Kali ini edisi menuliskan pengalaman mengolah dan memasak jengkol. Jengkol yang nama latinnya adalah
Archidendron pauciflorum mungkin menjadi menu primadona buat kebanyakan orang.
Sayangnya saya dan suami tidak suka dengan pete apalagi jengkol.
Loh??!! Padahal kami ini tidak pernah sekalipun makan jengkol. Ya karena
sudah tau bagaimana baunya si pete sehingga kami udah ogah aja kalau
mendengar yang namanya jengkol. Suatu hari, ibuk memasak sesuatu yang seperti sambal goreng.
Sekilas lihat sih seperti sambal goreng kentang biasa. Saya makan. Ohh..
rasanya kok berbeda dari kentang, ada kenyalnya sedikit, mirip daging.
Dan
tidak ada bau pete atau bau tidak sedap lainnya.
Setelah saya tanya ke ibuk, barulah saya tahu kalau itu
sebenarnya masakan jengkol yang dibumbu rendang. Bumbunya pakai bumbu
instan yang ditambah bawang merah, bawang putih, dan lombok yang banyak.
Enak!! Minggu lalu saat belanja ke sebuah supermarket, saya menemukan
jengkol. Saya coba beli dan memasaknya. Memang jengkol ini berbeda
sekali dengan pete. Saat saya keluarkan dari bungkus plastiknya, tidak
ada aroma yang menyengat. Sebenarnya saya ragu, takut kalau masakan
jengkol ini harus dibuang (kami gak doyan pete, takut aromanya yang
menyengat luar biasa). Saya bertanya di fb, dan saran dari teman-teman
saya rangkum. Ada yang menyarankan direndam semalaman, dan ada yang
menyarankan untuk merebus jengkol dengan beberapa bahan lain. Di
antaranya: daun melinjo atau daun jambu atau kopi atau abu gosok tradisional tanpa
pewangi (yang berasal dari arang kayu) plus sedikit garam. Saya pilih
yang mendekati cara ibuk mengolah jengkol. Pada akhirnya saya memasak
jengkol dengan tuntunan ibuk (duh, berasa kayak bayi belajar jalan).
Cara mengolah jengkol sebagai berikut:
|
rendam jengkol 24-48 jam hingga kulitnya mudah dikupas |
|
buang dan ganti air rendaman jengkol setelah 24 jam karena baunya menyengat, jengkol mulai pecah di sepanjang tepinya |
|
semakin lama proses perendaman jengkol, akan semakin menghilangkan bau
menyengat jengkol (kulit jengkol mulai retak-retak setelah 15 jam) |
|
kupas kulit jengkol (dikelupas dengan kuku juga bisa loh) |
|
rebus jengkol sampai lunak, sekitar 20-30 menit |
|
potong menjadi 4 bagian kemudian pukul-pukul hingga bentuknya pipih | |
Bila jengkol sudah pipih berarti siap dimasak sesuai selera. Saya tidak bisa menggunakan bumbu instan karena akan dikonsumsi oleh anak tersayang. Jadi bumbu yang saya gunakan adalah:
bawang merah, bawang putih, pala, kayu manis, tomat, jeruk nipis, kecap manis, dan garam. Masakan ini cukup sederhana kok. Hanya tinggal menumis irisan bawang putih dan bawang merah, kemudian ditambah air yang agak banyak. Masukkan jengkol yang sudah pipih dan jantung ayam yang sudah direbus setengah matang. Masukkan pala dan kayu manis serta tomat yang telah dipotong dadu. Setelah mendidih, tambahkan kecap manis, air jeruk nipis dan garam sesuai selera. Saya masak hingga air berkurang setengahnya, yaitu sampai bumbu merasuk ke dalam jengkol dan jantung ayam.
|
Jejayam Manis nan eksotis siap dinikmati |
Tau bagaimana komentar suami?? Yang jelas sih dipuja-puji setinggi langit. Entah karena menghibur saya atau memang benar-benar enak. Tidak rugi jari saya sampai terluka saat memasak jengkol ini, sungguh senang saat suami dan anak lahap menyantap masakan saya. Bahkan kata suami sih bisa laku kalau dijual di luar negeri. Ah ini sih saya gak percaya, wong saya ini bukan ratunya dapur. Memasak hanya karena keterpaksaan demi sebuah penghematan. Selamat mencoba kawan!
Catatan kecil: tambahan merica dan cabe mungkin semakin menambah sedap resep saya yang satu ini.
0 comments:
Posting Komentar