Selasa, 21 Februari 2012

Goda Gado Antri E-KTP

Sebenarnya kami paling tidak suka dengan acara yang serba mendadak. Undangan E-KTP kami terima kemarin sore. Undangan untuk hari ini jam 12.00-14.00 WIB. Sedikit sebal sih dan untungnya suami belum ada jadwal minggu ini. Jadi kami bisa hadir memenuhi undangan dari pemerintah tercinta. Beberapa sanak keluarga menyarankan membawa bekal yang agak banyak mengingat ada bocah ganteng yang selalu turut serta ke mana pun ayah-bunda nya pergi. Kami berangkat jam 11 siang, lengkap dengan perbekalan. Satu tas kresek.

Ya Tuhan... Kami dapat no antri 654 (masing-masing KK bisa banyak anggota jadi angka tersebut masih harus dikalikan anggota keluarga setiap no antrian). Haduh... mau pergi ke kampus dulu untuk menyelesaikan beberapa hal tapi kami jadi ragu. Kasihan E-boy kalau diajak hilir mudik di tengah terik panas. Lagi pula kami juga tidak mau pikiran terpecah. Percuma saja melakukan banyak hal dengan sumber daya yang terbatas. Cukup lama juga kami menunggu. Mata saya menangkap banyak hal yang tidak enak. Sejam-dua jam pertama, saya masih bisa mengabadikan beberapa hal dengan kamera. Dua-tiga jam berikutnya sudah mulai teler. E-boy mulai rewel. Hal tidak enak yang saya amati: sampah di mana-mana (masyarakat kita belum sadar akan pentingnya kebersihan), bayi-balita yang menangis lelah dan capek menunggu, orang-orang renta yang terlihat begitu menderita (tangannya ada yang sampai bergetar). Saya jadi kasihan ketika ada bapak-bapak yang mengeluh "badanku lemas ketika tahu no antrianku 760". Belum lagi rombongan ibu-ibu yang harus naik pickup (karena letak kecamatannya ajaib bener, jarang dilewati angkot).

Foto-foto tadi siang bisa diintip di bawah...

korban antri, balita muntah (mungkin masuk angin)

Hari ini E-boy tidak tidur siang. Puas bermain. Berlari keliling kecamatan. Tetap buang sampah di tempatnya meskipun banyak orang yang buang sampah sembarangan (pendidikan memang berasal dari rumah, dari keluarga sebagai pilar utama). Terjatuh beberapa kali tapi tidak nangis. Rewelnya pecah ketika diminta duduk manis, maunya aktif bergerak terus, padahal kami kuatir E-boy kelelahan. Takut dehidrasi. Foto E-boy dengan pose yang cute imut saya bagi deehh....

bunda gak boleh bete yaaaa

Jam 16.30 WIB!
Setelah antri, bengong, tidak melakukan apa-apa, super sebal karena tidak produktif beberapa jam, akhirnya kami dipanggil juga. Tanda tangan, foto, rekam sidik jari, rekam retina mata. Dan selesai. Antri hampir 6 jam hanya untuk 3 menit??? Dooohhhh... Ampun deh! Pulangnya, E-boy sudah teler. Meski demikian, tidak rewel saat harus duduk di car seat. Pasrah! *E-boy sedang proses car seat training*

teler di singgasana mungil

Kami sudah cukup menderita. Sudah cukup tersiksa dengan para lelaki egois yang dengan seenaknya sendiri merokok di sekitar saya, ibu hamil, bayi, dan anak kecil. Tidak berlebihan rasanya bila sedikit memanjakan diri. Kami sempatkan mampir makan di warung. Dari sekian menu yang kami pesan *serakah mode on*, foto berikut yang bikin saya melayang bukan kepayang...

ronde goreng yang berubah nama menjadi ronde kering

Cukup lama saya ingin makan ronde goreng. Sayangnya jam buka si warung kan menjelang maghrib, pas dengan jam tidur malam E-boy. Jadi kami memilih untuk menahan air liur saja. Dan hari ini,,, semangkuk ronde kering telah masuk ke dalam perut. Btw, kapan ya kartu E-KTP ini jadi??? Setahun? Dua tahun?

(dokumentasi kegiatan E-boy selama antri ada di cerita berjudul E-KTP Ayah dan Bunda, setahun kemudian barulah E-KTP dalam Genggaman)

2 comments:

Brian mengatakan...

He he he street photography.... apik.

Oktavera Rahardi mengatakan...

@Brian Rahardi
untung bawa kamera... :D