerimisnya sedikit bersahabat. Dingin yang menyergap dan ditemani secangkir coklat hangat membuat pikiran saya melayang ke seorang gadis cantik. Panggil saja namanya Ayu (bukan nama sebenarnya).

Bernaung di lokasi baru, tetangga baru, anak-anak baru, dan ritme hidup baru. Proses adaptasi saya di sini cukup lambat. Beberapa tetangga sudah saya ketahui sejak 4-5 tahun yang lalu. Tetapi tidak terlalu tahu detil informasi masing-masing orang. Gadis cantik, Ayu saya sebut, sudah menjadi perbincangan saya dengan ibuk. Dulu kami menduga anak ini mempunyai kelainan genetis semacam down syndrome. Ketika Erdi lahir, kami mulai meralat. Mungkin kondisi Ayu adalah autis. Maklum saat itu saya tidak pernah bertemu muka dengan tetangga-tetangga di sini. Sesekali datang di akhir pekan, bisa setiap minggu atau 2-3 minggu tergantung kesibukan. Dan sekalipun tidak pernah bertemu dengan Ayu.

Sekitar dua atau tiga minggu yang lalu ketika heboh dengan korban demam berdarah yang mencapai 9 orang. Lingkungan ini di-fogging. Dalam seminggu terjadi 3 kali fogging. Tentu saya sangat lelah karena harus mengurus segala hal sendiri saja (suami dinas luar). Untung ibuk bersedia turun dari Wonosari dan membantu menjaga Erdi. Saya sibuk menyelamatkan 2 kucing, 4 hamster, satu kalajengking, dan setoples ulat hongkong. Selama fogging tentu setiap orang keluar dari kenyamanan rumah hunian. Tak terkecuali si cantik Ayu. Pertama kali melihatnya, saya tidak ada penilaian apa-apa. Seperti anak-anak 9-10 tahun lainnya.

Kesukaan Ayu melompat-lompat menarik perhatian saya. Saya amati sambil lalu. Hingga tiba-tiba, gadis cantik ini berlari sambil berlompat-lompat mencoba masuk ke rumah kami. Seakan mencari sesuatu. "Cari apa mbak?" begitu tanya saya. Tetapi sama sekali saya tidak dijawab, dipandang saja tidak, didengar pun tidak. Gadis cantik ini berlalu begitu saja dari depan saya, tetap dengan lompatan-lompatannya yang membuat saya lelah. Ya hanya dengan melihatnya saja saya sangat lelah. Ikut ngos-ngosan. Ayah si gadis mengejar. Di mata si ayah, saya melihat sebentuk kekhawatiran yang mendalam.

Karena cukup lama kami semua terlunta-lunta di jalanan. Saya bisa leluasa mengamati Ayu. Kakinya dipenuhi bekas-bekas luka. Saya jadi sedih luar biasa. Ingin rasanya menangis melihat profil gadis ini. Membayangkan setiap luka terjadi tanpa diinginkannya (dan mungkin tak terasa sakit). Beberapa hari kemudian saya sering bertemu dengan Ayu. Masih tetap sama. Suka melompat-lompat. Saya juga berkesempatan bertemu dengan ibu si Ayu. Di matanya saya melihat kemarahan dan kelelahan yang sangat. Setiap kali selalu memanggil nama putrinya. Diperintahkannya mendekat. Mungkin si ibu takut gadis cantiknya membuat rumah saya berantakan.

Dari tulisan ini saya mengajak semua pembaca untuk segera menghentikan penggunaan kata AUTIS sebagai bahan gurauan atau ejekan. Kalau belum tau apa itu autis, segera cari tahu! Saya yakin, ketika informasi apa dan bagaimana autis sudah dikantongi, kita bisa bersikap lebih bijaksana.

0 comments: