Kamis, 10 Mei 2012

Jurus Jitu Anti Tak Enak Hati

Sering saya menerima telp dari pihak bank. Rata-rata sih karena kartu kredit, entah menawarkan ataupun mengingatkan jatuh tempo bahkan menagih. Berbuih-buih mengungkapkan alasan tetap saja telp itu tak berhenti. Terlalu mengganggu. Beberapa kali saya sengaja tidak mengangkat telp yang masuk. Lama-lama kok hidup saya seakan berada dalam film horor. Berlari untuk sesuatu yang tidak seharusnya. Hingga suatu ketika saya menerapkan sebuah jurus pamungkas. Apa itu?? Jurus salah sambung.

Penelepon: selamat pagi, bu Vera ada? *suara santun*
Saya: Vera siapa ya? salah sambung! *suara ketus, jawaban singkat*
Penelepon: o maaf ibu, terima kasih, selamat pagi *telp ditutup*

Jurus salah sambung ini sangat manjur buat saya. Toh saya tidak pernah punya hutang (dan tidak mau berhutang), semua tagihan terbayar jauh sebelum jatuh tempo. Sebal sekali kalau harus menerima telp dengan keperluan yang sama berulang kali. Jawaban singkat dengan nada ketus cukup membuat mereka kapok rupanya.


Jurus berikutnya adalah jurus untuk mengusir para peminta sumbangan berkedok yayasan A, B, sampai Z. Setiap kali saya selalu menggunakan alasan "tolong minta surat dulu ke RT, RW, dan kelurahan". Biasanya sih saya mendapati muka kusam dan dengusan bin menjengkelkan. Sampai kejadian dua hari yang lalu, saya berjalan-jalan keliling komplek bersama E-boy. Beberapa asisten rumah tangga di komplek ini memanggil saya "kakak", dikiranya saya ini sedang berjalan-jalan sore bersama adik kecil (ukuran tubuh saya sangat mungil dengan muka imut, hampir tak berbeda dengan anak SMP). Ini yang membuat saya punya ide kocak. Tak disangka siang-siang terik kemarin ada dua orang ibu-ibu peminta sumbangan. Bla bla bla mereka menjelaskan asal usul. Saya tanya surat-surat eh dijawab gak usah. Hmmmm... saya langsung berkata "maaf, ibu saya belum pulang, sedang pergi ke pasar". Ibu-ibu itu pergi tanpa permisi. Kok yaa untungnya E-boy tidak memanggil saya "bundaaaa...". Anak saya ini emang tau situasi!

0 comments: