Senin, 25 Juni 2012

Mengukir Wajah

Pernahkan Anda melihat seseorang tua (baik itu laki-laki maupun perempuan) yang sedap dipandang? Yang dengan sendirinya membuat kita tersenyum tulus? Yang dari wajah renta keriputnya memancarkan aura kebahagiaan yang mampu menyihir kita dalam sebuah kebahagiaan? Lalu diam-diam Anda bergumam "eh nenek itu cantik ya" atau "wooww gantengnya kakek tadi".

Beberapa kali kami berjumpa dengan wajah-wajah renta ganteng/cantik. Dan kami pun lalu membicarakannya. Megagumi ke-bagus-an rupa tersebut. Menjadi iri. Lalu bercita-cita akan memiliki wajah yang menyenangkan itu. Kelak ketika kami telah renta (tentu jika mempunyai umur yang panjang). Mungkin Anda-Anda semua menjadi bertanya-tanya seperti apa sih wajah tua sedap dipandang yang saya maksud di atas... Sejujurnya saya belum menemukan gambaran yang tepat di internet. Juga sayangnya saya tidak sempat memotret orang renta yang pernah kami temui itu. Kira-kira seperti Mahatma Gandhi. Coba cari saja gambarnya di internet maka Anda akan menemukan wajah damai yang selalu tersenyum. Sungguh teduh menatap wajah Mahatma Gandhi itu. Dan tanpa sadar kita pun akan ikut tersenyum.

Tidak hanya kayu yang bisa dibentuk. Tidak hanya batu yang bisa dipahat. Wajah kita pun bisa diukir. Mengukirnya sepanjang hayat. Wajah yang bagus hanya bisa terukir oleh hal-hal bagus. Dengan sikap-sikap positif. Dengan senyum sebanyak-banyaknya. Tidak memusuhi orang. Berhenti bergosip. Mencintai dan mengasihi orang-orang di sekitar kita. Mengampuni meski hati tertoreh dalam. Juga tidak menyimpan banyak ekspektasi. Rajin bersyukur. Hal-hal yang mudah diucapkan dan mudah dituliskan tapi sulit untuk diterapkan. Sesunguhnya kebahagiaan sebenarnya adalah ketika kita berumur 50-60 tahun. Di mana kita akan menuai apa yang kita tanam. Ukiran wajah yang tercipta di umur kita yang 50-60 tahun itu adalah hasil dari sikap hidup kita sekarang. Ya! Sikap hidup kita sekarang dan sepanjang dua-tiga puluh tahun ke depan.

0 comments: