Sabtu, 23 Juni 2012

Buah dari Keberanian

Kita bisa karena terpaksa, Kita menjadi ahli karena terbiasa

Akhir pekan ini kami terpaksa terkunci lagi di rumah. Selain tumpukan kertas yang harus dikoreksi, alat angkut juga sedang bermasalah. Agak susah juga tanpa alat angkut karena toko/warung dan pasar sedikit jauh. Mlijo kadang lewat atau kadang terlewat (aaiihh suka duka seorang ibu tanpa bantuan) karena saya yang sedang sibuk dengan E-boy di belakang. Beruntung tadi pagi ada penjual ayam potong lewat di depan rumah di saat kulkas hampir melompong. Bukan pilihan yang enak buat saya. Jujur selama ini saya tidak pernah mengolah daging ayam/sapi dan ikan. Jaman dulu ketika tempat tinggal saya dengan mama berdekatan, enak saja saya sms atau telp "mam, tolong masakkan kare ayam" atau "mam, mau rendang dong". Yang terbayang saat melihat daging-daging mentah adalah proses menderitanya hewan-hewan ini disembelih. Kalau ikan karena tidak tahan dengan bau amisnya.

Sekarang saya terpisah jauh dari mama dan ibuk. Tidak mungkin meminta tolong mengolahkan daging. Harus melewati satu jam perjalanan kalau mau ke mama, atau setengah jam perjalanan dengan jalan kelok-kelok dan menanjak kalau mau ke ibuk. Karena alat angkut tidak tersedia maka harus mandiri dan berani. Terpaksa saya bereksperimen dengan daging ayam yang memang harus dibeli karena tidak ada pilihan lain. Resep saya contek dari blog-nya mbak Desy. Sayang saya tidak punya daun jeruk dan serai. Tapi saya menemukan buah jeruk yang rasanya asam sekali di kulkas. Jadiii... saya manfaatkan jeruk tadi sebagai ganti daun jeruk. Semua rasa enggan dan jijik disingkarkan dulu. Kupas bawang putih dan kunyit, cuci bersih, kemudian haluskan bersama ketumbar dan garam. Potongan ayam direbus bersama bumbu yang sudah halus lalu ditambahkan air jeruk yang kecutnya selangit. Saya didihkan beberapa menit sampai bumbu meresap. Langkah selanjutnya adalah menggoreng garing. Goreng bagian ayam yang ada kulitnya terlebih dahulu selama 3 menit kemudian balik dan goreng lagi selama 3 menit. Hasilnya adalah kuning keemasan.

Yang membuat saya terharu hingga berkaca-kaca adalah E-boy yang lahap sekali memakan ayam goreng milik suami. Loh?? Biasanya E-boy ini sulit sekali makan daging. Bisa satu jam baru selesai. Malah kadang minta dilepeh karena susah mengunyah. Karena hal itu, saya hanya menggoreng dua potong ayam. Untuk saya dan untuk suami. Tiba-tiba E-boy datang dan meminta suap. Berkali-kali. Jatah saya habis oleh perut kecil E-boy. Merasa sangat enak, lembut dan tidak liat,, E-boy minta tambah. Jatah suami pun dimakan hingga habis. Saat saya ingatkan kalau potongan ayam yang satu lagi adalah punya ayah, E-boy hanya menimpali "Enak bunda. Ayah makan sayur aja". Beberapa saat kemudian E-boy minta makan lagi. Tentu pilihannya adalah ayam goreng buatan bunda. Dua potong ayam kembali digoreng. Kali ini suami kebagian jatah. Setelah E-boy memakan ayam gorengnya dengan sepiring nasi, ia pun tertidur dengan nyaman. Hmmmm... Kalau tidak salah hitung, anak ganteng ini sudah makan 5 kali. Ya.. inilah buah dari keberanian saya mengolah ayam. E-boy jadi makin sadis menandaskan isi piring dan isi kulkas.

Sekian cerita saya dan selamat berakhir pekan bersama keluarga Tuzki Bunny Emoticon

2 comments:

dee mengatakan...

makasih utk suntikan semangatnya (baca : link-nya).. saya bener2 sibuk 2 minggu ini, dan sptnya akan tetap bgt sebulan ke depan.. ini aja maksain buka laptop, krn dah kangen..
:D

Oktavera Rahardi mengatakan...

@Desy Lestari toss dulu deh.. sama ini mbak... saya juga sangat sibuk.. kirain setelah UAS sudah agak santai, ternyata tidak sama sekali.. tapi anehnya ide-ide malah banyak bermunculan..
selamat ber-sibuk-sibuk dengan gembira yaa :)